Happy Reading
Kara berjalan menuju ruang utama, niatnya tadi ingin bertemu dengan Rifaldi dan juga Arfan ternyata orang tersebut sedang tidak ada.
"Bagaimana ini Sof, mas Arfan dan juga Mas Rifaldi sedang tidak ada di penginapan," kata Kara.
"Yasudah kita obatin saja orang ini takut lukanya semakin infeksi," kata Sofi.
Kemudain Kara melihat kearah orang tersebut yang ternyata sudah pingsan, dia tiba-tiba merasa kasian melihatnya seperti itu.
"Yaudah lagian mengobati laki-laki yang bukan mahramnya juga di perbolehkan asalkan dalam keadaan darurat seperti ini. Aku jadi teringat apa yang di katakan oleh Abi waktu itu," kata Kara menerawang kemasa lalunya.
Bila memang keadaannya darurat dan di sana tidak ada orang lain yang dapat mengobati laki-laki tersebut, maka dibolehkan bagi seorang wanita untuk mengobatinya, dengan dalil hadits ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz radhiallahu ‘anha, ia berkata,
كُنَّا نَغْزُو مَعَ رَسُولِ اللهِ نَسْقِي وَنُدَاوِي الْجَرْحَى وَنَرُدُّ الْقَتْلَى إِلَى الْمَدِيْنَةِ
“Kami (para wanita) pernah ikut dalam satu peperangan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tugas kami adalah memberi minum kepada mujahidin, mengobati orang-orang yang luka, dan mengembalikan orang-orang yang terbunuh ke Madinah.” (Sahih, HR. al-Bukhari no. 2882, 2883)
"Yaudah kalau begitu mari kita obati saja orang itu,"
Kara dan juga Sofi akhirnya memutuskan untuk mengobati orang tersebut hingga beberapa jam kemudian orang itu terbangun.
"Dimana saya?" Kata orang tersebut.
"Bapak saat ini sedang berada di penginapan Timbun," kata Kara.
"Hati-hati Pak jangan bayak gerak dulu," kata Sofi.
Orang tersebut mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya. Pagi tadi dia dipukuli oleh dua orang pria.
"Kalian siapa sepertinya bukan asli orang sini?" Kata orang tersebut.
"Nama saya Manilkara dan ini teman saya Sofi kebetulan kami dari Yogyakarta, Bapak sendiri siapa?" Kata Kara.
"Saya Makmur." Kata orang tersebut yang dikatahui namanya makmur tersebut.
Sofi ingin sekali tertawa karena namanya bapak itu yang sangat untuk tapi dia menahanya karena akan tidak sopan bila menertawakan itu.
"Kok bapak bisa sampai terluka seperti tadi?"
"Saya di pukuli oleh dua orang hingga terluka seperti ini," kata orang tersebut.
"Apa bapak habis di rampok?" Kata Sofi terlihat terkejut.
"Bagaimana bisa saya di rampok sedangkan saya tidak memiliki apapun," kata orang tersebut.
Kara melihat penampilan orang tersebut dan dia baru tersadar kalau orang tersebut memakai baju yang sangat lusuh dan juga robek-robek.
Melihat Kara yang menatapnya seperti itu kemudain Pak Makmur berkata, "Apa kalian percaya kalau aku orang gila," kata Pak Makmur.
Sofi menyerengit, "Bapak orang gila?" Kata Sofi tidak percaya kalau yang ditolongnya itu adalah orang gila.
Kara menyerengit bingung, "mana ada si pak orang gila ngaku orang gila, bapak becanda yah," kata Kara.
"Tapi kenyataannya memang saya orang gila, kerena orang-orang disini menyebut saya orang gila," kata Pak Makmur.
"Kenapa orang-orang itu menyebut bapak orang gila? Tapi menurut saya bapak itu orangnya waras kok, buktinya ngomongnya nyambung sama kita," kata Sofi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)
SpiritualSquel Biarlah Takdir Yang Menentukan Rifaldi Ahmad Muzaki. Dia sedang memperluas dakwahnya di pesisir pantai. Mengungkap tabir misteri yang mengusik damai. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya terpaut dalam Takdir. Akankah Takd...