Happy Reading.
Rifaldi bersama Arfan saat ini sedang pergi ke mesjid untuk melaksanakan sholat magrib. Niat mereka sih Ingin sholat berjamaah, tapi saat sampai mesjid keadaan sangatlah sepi.
"Tumben sekali Pak Tarji tidak datang," gumam Rifaldi.
Biasanya Pak Tarji sudah datang duluan ke mesjid ini sebelum dia datang, tapi saat ini dia tidak menemukan Pak Tarji, kemana dia? Apa dia sedang sakit.
"Pak Tarji siapa?" Tanya Arfan yang memang tidak kenal.
"Itu yang selalu sholat di mesjid ini, beliau seperti imam di mesjid ini," jelas Rifaldi.
"Oh begitu, ini mesjid kok sepi banget yah? Perasan tadi siang banyak orang," kata Arfan.
"Yah begitulah, sepertinya kita harus mengajak orang-orang untuk kembali ke mesjid ini," kata Rifaldi.
"Iya kamu benar, aku setuju," kata Arfan.
"Siapa yang adzan bang?" Tanya Rifaldi kepada Arfan.
"Ya kamulah masa aku," kata Arfan.
"Yaudah aku Adzan, tapi bang Arfan jadi imam, karena abang lebih tua dari aku," kata Rifaldi.
"Yang harus jadi imam gak melulu harus yang tua kali Rifal, yang muda juga boleh," kata Arfan tak mau kalah.
"Aku lebih menghargai yang lebih tua bang, jadi lebih baik Abang aja," kata Rifal.
"Jang tua selalu mengalah," kata Arfan.
Kemudian Arfan yang menjadi Imam sedangkan Rifal menjadi makmum. Mereka malaksanakan ibadah sholat magrib tersebut.
Ketika Arfan dan juga Rifaldi sedang melaksanakan sholat, tiba-tiba ada seorang mendatangi masjid tersebut dan mengintip kearah dua orang yang sedang melaksanakan sholat tersebut.
"Kamu liatkan kelakuan orang kota tersebut," katanya kepada teman diseblahanya yang sama-sama mengintip kearah mesjid itu.
"Dia bisa mengubah aliran yang kita anut saat ini," komentar lelaki yang di sebelah kiri.
"Ini sangat berbahaya untuk kita,"kata orang yang berada di sebuah kanan.
"Dan lagi orang-orang yang ada di penginapan timbun itu, mereka semua sangatlah berbahaya, tadi juga aku melihat wanita yang sedang duduk di batu besar tepi pantai," kata si bos yang berada di tengah pria yang berkomentar tadi.
Mereka bertiga sedang mengintip Arfan dan juga Rifaldi. Dan dia juga orang yang sama yang mengintip Kara saat sedang berada di pantai dan naik ke batu besar.
"Kita harus melakukan sesuatu," gumam si bos.
Lalu mereka bertiga meninggalkan masjid tersebut saat melihat Rifaldi dan juga Arfan telah selesai melaksanakan sholatnya.
Di dalam masjid Rifaldi dan juga Arfan berdzikir dan juga berdo'a agar orang-orang yang ada di kampung tepi pantai ini maksanan ibadahnya di mesjid ini. Dan tidak terbawa oleh aliran sesat.
"Selanjutnya kita mau ngapain?" Tanya Arfan kepada Rifaldi.
"Aku ingin ke rumah Pak Tarji, aku sangat khawatir kepadanya karena tak biasanya dia tidak sholat di mesjid ini," kata Rifaldi.
"Kamu tau rumahnya?" Tanya Arfan.
Rifaldi mengelengkan kepalanya.
"Itu dia masalahnya, aku tidak tau rumahnya ada di sebelah mana," kata Rifaldi."Yaudah kalau begitu kita cari sekarang sambil tanya-tanya kepada warga, siapa tau aja mereka tau rumahnya," kata Arfan.
"Kamu benar, apa kita cari rumahnya saja mempeng masih sore," kata Rifaldi lalu berdiri dan keluar dari mesjid untuk mencari rumah Pak Tarji.
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
Di tempat lain, yaitu di penginapan Timbun saat ini Sofi sedang gelisah karena temanya itu belum juga datang ke penginapan.
Dia sudah berusaha untuk menghubungi sahabatnya itu namun nomornya sedang tidak aktif. Mungkin karena jaringan di pesisir pantai itu sangat buruk.
Sofi berjalan kearah bawah dan menemukan Kamelia.
"Kak liat Kara gak? Dia belum sampe ke penginapan ini," kata Sofi mencoba mengadu kepada Kamelia.
"Kakak juga belum liat dia, emang semenjak tadi di hukum sama Dewa dia belum pulang?" Tanya Kamelia.
"Iya kak, dia belum juga pulang," kata Sofi.
"Yaudah kalau begitu kamu tenang dulu aja yah, Kakak akan coba kasih tau yang lain barang kali dia menemukan tamanmu Kara," kata Kamelia lalu dia pergi dari hadapan Sofi dan mencari para teman-temannyw itu.
Sofi malah semakin khawatir dengan Kara, takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu. Semua itu gara-gara Kak Dewa yang menyuruhnya berjauhan dengan Kara, kalau tidak mungkin saat ini dia sedang bersama Kara.
Kemudian Sofi berjalan menuju tempat dimana saat ini Dewa berada. Sofi di buat kesal saat sampai di tempat yang ia maksud dan dia melihat Dewa sedang duduk santai dan meminum sebuah kopi. Sedangkan dirinya sedang kesusahan mencari keberadaan sahabatnya itu.
Bruk
Sofi sengaja mengebrak meja yang ada di hadapan Dewa dan sekaligus membuat Dewa terkejut. Hampir saja minuman yang sedang di seruputnya itu iya muntakhkan karena terkejut.
"Kamu gak ada sopannya masuk ke tampt orang sambil mengebrak meja kayak gitu hah!!" Bentak Dewa.
"Aku gak perduli di bilang gak sopan sama Kakak, asal kakak tau yah, gara-gara kakak tadi menyuruh aku dan juga Kara buat cari batu karang, sampai sekarang Kara belum juga pulang,"
'Apa? Kara belum juga pulang, kemana dia' batin Dewa.
"Kenapa anak itu belum pulang sampe sore begini?" Kata Dewa.
"Aku juga gak tau, lagian kenapa Kak Dewa sekarang berubah jadi kayak gini? Apa karena dulu Kara pernah nolak kakak? Kalau begitu alasannya Kaka kayak anak kecil tau gak." Kata Sofi yang sudah mengebu-gebu.
"Kamu tau alasan kenapa Kara menolakku dulu? Karena dia tau kalau sahabatnya juga mencintaiku, jadi dia menolak cintaku, dan kamu bisa menebak SAHABAT Kara itu siapa," Kata Dewa sambil menekan kata 'Sahabat'
Tunggu dulu, Sahabat? Kara tidak punya Sahabat kecuali dirinya. Itu artinya Kara sudah tau kalau dirinya menyukai Dewa dan dewa juga tau kalau dirinya menyukainya.
"Kenapa diam HAH!! Kamu gak bisa bicara apapun'kan sekarang, dan jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa dengan Kara, tapi salahakan dirimu sendiri karena telah menghalangi jalanku untuk mendapatkan Kara," kata Dewa lalu pergi meninggalkan Sofi.
Sofi termerenung disana. Di sebanarnya masih heran kenapa Kara bisa mengetahui kalau dirinya menyukai Dewa, apa Kara pernah membuka buku dairynya?. Sepertinya iya, terlebih dia menyimpan buku Diary itu di kamarnya dan juga Kara sering berkunjung ke dalam kamarnya itu.
"Jadi ini alasan kamu nolak kak dewa, aku minta maaf kara," kata Sofi lirih.
Kemudian dia keluar dari ruangan Dewa dan bertekad akan mencari Kara ke tepi pantai itu. Dia harus menemukan Kara dan minta maaf kepadanya.
___________________________________
Assalamualaikum semuanya....
Apa kabar nih semuanya??
Alhamdulillah aku usahain baut Updet nih.
Untuk kalian para pembaca, kalian lebih milih alur yang misteri atau romence?
Aku bingung nih buat lanjutin ceritanya....
Apa kalian mau langsung Rifal dan Kara menikah saja?
Jangan lupa kasih vote dan comen yah...
Terimakasih semuanya..
Salam
Nelly Nurul Awaliyah
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)
SpiritualSquel Biarlah Takdir Yang Menentukan Rifaldi Ahmad Muzaki. Dia sedang memperluas dakwahnya di pesisir pantai. Mengungkap tabir misteri yang mengusik damai. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya terpaut dalam Takdir. Akankah Takd...