Masih terasa seperti mimpi
Entah nyata atau hampa..
Semuanya terasa dekat...
Namun sepertinya kenyataan berkata lain_
___________________________________
Kara mengerapkan matanya, dia melihat ke sekelilingnya, sepertinya ini rumah sakit. Kemudian matanya melihat seseorang yang sedang duduk dan sepertinya sedang melaksanakan sholat disini.
Dia tidak bisa melihat orang tersebut karena posisinya sedang membelakangi dirinya. Kemudian di mengingat sesuatu yang membuat hatinya sedih.
Dia ingat waktu itu dia sedang berada di pernikahan Rifaldi dan juga Mbak Safira. Mungkin sekarang mereka sudah menikah dan jadi suami istri.
"Kamu sudah bangun Manila?"
Kara terdiam saat melihat orang yang tadi sholat adalah Rifaldi, kenapa laki-laki itu ada disini? kemana orangtuanya sekarang? Apa mereka tidak menemaninya. Kenapa harus Rifaldi segala.
"Kamu sudah bangun, Alhamdulillah aku sangat senang, kamu koma selama hampir 5 bulan," kata Rifaldi duduk di kursi dekat Kara.
"Kamana orangtuaku?" Tanya Kara saat melihat sekelilingnya, dan tidak menemukan kedua orangtuanya.
"Orangtumu empat bulan yang lalu sudah pulang ke Yogyakarta," kata Rifaldi.
Kara kembali terdiam, kanapa orangtunya tega sekali meninggalkan dirinya saat sedang koma. Tanpa sadar mata Kara sudah hampir berkaca-kaca. Orangtunya tidak sayang kah terhadap dirinya.
Rifaldi yang melihat itu pun akhirnya berkata. "Orangtumu sibuk, beliau menitipkanmu padaku, aku sudah berjanji akan menjagamu," kata Rifaldi.
Kara bingung, kenapa orangtunya malah menitipkan dirinya pada Rifadi, padahal sekarang Kara tau kalau Rifaldi sudah menjadi suami dari Safira. Apakah tidak akan berdosa menitipkan dirinya pada suami orang.
Bagiamana kalau dirinya khilaf atau Rifaldi yang khilaf, kan bisa berabe nantinya, apa orangtunya tidak memikirkan hal seperti itu.
"Aku lupa menghubungi Safira kalau kamu sudah sadar, kalau begitu aku menghubungi dia dulu sebentar," kata Rifaldi meninggalkan Kara kemudian menghubungi Safira.
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Kara memegangi dadanya yang terasa sesak setelah Rifaldi pergi dan akan menghubungi Safira. Dia tidak boleh mengharapkan cinta dari Rifaldi lagi.
Kara menghapus air matanya saat melihat Rifaldi kembali masuk kedalam ruangannya. Laki-laki itu tidak boleh mengetahui kalau dirinya menangis.
Rifaldi menyerengit saat melihat Kara yang sepertinya habis menangis. Kenapa dia mengangis? Apa ada yang salah kah? Pikir Rifaldi.
"Kamu mangangis Sawo Manila?" Kata Rifaldi.
"Tidak," kata Kara ketus, dia tidak suka Rifaldi memanggilnya seperti itu, karena itu menurutnya adalah panggilan sayangnya dulu.
Tok... Tok... Tok....
Terdengar suara ketukan pintu. "masuk," kata Rifaldi.
Safira masuk kedalam ruangan Kara bersama dengan Farah. Dia berjalan menuju kearah Kara di ikuti oleh Farah Adri belakang
"Ya ampun Kara, Mbak senang akhirnya kamu bangun juga dari koma," kata Safira sambil memeluk Kara.
Kara merasakan ada yang menonjol saat mereka sedang berpelukan, kemudian Safira melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)
SpiritualSquel Biarlah Takdir Yang Menentukan Rifaldi Ahmad Muzaki. Dia sedang memperluas dakwahnya di pesisir pantai. Mengungkap tabir misteri yang mengusik damai. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya terpaut dalam Takdir. Akankah Takd...