27. Sebuah kenyataan

11.6K 622 43
                                    


Happy Reading.

Setelah acara menghitbah Safira, Rifaldi memutuskan untuk menginap di apartemen milik Arfan, sedangkan orangtuanya Rifaldi memutuskan untuk menginap di hotel.

Ini terlalu cepat untuk Rifaldi terlebih keluarga mereka akan menikahkan Rifaldi dan juga Safira dua minggu lagi.

Rifaldi mengetuk pintu apartemen Arfan saat sudah sampai disana.

Tok tok tok..

"Iya sebentar," kata Arfan.

Arfan membuka pintu untuk Rifaldi, dan mempersilahkan Rifaldi untuk masuk.

"Kenapa tuh muka asem banget bang," kata Rifaldi.

"Aku lagi sedih banget, aku kalah cepat Rif," kata Arfan yang terlihat sangat frustasi, sedangkan Rifaldi tidak mengerti dengan apa yang di maksud oleh Arfan.

"Maksud abang gimana? Apanya yang kalah cepat?" Tanya Rifaldi.

"Wanita yang sering aku ceritakan sama kamu, dia sudah di jodohkan oleh orangtuanya, aku kalah cepat dari dia," kata Arfan.

Sekarang Rifaldi tau, ternyata Arfan frustasi karena wanita yang di sukainya itu sudah di jodohkan dengan orang lain.

Arfan memberikan minum kepada Rifaldi dan juga makanan ringan, kemudian mereka duduk santai di sofa.

"Lagian bang Arfan gengsi aja, aku kan sudah bilang bang kalau Abang suka sama tuh cewe langsung khitbah, bukan malah membaut dia kesal sehingga menyukai Abang," kata Rifaldi.

Arfan tak berkata apapun, kemudian dia memandang Rifaldi yang menasehatinya. "Kamu sendiri bagaimana acara khutbahnya lancar?" Kata Arfan.

Rifaldi mengangukan kepalanya. "Gimana wanitanya cantik gak? Cantikan mana dengan Kara?" Kata Arfan.

Rifaldi yang sedang mengeguk minumannya pun hampir tersedak karena mendengar kata Kara. Kemudian dia melihat sekilas kearah Arfan.

"Semua juga wanita cantik, aku tidak ada maksud untuk membedakan mereka," kata Rifaldi.

Arfan hanya menganggukkan kepalanya saja. Rifaldi menatap kerah Arfan.

"Bang aku nginep disini sampai acara resepsi yah," pinta Rifaldi.

Arfan menatap bingung Rifaldi,
"Resepsi? Emang kamu mau nikah kapan Rifal?" Tanya Arfan.

"2 Minggu lagi,"

"Kok cepat banget Rif? Aku kelangkahi dong, tapi kamu yakin bakal nikah secepat itu?" kata Arfan.

Rifaldi menundukan kepalanya tanda tidak yakin. "Itu sudah keputusan keluarga bang, aku tidak bisa berbuat apa-apa, Abi bilang untuk menghindari fitnah dan lagian aku dan wanita itu sudah mengenal lama saat aku jadi salah satu murid dari Ustadz Sandy," kata Rifaldi.

Arfan menepuk pundak Rifaldi guna menenangkannya, dia tau Rifaldi saat ini pasti tertekan dengan kepuasan keluarganya itu, buktinya dia ikut menginap di apartemen miliknya dan tidak mau menginap di hotel bersama keluarganya.

"Yaudah sekarang kamu istirahat dulu, nanti malam kamu solat istikharah dan minta petunjuk dariNya, semoga Allah senantiasa memberimu kekauatan Rifaldi," nasihat Arfan.

Akhirnya Rifaldi memutuskan untuk tidur di kamar tamu kamar Arfan.

💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛

Pagi hari yang cerah ini, Kara berangkat ke kampusnya sendirian, orangtuanya sempat curiga karena Kara tidak bareng bersama Sofi namun lagi-lagi Kara memberikan alasan lain.

Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang