Happy Reading
Kara berlari menuju penginapan, entah mengapa hatinya merasa sedih setelah mendengar perkataan Rifaldi tadi. Dia malu saat ini, seharusnya dia menjaga jarak dengan lawan jenisnya itu.
"Kara udah jangan terlalu di pikirkan kata Mas Rifaldi itu." Hibur Sofi.
"Aku merasa malu sekarang, benar pada yang dikatakan oleh dia tadi, seharusnya ku menjaga jarak, lagian kalau Abi mengetahuinya pasti dia akan sangat marah kepadaku," kata Kara.
"Aku tidak akan bilang apapun kali ini jadi kamu tenang aja," kata Sofi dan malah mendapat pelototan dari Kara. Sungguh sahabatnya itu tidak tau situasi.
"Sudahlah," kata Kara.
"Eh ngomong-ngomong kok tempat ini sepi banget yah? Yang lain pada kemana," kata Sofi.
Kata malah menjitak kepala Sofi,
"Orang-orangkan udah pualng dari tadi sore,""Ah iya aku lupa, tapi apa kamu tidak merasa heran dengan ini, seharusnyakan di jadwal kita pulang itu Minggu depan terus kenapa malah pada pulang Minggu sekarang," kata Sofi.
Kara malah mengacuhkan bahunya tanda tidak perduli, "mungkin orang-orang disini pada bosen kali tinggal sini," kata Kara asal.
Kemudian tak lama terdengar suara dering ponsel. Kara melihat kearah ponselnya tapi bukan miliknya yang berdering.
"Kayaknya punya aku yang berdering," kata Sofi kemudian dia membuka tasnya.
"Dari siapa?" Tanya Kara.
"Kak Kamelia," Jawab Sofi.
"Coba angkat aja," kata Kara.
Kemudian Sofi mengangukan kepalanya mengangkat telpon tersebut.
"Hallo kak," kata Sofi.
"Kalian tidak ikut pulang?"
"Tidak kak, kami berdua masih disini, dan ingin liburan disini terlebih dahulu," kata Sofi.
"Sebaliknya kalian pualng,"
"Kenapa kakak menyuruh kami pulang? Kami masih betah disini, lagian kenapa kok cepat pulangnya bukanya di jadwal kita pulang seminggu lagi yah," kata Kara.
"Iya seharunya begitu, tapi pemimpin disana tidak mengijinkan kami untuk lama-lama meneliti disana jadi kami semua memutuskan untuk pulang,"
"Tapi kenapa kak?" Tanya Kara yang penasaran.
"Iya kak, bukannya penelitian itu bagus yah buat daerah itu," kata Sofi.
"Sudah jangan banyak tanya, sebaiknya kalian juga pulang saja, kakak khawatir terjadi apa-apa dengan kalian,"
"Kak Kamelia bilang gitu malah membuat aku penasaran," kata Kara.
"Kara kamu jangan keras kepala," teriak Kamelia diseberang sana.
Namun Kara tak mengindahkan semuanya dia malah mematikan ponsel itu.
"Kok di matiin sih Kara?" Kata Sofi.
Kara malah mengacuhkan pertanyaan itu. "Aku malah penasaran dengan semua itu,"
"Lebih baik jangan deh, aku seperti memilki firasat buruk tentang itu,"
"Itu hanya perasaan kamu aja, kamu emang'kwn orangnya parnoan," cibir Kara.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan dari pintu luar.
"Siapa yah?" Gumam Sofi.Kara mengangukan bahu tanda tidak tau. "Kamu aja gih buka," perintah Kara.
Kara berjalan untuk membukan pintu. Kara tidak berniat untuk mengetahui siapa yang datang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)
SpiritualSquel Biarlah Takdir Yang Menentukan Rifaldi Ahmad Muzaki. Dia sedang memperluas dakwahnya di pesisir pantai. Mengungkap tabir misteri yang mengusik damai. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya terpaut dalam Takdir. Akankah Takd...