14. Kertas itu...

12.6K 723 18
                                    


Happy Reading

Kara menyerengit dengan apa yang ditunjuk oleh Pak Makmur tadi, apa maksudnya. Kemudian dia melihat kertas yang ada di pegang oleh Sofi.

Sofi yang melihat Kara pun merasa heran, "Kanapa Kara?" Tanya Sofi.

Jangan-jangan apa yang ditunjuk oleh pak Makmur itu adalah kertas yang dipegang Sofi.

"Kertas itu," kata Kara.

"Kenapa dengan kertas ini, oh aku tau pasti kamu nyuruh buang kertas ini ke tongsampah kan," kata Sofi akan membuang kertas ini.

Namun direbut oleh Kara, kemudain membawa kertas itu ke kamarnya. Sofi menyerengit melihat Kara lalu mengikutinya kedalam kamar.

"Jangan bilang kamu ketularan gila lagi gara-gara menolong orang tadi," kata Sofi.

"Sut diam," kata Kara yang sedang membuka kertas itu.

Kara membaca tulisan Pak Makmur tersebut.

Berhati-hatilah tadi ada yang melihat kita dijendela.
Jika kamu ingin menolong temanmu temui Pak Abdullah rumahnya dekat hutan karena hanya dia yang bisa membantumu.

Sofi melihat kearah Kara dan membaca tulisan itu juga.
"Kamu mau percaya dengan apa yang dikatakan oleh orang gila itu Kara? Ayolah Kara dia itu orang gila jangan kamu percaya," kata Sofi sambil merebut kertas ya g dipengang oleh Kara.

"Dia bukan orang gila Sof, kami dengar sendirikan tadi dia bilang kalau kalau dia bukan orang gila, dan di surat itu dikatakan bahwa tadi ada yang mengintip di jendela jadi dada kemungkinan dia pura-pura jadi gila lagi," kata Kara.

Apa yang dikatakan oleh Kara ada benarnya juga, pikir Sofi.

"Lalu teman yang di maksud di dalam surat ini siapa?" Kata Sofi.

"Ada kemungkinan Mas Rifaldi dan juga Mas Arfan karena dia belum datang ke penginapan," kata Kara.

"Ah bisa saja kan mereka sedang di mesjid saat ini, biasanya kan mereka emang suka disana," kata Sofi.

Kara mulai berpikir lagi, apa yang dikatakan Sofi ada benarnya juga mereka kan suka berada di mesjid jadi tidak mungkin menghilang. Tapi entah kenapa hati Kara berkata lain.

Bunyi deringan ponsel menyadarkan Kara dari lamuanya itu.

"Handphone kamu bunyi tuh," kata Sofi.

Kara melihat kearah ponselnya ternyata Dewa menghubunginya lewat videocall. Kara ragu untuk mengangkat panggilan itu karena ada Sofi.

Sofi tiba-tiba melihat kearah Kara yang tak kunjung mengangkat telponnya kemudian dia melihat kelayar ponsel Kara dan tertera foto Dewa disana.

Apa Kara tidak mengangkatnya karena menjaga perasaannya, dia tiba-tiba teringat dengan kejadian yang waktu dia menemui Dewa dan Dewa mengatakan semuanya kepada dia.

"Angkat aja Kar," kata Sofi. 

Kara mengangukan kepalanya lalu mengangkat vidiocall dari Dewa.

"Assalamualaikum kak," kata Kara.

"Aku denger dari Kamelia kalau kamu dan juga Sofi belum pulang dari kampung kuluhan itu, kenapa?" Kata Dewa.

Kara bingung bagaimana cara menjelaskannya kepada Dewa. Sofi langsung ikut nyamoung pembicaraan mereka berdua.

"Emangnya kenapa sih kak, lagian kan di jadwal kalau kita pulang itu masih 5 hari lagi, kenapa malah semua pada pulang?" Tanya Sofi.

"Itu karena kita dapat teror, waktu itu indah yang menemukan banyak mayat tikus mati di depan penginapan dan menyuruh kita pergi agar pergi meninggalkan penginapan itu," jelas Dewa.

Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang