18 Peristiwa Tembakan

11.9K 698 58
                                    

Happy Reading.

Kara dan juga Rifaldi mencari keberadaan Sofi, karena Samapi saatnya ini mereka belum menemukan keberadaan Sofi sama sekali.

"Apa Sofi ketangkap sama mereka yah?" kata Kara.

"Mudah-mudahan tidak, ayo kita cari ketempat lain, mungkin dia tidak bersembunyi di tempat ini," kata Rifaldi.

Mata Kara seperti melihat sebuah ruangan yang terbuka. Lalu dia berjalan menuju tempat itu.

"Kamu mau kemana Sawo Manila?" Tanya Rifaldi.

"Jangan panggil nama aku dengan buah itu," kesal Kara.

"Tapi aku lebih suka panggilan itu, giamana doang,"

"Udah ah, ini bukan saatnya untuk becanda," kata Kara.

"Emang siapa yang becanda, aku serius nanya kamu mau kemana tadi," kata Rifaldi.

Kara menunjuk ke sebuah ruangan yang terbuka itu, dan Rifaldi paham maksud Kara.

"Ayo kita kesana," kata Kara.

"Baiklah," kata Rifaldi mengikuti Kara dari belakang.

Mereka berdua masuk kedalam ruangan itu, disana ada meja dan juga berkas-berkas yang tidak tau apa isinya.

"Tempat apa ini?" Kata Kara.

Rifaldi melihat sekeliling ruangan ini dan menelitinya. "Sepertinya ini adalah tempat kerja Sukandi," kata Rifaldi.

Saat mereka sedang membuka-buka kertas yang ada disana tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki seseorang.

Rifaldi dan juga Kara bersembunyi di meja itu.

Sukandi berjalan kearah mejanya dan membuka berkas, sedangkan posisi Kara dan juga Rifaldi ada di bawah meja itu.

Sukandi merasa ada yang aneh dibawah dan dia membungkukkan badannya untuk melihat kearah bawah.

Sampai saat yang menepuk pundaknya.

Kara sudah deg-degan semoga saja Pak Sukandi tidak melihatnya tapi rasanya tidak mungkin.

"Kalian kenapa kesini?" Kata Sukandi.

Rifaldi sudah mulai gelisah sekarang. Bagaimana ini? Pasti pak Sukandi telah mengetahuinya.

"Anu Bos ada salah satu pemuda yang kabur,"

Kare menghela nafasnya, ternyata Sukandi berbicara kepada penjaganya. Itu artinya Pak Sukandi belum mengetahui keberadaannya sekarang.

Sukandi menggebrak mejanya, "Kalian ini bagiamana? Polosnya saya gak mau tau, cari orang itu sampai dapat," kata Sukandi.

Kara membekap mulutnya agar tidak menimbulkan suara.

"Baik bos,"

"Sial," kata Sukandi menendang kursi itu lalu pergi dari ruangannya.

Setelah kepergian Pak Sukandi, Kara dan juga Rifaldi keluar dari tempat persembunyiannya itu. Kemudain Rifaldi melihat kertas yang dibaca oleh Sukandi itu.

"Coba kamu lihat ini deh!" Kata Rifaldi kepada Kara.

Kara membacanya dengan seksama. Ternyata Sukandi menipu kolega bisnisnya untuk membangun kembali desa yang terkena Tsunami itu.

"Penipu dan juga mengkorupsi perusahaan temannya," kata Kara setalah membaca berkas itu.

"Pantas saja kata Pak Tarji waktu itu bilang Sukandi orang miskin yang tiba-tiba kaya, ternyata hasil korupsinya dijadikan untuk membangun kembali desa ini," kata Rifaldi.

Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang