Kara membuka matanya, dia melihat Rifaldi tidur sambil memegangi tangannya, Kara refleks menjauhkan tangannya dari Rifaldi.Rifaldi terbangun saat merasakan pergerakan dari Kara. "Kamu sudah bangun?" Tanya Rifaldi.
"Mas Rifaldi ngapain masih disini?" Tanya Kara lagi.
Rifaldi belum menjawab pertanyaan dari Kara karena pintu masuk tiba-tiba di buka oleh seseorang.
Rifaldi melihat umi dan abinya berkunjung ke sini. Uminya langsung memeluk Kara dengan sayang.
"Kara umi merindukanmu," kata Khairah.
"Umi Khiarah," kata Kara sambil membalas pelukan dari Khiarah.
Sedangkan Abizar menepuk pundak Rifaldi dari belakang dan tersenyum bahagia karena melihat anaknya dan juga menantunya.
Kara dan juga Khairah saling berpelukan seolah menghilangkan rindu yang mereka rasakan, Khairah melepaskan pelukannya kemudian membenarkan kerudung milik Kara.
"Umi senang kamu memakai hijab dari umi ini," kata Khairah.
"Ini dari umi? Aku bahkan tidak tau siapa yang masang hijab instan ini, yang aku tau saat aku bangun sudah pakai hijab ini," kata Kara.
Khairah hanya tersenyum sebagai tanggapan kemudian dia melirik kearah anaknya yaitu Rifaldi.
"Kamu yang masang?" Tanya Khairah kepada Rifaldi.
Rifaldi mengangukan kepalanya, sedangkan Kara nampak melotot karena malu, bagiamana bisa Rifaldi yang memasang hijabnya.
Khiarah melihat ekspresi dari wajah Kara, dia sudah bisa menebak kalau anakmya itu belum mengatakan hal yang sebenarnya.
Khiarah langsung menjewer telinga Rifaldi, "awww... Umi ampun," kata Rifaldi yang merasa kesakitan.
"Jangan bilang kalau kamu belum mengatakan semuanya?" Kata Khairah.
"Mengatakan apa umi?" Tanya Kara penasaran.
"Biar anak nakal ini yang mengatakannya," kata Khiarah.
"Ampun umi, lepaskan dulu telinganya sakit," kata Rifaldi.
Sedangkan Abizar yang melihatnya hanya bisa menyungingkan senyumannya melihat kelakuan istri dan juga anaknya yang diperhatikan oleh menantunya itu.
Kara menatap kearah Rifaldi seolah menanyakan hal sepertinya disembunyikan tersebut.
"Eh anu.. ehumm.." kata Rifaldi yang malah bingung akan mengatakannya.
Abizar melihat kearah jam tangannya, dia tidak bisa membuang-buang waktu disini, dia akan rapat bersama dengan dewan direksi.
"kalian sudah menikah," kata Abizar.
"Apa??" Kata Kara yang nampak terkejut.
"Maaf Abi dan umi gak bisa lama-lama disini karena akan ke kantor cabang, kalian selesaikan urusan kalian masing-masing," kata Abizar kemudian dia merangkul sang istri.
"Kami pamit dulu, ingat Rifal, jangan nakal," kata Khairah sebum akhiarnya keluar dari ruangan Kara.
Kara terdiam saat mendengar kalau Rifaldi sudah menikahinya, pantas aja kemarin Rifaldi berani memegang tanganya seperti itu.
Kalau dirinya adalah istrinya Rifaldi, itu artinya dia jadi istri keduanya karena Safira sedang hamil, Rifaldi tega sekali.
"Mas Rifaldi ceraikan aku," kata Kara.
Rifaldi langsung menatap tajam kearah Kara, ada apa dengan wanita itu, seharusnya dia senang bukan kalau dirinya sudah menikahinya, apa rasa cintanya kini sudah hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)
EspiritualSquel Biarlah Takdir Yang Menentukan Rifaldi Ahmad Muzaki. Dia sedang memperluas dakwahnya di pesisir pantai. Mengungkap tabir misteri yang mengusik damai. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya terpaut dalam Takdir. Akankah Takd...