Pak Tarji menatap kearah Rifaldi dan juga Arfan, mungkin ini saatnya dia menceritakan semua yang terjadi di desa ini. Berharap mereka bisa mengubah keyakinan yang ada di sini.
"Sebenarnya siapa Pak Sukandi itu? Kenapa dia disegani warga disini?" Tanya Arfan.
"Kenapa setelah kejadian Tsunami disini semua warga tidak ada yang mendatangi masjid?" Kata Rifaldi.
"Dulu saat setelah kejadian Tsunami di sini, Sukandi datang menolong semua warga yang ada di sini, dia memberikan uang banyak kepada warga bahakan membanguan kembali daerah disini, entah uang dari mana yang di dapatkan Sukandi karena dulu dia orang yang miskin di daerah ini. Tapi semua warga menerimanya, bahakan memuja Sukandi. Dia menyerukan kepada semua warga untuk membuang jenazah ke laut sebagai persembahan dan menganggap masjid sebagi pembawa sial karena dulu saat kejadian Tusanmi hanya masjid ini saja yang utuh tidak rusak sama sekali walau diterjang ombak Tsunami," kata Pak Tarji mengingat masalalunya itu.
"Lalu apakah semua warga disini langsung menuruti perkataan Pak Sukandi itu? Apa tidak ada yang menentangnya?" tanya Rifaldi.
"Ada, dulu Abdulah selaku kepala RT dia sini menentangnya, tapi Sukandi menghasut semua warga disini dan mengucilkan Abdulah, dan Sukandi malah menikahi anak dari Abdullah," kata Pak Tarji itu.
"Istri Pak Sukadi itu anak dari Pak Abdulah?" Kata Arfan.
Pak Tarji mengangukan kepalanya.
"Sekarang tugas kalian berdua harus mengubah desa ini seperti sedia kala," kata Pak Tarji.
"Itu pasti Pak, lagian niat Rifaldi juga kesini untuk itu dan saya hanya menemaninya saja karena ibunya menghawatirkannya," kata Arfan.
Rifaldi malah menatap tajam Arfan. Dia kira tidak bisa jaga diri sendiri apa.
"Sebenarnya warga disini tidak murtad, mereka masih beribadah secara sembunyi-sembunyi, mereka takut oleh pemimpin disini saja yaitu Sukandi, dan itu memudahkan kalian untuk mengajak semua warga kembali ke jalan Allah," kata Pak Tarji.
Rifaldi mengangukan kepalanya, sedikit petunjuk dari Pak Tarji tadi memudahkannya.
"Sekarang kita ambil pecahkan botol itu,," kata Rifaldi.
"Oh iya aku hampir lupa dengan niat kita tadi," kata Arfan.
Kemudain Rifaldi dan juga Arfan berusaha mengambil botol minuman itu yang sudah pecah.
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
Kara sudah melanjutkan rencananya, malam ini dia dan Sofi akan bergerak, Sukandi sudah di tanganni oleh Santi istrinya. Tinggal bagaimana cara Kara dan juga Sofi untuk mengelabuhi para penjaga disana.
"Penjaganya banyak banget Kara," kata Sofi yang nyaris berbisik karena takut ketahuan oleh orang yang ada disana.
"Kita cari jalan lain dulu," kata Kara.
Kemudain mereka putar balik dan tak sengaja menginjak sesuatu hingga menimbulkan suara.
"Siapa itu?" Tanya penjaga itu.
"Kabur Sof," kata Kara kepada Sofi.
"Hei kalian sedang apa disini?" Kata penjaga yang lainnya dari arah berlawanan.
Sekarang mereka berdua sedang di kepung dari kanan dan juga dari kiri.
"Bagaimana ini Kara?"
"Tenanglah dulu, jangan membuat dia curiga," kata kata Kara.
"Kalian sedang apa?" Tanya penjaga tersebut.
"Perut temanku sakit dan mulas kami sedang mencari toilet tapi tidak tau tempatnya dimana," kata Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)
SpiritualSquel Biarlah Takdir Yang Menentukan Rifaldi Ahmad Muzaki. Dia sedang memperluas dakwahnya di pesisir pantai. Mengungkap tabir misteri yang mengusik damai. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya terpaut dalam Takdir. Akankah Takd...