Pak Makmur membawa dua gadis itu kedalam rumahnya. Dia takut akan ada yang mendengar ucapannya kalau mereka berada di luar.
Pak Makmur melihat kearah jendela untuk memastikan takut ada orang yang sedang mengintip kedatangan dua gadis itu.
Setalah dikira semuanya aman, Pak Abdulah menatap kearah dua wanita itu. Sofi bersembunyi di balik punggung Kara karena takut melihat tatapan Pak Abdulah tersebut.
"Sekarang ceritakan," kata Pak Abdulah tegas.
"Jadi begini kemarin kita berdua menolong Pak Makmur yang terluka parah, kata dia hanya Pak Abdulah yang bisa menolong kami," kata Kara.
Pak Abdulah mulai berpikir sejenak dengan perkataan dua gadis dihadapannya itu, mungkin takut apa yang di ucapkan kedua gadis itu adalah bohong.
"Emangnya teman kalian di mana?"
Kara mulai berpikir lagi dan mengingat-ingat apa yang dikataan oleh Pak Makmur tersebut. Sedangkan Sofi dia hanya terdiam dan tidak angkat bicara karena takut dengan orang yang dihadapanya itu.
"Kalau gak salah kantor kelurahan," kata Kara.
Pak Abdulah langsung mengeraskan rahangnya saat mendengar ucapan dari Kara. Sedangkan Sofi malah ketakutan melihat muka Pak Abdulah yang semakin garang menurutnya.
Pak Abdulah yang sadar bahwa Sofi ketakutan pun melembutkan cara bicaranya.
"Makmur bilang apa saja pada kalian?" Tanya Pak Abdulah yang penasaran.
"Dia bilang kalau dia hanya pura-pura gila untuk bertahan hidup," kata Kara.
Pak Abdulah sekarang sedang berpikir, apakah ini yang di maksud oleh Makmur, karena dia tidak mungkin gegabah bilang kalau dia pura-pura gila kepada siapapun kecuali dengan dirinya.
Dalam hati Pak Abdulah bahagia karena mungkin orang yang dihadapanya ini bisa menolongnya dari ketersesatan saat ini.
"Apakah bapak bisa membantu kita," kata Sofi mulai berani berbicara.
"Yah saya bisa membanatu kalian, tapi kalian harus mengaku-ngaku kalau kalian adalah teman akan saya yaitu Santi," kata Pak Abdulah.
Jadi sebenarnya Santi istrinya Pak Sukandi itu adalah anaknya Pak Abdulah.
"Baiklah tidak masalah," kata Kara dan juga Sofi.
Kemudain Pak Abdulah melihat kearah Kara dan juga Sofi, dia melihat dari bahwa sampai atas.
"Sepertinya kalian juga harus mengubah penampilan kalian ini," kata Pak Abdulah.
"Maksud bapak semacam menyamar seperti itu," kata Sofi.
Pak Abdulah mengangukan kepalanya, "iya seperti itu,"
"Aku tidak keberatan asal tidak melepaskan hijabku," kata Kara.
"Kalau begitu aku juga sama," kata Sofi.
Kata dan juga Sofi mengubah penampilannya dan memakai baju anaknya Pak Abdulah dan menganti kerudungnya dengan kerudung blus model jaman dahulu.
"Kalian sudah siap? Kalau begitu ayo kita kesana," kata Pak Abdulah.
Kemudian Kara dan juga Sofi mengikuti jalan Pak Abdulah yang akan menuju ke kantor kepada desa tersebut. Ternyata tempatnya sangat luas, bersih dan juga indah.
Sampai di depan pintu satpam penjaga melihat kearah Kara dan juga Sofi yang terasa asing dimatanya.
"Kalian siapa?" Tanya satpam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)
SpiritualSquel Biarlah Takdir Yang Menentukan Rifaldi Ahmad Muzaki. Dia sedang memperluas dakwahnya di pesisir pantai. Mengungkap tabir misteri yang mengusik damai. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya terpaut dalam Takdir. Akankah Takd...