9. Membuang Jenazah Kelaut

14.7K 817 27
                                    

Happy Reading.

Rifaldi dan juga Arfan telah berkeliling di kampung ini, meraka juga sudah menanyakan kepada warga tapi tak juga ada yang menjawabnya.

Kemudian Rifaldi mengikuti warga karena mendengar ada warga Kuluhan yang meninggal. Dia bersama Arfan berniat akan menyolatkan jenazah tersebut tapi mendapat penolakan dari semua warga.

Arfan kekeuh ingin menyolatkan mayat tersebut dan dia menyolatkan bersama Rifaldi secara diam-diam walaupun mereka tidak menyalatkannya di dalam mesjid.

Keharusan mengurusi jenazah muslim berlaku untuk seluruh umat Islam tanpa ada pengecualian. Hukum mengurusi jenazah muslim dalam fiqih ialah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban mengurusi jenazah hilang bila sudah dilakukan oleh sebagian orang dan dihukumi berdosa seluruhnya bila tidak ada yang mengurusi sama sekali

Perlu diketahui, selama jenazah masih berstatus muslim pada akhir hayatnya, seluruh umat Islam dituntut untuk mengurusi jenazah mereka, meskipun semasa hidupnya dikenal sebagai  pendosa dan suka berbuat maksiat.

Sayyid Abdurrahman Ba’lawi dalam Bughyah al-Mustarsyidin mengatakan:

يجب تجهيز كل مسلم محكوم بإسلامه، وإن فحشت ذنوبه، وكان تاركا للصلاة وغيرها من غير جهود، ويأثم كل من علم به أو قصر في ذلك، لأن لا إله الا الله وقاية له من الخلود في النار، هذا من حيث الظاهر، وأما باطنا فمحل ذلك حيث حسنت الخاتمة بالموت على اليقين والثبات على الدين فألاعمال عنوان.

“Wajib mengurusi jenazah setiap muslim, meskipun banyak dosa, seperti meninggalkan shalat dan lain-lain selama tidak mengingkari kewajibannya. Dianggap berdosa setiap orang yang mengetahui dan mereka tidak mengurusinya, karena dari sisi lahiriah, kalimat tauhid menjaga manusia dari azab kekal di neraka, sementara dari aspek batin, husnul khatimah didasarkan pada keyakinan, keteguhan beragama, dan amalan sebagai tandanya.”
    
Setalah mereka menyolatkan mayat itu kemudian mereka terdiam dirumah duka tersebut, mereka tidak ada niatan untuk ikut membuang mayat itu ke pantai karena sama saja dengan musyrik.

"Kalian siapa? Sepertinya saya baru liat kalian berdua disini," kata bapak tua itu, sepertinya dia pemilik rumahnya.

Rifaldi menyerengit dan berpikir, kenapa bapak tua ini tidak ikut membuang jenazah itu ke pantai.

Arfan mengulurkan tangannya, "Saya Arfan, dan ini Rifaldi," kata Arfan memperkenalkan diri.

"Saya Abdullah," kata bapak tersebut menerima uluran tangan Arfan kemudian berganti menjabat tangan Rifaldi.

"Kalau boleh tau kenapa Pak Abdulah tidak ikut ke membuang mayat ke pantai?" Tanya Rifaldi hati-hati. 

Pak Abdulah menatap mereka sejenak, "Sebanarnya saya lebih suka kalau ayah saya di kubur saja di tanah agar saya bisa berziarah ketemat terakhirnya, tapi peraturan di daerah sini tidak memperbolehkannya dan saya tidak tega melihat jasad ayah saya di buang kelaut, makanya saya tidak ikut kesana."

"Kalau boleh tau siapa yah membuat peraturan di daerah sini?" Tanya Arfan penasaran.

Pak Abdullah nampak berpikir lagi, dia sepertinya sedang menimbang-nimbang sesuatu.
"Maaf kalau itu saya tidak bisa menjawab," kata Pak Abdullah.

"Terus apa bapak kenal dengan Pak Tarji?" Kata Rifaldi.

Dia mencoba bertanya kepada Pak Abdullah, siapa tau saja beliau bisa memberitahukan keberadaan Pak Tarji. Karena kalau di lihat sepertinya dia orang baik.

"Kenapa kamu menanyakan itu kepada saya?" Tanya Pak Abdullah menatap tajam pemuda yang ada di hadapannya itu.

"Karena tidak ada warga yang menjawab pertanyaan saya, semua warga disini seolah bungkam," kata Arfan.

Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang