28. Masih menjadi misteri ilahi

11.6K 628 74
                                    


Kara terdiam di dalam kamarnya, dia merasa bosan sekali hari ini, biasanya dia suka bersama Sofi untuk keluar atau sekedar bercerita di kamarnya.

Tak lama ponsel milik Kara berdering tanda ada yang menelponnya.

"Assalamualaikum," kata Kara.

"Waalaikumussalam, Kara kamu apa kabar?" Tanya seseorang di sebrang sana.

Mendengar suara itu Kara jadi tau kalau itu adalah suara sepupunya yang ada di Jakarta.

"Kabar aku baik Mbak, gimana keadaan bude dan pakde di jakarta?" Tanya Kara.

"Mereka juga baik Kara, oh yah kakak kesini hanya ingin memberitahumu kalau Mbak udah di Khitbah dan dua Minggu lagi Kaka akan menikah," kata sepupunya.

"Wah bagus donga kalau begitu, selamat yah Mbak bentar lagi bakal nikah," kata Kara.

"Iya, kamu mau kan bantuin persiapan pernikahan Mbak di Jakarta," kata Sepupuhnya.

"Iya Mbak siap, nanti Kara ke Jakarta," kata Kara.

"Yaudah kalau begitu Mbak tunggu kedatanganmu yah, Assalamualaikum,"

"Iya Mbak, waalaikumussalam," kata Kara lalu  mematikan penselnya itu.

Kara bertekad akan pergi ke Jakarta saja sekalian refreshing, lagian sekarang di sudah tidak mempunyai teman lagi, jadi akan sangat bosan jika dia terus-terusan disini. Di tambah dia ingin melupakan sosok Rifaldi yang sudah ada dihatinya. Dia bertekad akan pergi ke Jakarta saja.

Tak lama kemudian Karin datang menemui anaknya yang sedang terduduk di kamarnya.

"Nak ada tamu yang ingin bertemu dengan dirimu," kata Kara.

"Siapa?" Tanya Kara.

"Kamu temui aja orrangnya nanti juga tau," kata Karin kepada anaknya.

Kara mengangukan kepalanya, lalu dia berjalan keluar kamarnya bersama dengan ibunya. Entah kenapa kini perasannya mulai merasa tidak enak.

Saat sudah berada di ruang tamu, Kara bisa melihat kalau keluarganya Azka sudah berada duduk di kursi bersama ayahnya.

Mata Kara kini tertuju pada sahabat yang sedang menatapnya dengan pandangan sinis. Dia tau kalau Sofi tidak menyukainya sekarang.

"Duduk Kara," kata Ustaz Ilham.

Kara menuruti perintah Abinya untuk duduk, sedang Kara duduk barulah Azka angkat bicara.

"Karena sumuanya sudah berkumpul, langsung saja kepada intinya, jadi niat awal saya untuk datang kesini bersama orangtua saya ingin menghitabah Manilkara sebagai istri saya, apa Ustadz Ilham mengijinkan?" Kata Azka.

"Keputusan sepenuhnya ada ditangan anak saya yang ingin menjalankannya adalah Manilkara, biar dia yang menjawabnya," kata Ustad ilham menyerahkan semuanya kepada anaknya.

Kara sangat terkejut dengan Azka yang menghitabahnya, ini terlalu cepat bagi dirinya, dia sama sekali belum siap tapi dia tidak mungkin bisa menolaknya begitu saja karena tau keluarga Azka dan keluarga dirinya yang sudah dekat.

"Boleh saya meminta waktu untuk jawabannya," kata Kara.

Azka mengangukan kepalanya. "Lusa saya akan pergi ke Jakarta, setalah saya datang kesini lagi baru akan memberikan jawabannya," kata Kara.

"Kamu kenapa ingin pergi ke Jakarta?" Tanya Karin.

"Mbak Safira akan nikah Bu, apa paman sandi belum memberitahu ibu," kata Kara.

"Astagfirullah umi lupa," kata Karin.

Azka merasa khawatir sekarang setelah Kara mengatakan kalau dirinya akan pergi ke Jakarta. Padahal Azka sengaja menghitbah Kara agar dia tidak pergi ke Jakarta.

Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang