Happy Reading.Kara turun dari batu besar itu bersama dengan Rifaldi. Rifaldi mengunakan tas kara sebagai penengah antara dirinya dan juga Kara agar tidak bersentuhan langsung.
"Pantesan betah banget diatas ternyata bareng sama cewe," kata Arfan setalah melihat Rifaldi turun.
"Bang Arfan ngomong apaan," kata Rifaldi.
"Oh yah, jangan-jangan ini ponsel punya kamu lagi," kata Arfan kepada wanita itu.
"Iya itu punya saya, kebetulan tadi jatuh saat saya diatas," kata Kara sambil menunduk.
Arfan mengembalikan ponsel milik Kara, dan kara menerimanya sambil membuka ponselnya dia ingin mengecek apakah ada pesan atau panggilan dari sahabatnya itu.
Kara menghela nafasnya, dia lupa kalau di daerah pantai itu susah dengan sinyal.
Rifaldi yang melihat Kara seperti kebingungan pun bertanya.
"Ada apa" kata Rifaldi."Tidak ada sinyal," kata Kara.
Arfan berbisik kepada Rifaldi.
"Wanita itu siapa namanya? Cantik banget kayak bidadari surga," kata Arfan.Rifaldi menyengol Arfan yang berbicara sembarangan, "Namanya Sawo Manila,"
"Hah?" Arfan sedikit terkejut saat mengetahui bahwa nama wanita yang dihadapannya itu adalah Sawo Manila.
Arfan kemudian melirik wanita itu, "nama kamu Sawo Manila?" Kata Arfan memastikan kalau apa yang dikatakan oleh Rifaldi itu memang benar.
Mendengar itu, Kara langsung melirik Rifaldi, pasti laki-laki yang memberitahunya.
"Nama saya Manilkara Zapotha, biasa di panggil Kara atau Zapota, bukan Sawo Manila," kata Kara.
"Tapikan artinya Sawo Manila," kata Rifaldi tidak mau kalah.
"Tapi saya lebih suka nama Manilkara Zapota daripada Sawo Manila." Kata Kara.
Arfan malah kebingungan melihat perdebatan orang ya ada di depannya itu. Dia yang menanyakan nama, lalu mereka malah berdebat tentang mana itu.
"Sudah jangan ribut, saya kan tadi nanya nama doang, kenapa kalian malah berantem gara-gara nama," kata Arfan.
"Mas ini namanya siapa?" Tanya Kara balik menanyakan orang yang di sepah Rifaldi.
"Saya Arfan, temannya Rifaldi," kata Arfan.
Setalah itu mereka terlibat obrolan dan semakin akrab, mereka berjalan menelusuri pantai untuk pulang ke tempat Penginapan Timbun. Lebih tepatnya Rifaldi yang suka mengobrol dengan Kara sedangkan Arfan malah terasa di kacangin.
Rifaldi juga menceritakan alasannya datang ke kota ini, dan tanpa sadar Kara malah dibuat kagum dengan sosok Rifaldi karena menurutnya jarang sekali ada orang yang seperti Rifaldi.
Kara menceritakan wawasannya tentang pengetahuan yang ia miliki dan juga pengalaman hidupnya selama ini. Rifaldi juga mengetahui kalau Kara adalah sosok yang unik dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
"Dududududu... Dunia serasa milik berdua," Arfan bersiul sambil pura-pura tidak melihat dua orang yang ada disebelahnya itu.
"Apaan si bang," kata Rifaldi.
"Mas Arfan makanya ikut ngobrol bareng," kata Kara.
"Udah kacangin aja dia," kata Rifaldi kepada Kara, sedangkan Kara hanya tersenyum saja.
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
Sedangkan di tempat lain, seorang pria sedang berkeliling di sekitar pantai di tengah malam yang sunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)
SpiritualSquel Biarlah Takdir Yang Menentukan Rifaldi Ahmad Muzaki. Dia sedang memperluas dakwahnya di pesisir pantai. Mengungkap tabir misteri yang mengusik damai. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya terpaut dalam Takdir. Akankah Takd...