Kara melihat Safira sedang berjalan kearahnya. Dia tersenyum melihat Kara dan mengajaknya duduk bersama Rifaldi di kursi. Safira tidak atau apa yang sebenarnya yang terjadi antara Kata dan juga Rifaldi Sembalun dia datang."Kamu sudah lama disini ya Rifaldi?" Tanya Safira kepada Rifaldi.
"Tidak kok Mbak," kata Rifaldi.
Kara terdiam tidak berbicara sedikitpun, dia disini hanya dijadikan nyamuk atau penengah antara mereka berdua karena Safira dan juga Rifaldi bukan mahram.
"Maaf yah aku habis dari kantor dulu tadi, kalau begitu aku pergi ke dapur dulu untuk membuatkan kamu minum," kata Safira.
"Tidak usah repot-repot mbak," kata Rifaldi agar dia tidak di tinggalkan berdua dengan Kara.
"Gak repot kok, kalau begitu aku ambilkan dulu yah," kata Safira kalau pergi kearah dapur.
Setelah kepergian Safira, kini hanya tinggal Kara dan juga Rifaid berdua dalam ruangan tersebut. Kara hanya fokus kepada layar ponselnya seolah tidak menganggap Rifaldi ada.
Rifaldi malah berdehem supaya Kara melihat kearah dirinya.
"Ekhem," kata Rifaldi.Kara melirik kearah Rifaldi sekilas kemudian dia kembali fokus kepada ponselnya. Rifaldi menyeringai saat melihat Kara masih memegang ponselnya.
Kara menyerengit saat melihat ada notifikasi dari layar ponselnya.
Rifaldi :
Fokus amat main hpnya.Ngapain juga Rifaldi mengechatnya, tunggu itu artinya Rifaldi masih menyimpan nomor ponselnya.
Kara membalas pesan dari Rifaldi.
Manilkara
Suka-suka saya 😠.Rifaldi melihat notifikasi dari Kara, dia malah tersenyum sendiri padahal mereka saat ini hanya terpisah oleh meja saja, tapi malah berkomunikasi menggunakan ponsel.
Rifaldi
Sombong yah sekarangKara membaca pesan dari Rifaldi. Tak lama kemudian Safira datang sambil membawakan minuman untuk Rifaldi.
"Ini silahkan di minum," kata Safira.
Rifaldi langsung menyembunyikan ponselnya saat sudah mengetikan pesan itu untuk Kara. Dia melihat kearah Kara sekilas yang juga sedang menyembunyikan ponselnya.
Setelahnya mereka terlibat obrolan, Safira lebih dominan berbicara dengan Rifaldi tentang pernikahan mereka, sedangkan Kara hanya menangapi kalau ditanyai pendapat saja.
💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛
Di Yogyakarta.
Dewa sedang mencaritahu tentang siapa yang meneror Kara waktu itu, dia berpikir kalau pelaku peneroran itu adalah Sofi karena hubungan mereka yang renggang.
"Bisa kita bicara sebentar Sofi?" Kata Dewa yang melihat Sofi sedang sendirian dia bangku belakang.
Sofi melihat kearah Dewa, dalam hati ia berkata untuk apa Dewa menemuinya? Sepertinya ada hal penting yang ingin dia bicarakan.
"Bicara apa?" Tanya Sofi.
Dawa ikut duduk di bangku tersebut dan berhadapan dengan Sofi, dia harus mencaritahu kebenarannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Dalam Takdir Allah (Tamat)
SpiritualSquel Biarlah Takdir Yang Menentukan Rifaldi Ahmad Muzaki. Dia sedang memperluas dakwahnya di pesisir pantai. Mengungkap tabir misteri yang mengusik damai. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya terpaut dalam Takdir. Akankah Takd...