part 39

349 10 0
                                    

Swasan dan jiya kini berada di taman,,
"Sanskar, ponselku di dalam mobil aku akan mengambil nya
" Swara berlalu menuju mobil,,, di bawa nya ponsel milik nya,
"Ya ampun panggilan dari ragini (dilihat nya ada 5 panggilan masuk)
" Aku akan menghubungi nya dulu
Swara jalan tidak melihat sekeliling ia pokus pada ponsel nya
"Gupraaak,,,,, aaahhhh, ponsel ku,,,
" Sory,,, swara,, (ucap wanita yg menabrak nya)
"Kavita,,,
" Swara aku benar benar minta maaf
"Tidak aku yg salah karna terlalu fokus pada ponsel hingga tidak melihat sekitaran
" Kau sedang apa di sini(tanya swara)
"Aku sedang mencari pekerja'an dan hendak pulang,,,, (ucap kavita)
" Kau ingin bekerja,,,
"Ya swara aku harus punya penghasilan untuk masa depan jiya dan aku,
" Dan kau sendiri sedang apa,, apa kau bersama jiya,,,
"Ya aku bersama jiya, kau ikut lah dengan ku jiya sedang bersama sanskar
Mereka menuju keberada'an sanskar dan jiya,
Jiyq melihat kedatangan swara bersama kavita
" Ibu,,,,, memeluk kavita
"Hay sayang,,, (kavita membalas pelukan jiya)
Sanskar didukung acuh, swara duduk di samping nya,
" Kau dengan kavita(tanya sanskar)
"Ya tadi aku bertemu dengan nya di jalan,
" Baik lah ayo kita pulang,,,,
Sanskar berdiri dari duduk nya,
Swara mengangguk diam melihat sikap sanskar yg dingin pada kavita,
"Swara jiya biar dia pulang bersamaku, (ucap kavita)
" Baik lah,, ayah dan ibu swara pulang dulu, kau pulang lah bersama ibu mu, (ucap sanskar memeluk dan mencium jiya)
"Dah,,,,
Di mobil keheningan terjadi sansakerta masih bersikap di dingin,
" Swara melihat jok belakang yg dilihat nya tas jiya
"Ya ampun tas jiya ketinggalan bagai mana ini, besok jiya sekolah, dan tas nya,,,
" Biarkan saja, jiya pasti punya tas cadangan, (ucap sanskar masih pokus mengemudikan mobil nya
Swara menggelengkan kepala
Suasana sudah berada di kamar,  sanskar masuk kamar mandi, sedang kan swara ia langsung duduk di sofa ia membaringkan tubuh nya, ia meluruskan kaki nya di sofa
"Ya ampun kaki ku pegal sekali, rasa nya akhir akhir ini aku sering merasa cepat capek, sanskar memijit kaki nya pelan, tanpa di sadari sanskar sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi sejak tadi ia memperhatikan istri nya dan mendengar ocehan swara,
Sanskar mendekati swara ia susuk di sofa, dan mengangkat Kaili swara ke pangkuan nya dan di pijit nya pelan kaki istri nya tersebut tanpa ada kata ug keluar dari bibir lelaki kekar tersebut,, swara terus memandangi wajah sanskar, namun sangkar mengabaikan kan ya,
" Kau mencintai ku,,,,,,,, (ucapan terlontar dari bibir manis swara)
Sanskar menoleh pada swara,
"Kau seperti baru mengenal ku saja,, (ucap sanskar dingin)
" Lalu kenapa kau mengabaikan ku
Tangan sanskar berhenti memijat kaki swara, dan terdiam sanskar menghela napas kasar,,
"Sankara tolong beri tahu aku apa salah ku, semenjak pulang dari taman kau mengacuhkan kan ku,,,
" Swara aku hanya kesal kenapa kau masih sajah berhubungan dengan kavita, dan itu membuat ku kesal
"Sanskar aku tidak sengaja bertemu dengan nya tadi,
" Sudah lah,,,,
Sanskar bangun dari duduk nya hendak pergi melangkah namun langkah nya terhenti, swara memegang tangan sanskar menghentikan,
Swara dan sanskar saling berhadapan
"Sorry,,,, (swara sambil memegang kedua telinga nya)
" Sanskar dengan sigap mengambil tangan swara, ia memutarkan mata nya, dan menghela napas(tolong jangan lakukan itu swara(sanskar memeluk nya)
"Swara pun mengingat sesuatu, ia berencana meminta sanskar mencarikan pekerja'an untuk kavita,
Ya,,entah kelemahan, atau ke lebihan dari sosok swara ia tidak bisa melihat orang lain susah, dan menderita, walaupun kavita sudah sangat jahat pada nya
" Baik lah ayo kau belum akan bukan ayo keluarga pasti sudah menunggu kita(ucap swara)
"Ayo,, tunggu swara, apa kau bisa berjalan, maksudku apa kaki mu masih sakit, kalau masih sakit aku akan menggendong mu menuju meja makan,(sanskar menggoda swara)
" Sanskar kau ini,,,, pa kata seluruh keluarga nanti, sudah lah berhentilah mengganggu ku ayo,
Swara menggandeng tangan sanskar
Swasan tiba di meja makan
Sangkar duduk di kursi meja makan, swara hendak menyajikan makanan untuk sanskar,
"Kakak tunggu,, sudah lah kau duduk lah, kau tidak usah menyajikan makanan untuk kak sanskar, biar aku yg menyajikan nya(ucap utaran merebut mangkuk di tangan swara)
" Utaran kau kenapa, aku bisa menyajikan nya(ucap swara)
"Sudah lah kak aku sedang berlatih menjadi istri yg baik, jadi aku praktekan ini pada kaka sanskar(ucap utaran, senyum memandang sanskar)
" Hey,,, anak bodoh kau jadikan aku bahan praktek mu hah(sanskar mengerutkan kening nya)
"Kakak aku mohon,, duduk lah dengan manis aku akan menyajikan makanan untuk kalian ok,,,,
Seluruh keluarga tersenyum menggelengkan kepala, melihat tingkah utaran
Makan malam pun selesai,,,
" Swara kau dari mana saja kenapa kau pulang sore bukan kah kau pergi ke sekolah jiya(tanya ragini)
"Ya ragini aku tadi ke sekolah, dan langsung ke kantor sanskar,
" Lalu jiya,,,
"Dia pulang bersama kavita,
" Kavita,,,
"Ya tadi sewaktu pulang kami mampir ke taman untuk membawa jiya main kebetulan kami bertemu kavita,
" Dengan tidak sengaja??? Maksud ku, apa semuanya kebetulan
"Ragini apa kau ini, pikiran mu sama seperti sanskar
Dan kau tau,  kavita tadi seharian mencari pekerja'an,,,
" Haa bagus,, memang sudah seharusnya kan dia mempunyai anak, dan dia harus bekerja untuk kehidupan anak nya kan,,
Swara terdiam ragini memandang swara membalikan tubuh swara berhadapan penuh tanya
"Tunggu swara,, jangan bilang kalau kau memikirkan sesuatu
Swara memandang ragini dan menggelengkan kepala nya
" Tidak swara kau tidak mesti melakukan nya, dengar kavita sudah sangat jahat pada mu, dan akau percaya begitu saja pada nya kalau dia sudah berubah,
"Ragini tidak ada salah nya kan kita mempercayai nya, dan memberikan nya kesempatan,
" Swara kau terlalu baik, sudah lah jangan membantunya terus,,,
"Tapi ragini, bagai mana dengan nasib jiya, dia juga anak sanskar, kita harus memikirkan masa depan nya,,
" Tidak,, cukup,, ragini bener, kau seharusnya tidak terus membantu nya swara(ucap sejati yg riba tiba datang,)
"Ibu,,,,
Swara kau ini, benar benar keras kepala, kau percaya saja pada orang seperti kavita???
" Tapi ibu,,,, "cukup tidak ada tapi tapian, lagi pula belum tentu jiya adalah anak sans,,,,, (ucap nya terpotong kalau ragini memegang tangan sujata memberikan isyarat untuk menghentikan ucapan nya
Swara memandang tak percaya pada sujata, dan tertunduk
" Ahhhh sudah lah, swara pokok nya aku tidak mau mendengar nama kavita di rumah ini sudah cukup(sujata berlalu pergi meninggalkan swara, ragini)

KESETIA'ANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang