Akhirnya Aurora pergi bersama Rian untuk mencari oleh oleh, sebenarnya Aurora tidak ingin mencari banyak oleh oleh. Dia hanya ingin membeli titipan dari kakak sepupunya, sepatu kulit dan jaket jeans khas bandung.
Tapi nyatanya, banyak makanan yang Aurora beli karena tak tahan melihatnya.
Rian sendiri ikut membeli jaket dan sepatu ditempat yang sama dengan aurora membeli titipan Dimas.
"Sini aku bawain" tawar Rian karena melihat bawaan ditangan Aurora sudah banyak.
Aurora menggeleng. "gapapa Rian. Gausah"
Rian tersenyum dan tetap mengambil bawaan Aurora. Aurora hendak protes namum Rian malah berjalan meninggalkannya.
Setelah puas berkeliling mencari oleh oleh. Mereka berada di salah satu tempat makan terkenal di kota bandung. Tempat lesehan makanan sunda kesukaan Aurora.
Aurora memang orang asli bantul, jogjakarta, tapi dia sangat menyukai makanan khas sunda.
Untungnya jam kunjungan mereka bukan di hari libur dan masih jam sepi, jam 3 sore.
"Itu fajar kan ya? Sama Renata?" ujar Rian melihat Fajar juga Renata ada disini dan mereka berada di sudut.
Aurora berbalik dan mengikuti arah pandang Rian.
Fajar disana bersama Renata.
"samperin yuk" ajak Rian.
Aurora hendak menolak, namun satu tangan Rian sudah menggandengnya mendekati meja Fajar juga Renata.
"woy! Berduaan aja nih"
Fajar dan Renata menoleh. Fajar terlihat sangat kaget melihat Rian. Apalagi ada Aurora disampingnya. Sementara Renata hanya tersenyum.
"Eh Jom, eh tar, maksudnya Aurora kalian disini juga?" tanya Fajar.
Aurora mengangguk pelan, rasa kesal muncul di hati Aurora melihat Fajar bersama Renata berdua disini.
"iya, kita cari tempat dulu ya Jar, ta. Ayo Ra"
Aurora dan Rian mendapat tempat beberapa meja dari Fajar Renata.
Sambil memakan makanan nya Fajar sesekali melirik ke arah Aurora dan Rian, sayangnya posisi Aurora membelakangi Fajar.
Jadi Fajar tak bisa melihat bagaimana Aurora sekarang.
"Jar aku mau bilang sesuatu"
"apa?"
"aku bakal kerja di pelatnas mulai tanggal satu" jelas Renata
"Hah?"
"kok kamu kaya gak suka?"tanya Renata.
Fajar gelagapan. "ehh. Bukan. Aku cuma kaget aja. Kok bisa kamu kerja di pelatnas"
"bisa dong, soalnya aku punya surat rekomendasi dari st belleuve hospital di london dan kebetulan pelatnas kekurangan dokter. Aku apply. Diterima deh"
Fajar mengangguk, memang salah seorang dokter pelatnas ada yang berniat mengundurkan diri.
Fajar senang sekaligus bingung mendengar kabar dari Renata.
Hatinya dilema, rasa sayang itu masih ada untuk Renata, tapi dia juga berjanji untuk menjaga Aurora
"Kok diem aja?" tanya Renata.
Renata sendiri sebenarnya takut jika Fajar sudah tidak mempunyai perasaan untuknya.
"Gapapa, aku seneng kok"
"Jar, kamu udah gak sayang aku lagi ya?" tanya renata langsung.
Fajar menghela nafasnya pelan. Fajar tak pernah bisa bohong pada Renata. Karena Renata terlalu mengenal dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Of Love | Rian Ardianto √
FanfictionPerihal mencintai mungkin terdengar sangat mudah, beda lagi dalam urusan melupakan. Ketika mencintai kita diajarkan untuk bisa menerima takdir, antara balas dicintai atau tidak mendapat balasan sama sekali. Ketika melupakan rasa nya sulit. Lebih...