Aurora hanya bisa memandang ke luar jendela rumah sakit.
Rasanya Aurora sudah bosan dirumah sakit. Tapi memang kondisi nya belum sepenuhnya membaik dan dia masih harus terus dapat perawatan.
"Ra, liat siapa yang datang ndok..." suara ibu Aurora memecah lamunannya..
"Auroraaa... Hey..."
Aurora tersenyum, Jingga datang menengoknya, untungnya Jingga tak dilarang bapaknya seperti Fajar dan Rian.
Sebenarnya Aurora sudah sadar dari 3 hari yang lalu, namun dia memang baru memberi kabar pada Jingga semalam.
"ibu diluar ya"
"Hai nyonya sukamuljo"
"gimana kondisi kamu sekarang? Baik baik aja?"
"as you can see. Aku sudah lebih baik, cuma harus tetap dapat perawatan"
"Syukurlah, kamu tidur lama banget lho Ra, dan aku bener bener khawatir banget sama kamu, ditambah ya bapak kamu sempet gak ngasih ijin buat nengokin, baru sekarang aku dikasih ijin"
"Ya, bapak emang suka gitu orangnya, Kamu beruntung sekarang dikasih ijin, Fajar dan Rian dilarang buat ketemu aku"
"Hah? Seriusan? gimana maksudnya?"
"bapak marah, dan minta aku menjauh dari mereka untuk sementara waktu"
"lho, terus piye toh Ra? Kamu setuju?"
Aurora mengangguk.
"buat kebaikan mereka, mereka harus fokus sama karir mereka Jingga, mereka gak boleh pecah hanya karena aku"
Jingga mengangguk, berusaha mengerti, memang ada benarnya yang dikatakan Aurora.
"Terus kedepannya gimana?"
"setelah aku keluar dari rumah sakit, aku bakal berangkat ke Eropa buat lanjut s2"
"WHAT? RA SUMPAH, kok mendadak gini sih?"
"nggak mendadak, aku emang udah apply beasiswa dari beberapa bulan lalu, dan aku dapat Jingga, full scholarship yang sayang dilewatkan"
"Ra, tapi kamu yakin ini yang terbaik?"
Aurora mengangguk. "Rian dan Fajar harus bisa lebih baik lagi tanpa aku"
Jingga tahu sebenarnya Aurora pasti tak ingin pergi, dia tahu sebagian hati Aurora pasti ingin bisa bersama Rian.
Namun Jingga juga tak bisa berbuat apa apa..karena keputusan memang ada ditangan Aurora.
"kalo emang ini yang terbaik Ra, best of luck for your future Ra, terus kapan kamu berangkat, dan kamu bakal kuliah dimana?"
"Maafin aku Jingga, aku gak bisa kasih tau kamu kapan dan dimana aku akan kuliah, bukannya aku gak percaya sama kamu, tapi biar aku menghilang dulu ya, tapi kamu gak usah khawatir, aku bakal kasih tau kamu nanti dimana aku berada Ra, karena kamu sahabat aku"
Aurora akan merahasiakan keberadaan nya baik untuk Jingga ataupun keluarganya yang lain, hanya orang tuanya yang tau dimana dia akan pergi. Tapi mungkin setelah 2-3 minggu dia akan memberitahu pada Dimas dan Jingga dimana dia berada.
"oke Ra. Kalo emang itu mau kamu, nikmati jarak dan waktu semau kamu Ra, aku disini cuma bisa berdoa yang terbaik buat kamu"
"thank you Jingga buat pengertian nya"
"dan kamu bakal pergi tanpa sepatah kata pun buat Rian..?"
Berat memang rasanya bagi Aurora, namun dia harus melakukan itu. "Aku memang harus pergi tanpa pamit Ra, aku titip Rian ya, tolong jaga agar Rian dan Fajar jangan sampai berantem hebat, pastiin mereka baik baik aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Of Love | Rian Ardianto √
FanficPerihal mencintai mungkin terdengar sangat mudah, beda lagi dalam urusan melupakan. Ketika mencintai kita diajarkan untuk bisa menerima takdir, antara balas dicintai atau tidak mendapat balasan sama sekali. Ketika melupakan rasa nya sulit. Lebih...