61

2.4K 262 10
                                    


Haloo, jangan lupa tinggalkan jejak di chapter ini.


Fajar Alfian Pov's

Gue langsung lari kearah Aurora yang ter kapar karena ditabrak mobil.

Matanya masih terbuka, tapi darah dari hidung dan keningnya gak berhenti ngalir.

"hey ra, liat aku, liat aku, kamu bertahan ya...."

Dan gue makin panik ketika mata itu terpejam..

"Ra...hey bangun!"

Renata udah ada disamping gue, dia langsung melakukan tindakan pertolongan pertama.

Dia melepas blazer yang dia pakai dan membungkus kepala Aurora.

Ya Allah, gue baru sadar bukan cuma kening dan hidung, di sisi lain kepala Aurora pun luka

"Pegang Jar,tahan..." pinta Renata.

Gua memastikan blazer itu bisa nahan pendarahan di kepala Aurora.

"Kita harus cepet bawa dia ke rumah sakit, nadi nya udah lemah banget"

Suara klakson memecah suasana.

"Jar, ayo cepet!" ternyata Kevin dia udah bawa mobilnya.

Gue dibantu Renata bawa masuk Aurora ke dalam mobil.

Dalam hati gue gak berhenti berdoa.

Ya Allah jangan ambil Aurora dulu. Dia perempuan baik, dan gua belum bisa bikin dia bahagia.

"Vin cepetan" ujar gue

"Vin, yang deket ke Rspp aja" ujar Renata.

Kevin mengemudikan mobil nya dengan cepat buat ke rspp.

Sampe dirumah sakit, Renata minta gue buat keluar manggil suster biar segera ngambil bangkar.

Aurora langsung dimasukkan ke dalam UGD.

Gue cuma bisa duduk di depan UGD sambil menunduk dan berdoa supaya Aurora bisa selamat.

Renata memegang pundak gue dan ngasih tissue basah ke gue.

"di bersihin dulu nih. Kalo gak mau cuci tangan ke kamar mandi"

Gue mengangguk, tangan gue penuh darah kering.

Ya Allah, ini darah Aurora.

Ini semua salah gue, andai dulu gua gak nyembunyiin status Aurora, gak bakal begini jadinya.

Sudah hampir sejam tapi dokter belum keluar, tadi gua udah minta Kevin buat hubungin mas Dimas.

"Kevin!"

Gue, renata dan Kevin menoleh, dan ngeliat Jingga lari larian kesini.

"gimana Aurora? Kenapa sih?gimana kejadian nya dia bisa ketabrak mobil"

Melihat raut wajah panik Jingga, Kevin berusaha menenangkan nya.

"tenang dulu. Sini duduk dulu, nafas dulu, kamu lari larian kesini?"

Jingga mengangguk. "Jawab pertanyaan aku Vin!"

"Iya, tunggu sebentar ya, kita tunggu Mas Dimas dulu. Dia bentar lagi dateng. Yang penting kita doa dulu buat Aurora, ya?"

Jingga akhirnya mengangguk dan duduk disebelah Kevin.

Jingga melirik ke arah gue, gue bisa ngerasain hal itu.

Tapi gue tetep munduk dan gak berhenti berdoa buat keselamatan Aurora.

Tak lama Mas Dimas datang dengan mbak Nadine..

Destiny Of Love | Rian Ardianto √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang