26 Maret 2019
Yeonjun. Choi Yeonjun. Hyung kesayanganku!
--------------------------------------------------Hari ini aku dan Yeonjun hyung berencana untuk berkeliling di sekitar Apgujeong. Udara di luar cukup dingin. Aku sudah memberi tahu hyung untuk pergi besok saja. Tapi yang namanya Yeonjun hyung tetap saja bebal. Dia akan merengek jika tidak dituruti kemauannya. Sikapnya yang kekanakan ini terkadang menjengkelkan. Meskipun begitu, aku tidak pernah memarahinya atau pun membencinya. Aku tidak ingin mengubah Yeonjun hyung. Biarkan saja dia menjadi dirinya sendiri. Aku menyukainya karena dirinya. Bukan menyukainya atas dasar standarku.
"Hyung, pakai jaketmu! Diluar dingin!" Perintahku dengan lembut. Namun Yeonjun hyung tidak mendengarku. Ahh bukan tidak mendengar. Lebih tepatnya, pura-pura tidak mendengar. Yeonjun hyung yang seperti ini sangat menguji kesabaranku!
"Hyung!" Panggilku dengan nada yang masih lembut. Yeonjun hyung masih tidak bergeming. Ia masih fokus dengan smartphonenya.
Aku mulai tidak tahan dengan sikap Yeonjun hyung. Aku pun mengambil paksa handphonenya lalu memakaikan jaket ditubuhnya. Tubuh ini terlihat sangat rapuh namun terasa nyaman saat aku memeluknya.
"Pakai jaketmu hyung! Aku tidak mau hyung sakit!"
Yeonjun hyung menautkan kedua alisnya. Bibinya mengerucut lucu. Dia sangat imut. Aku pun mencubit kedua pipinya dengan gemas.
"Soobin-ah, kembalikan ponselku!" Rengeknya sembari menahan tanganku. Lihat, jika sudah merengek seperti ini Yeonjun terlihat sangat menggemaskan.
"Akan aku kembalikan dengan satu syarat." Ucapku sembari mengusap pipinya yang mulai memerah. Apa aku mecubitnya terlalu keras? Pipinya benar-benar merah.
"Syarat apa?" Yeonjun hyung bertanya dengan penuh rasa penasaran. Ia memiringkan kepalanya sembari mengerjapkan matanya. Kumohon jangan seperti ini hyung. Aku tidak tahan!
Aku pun menjawab pertanyaan Yeonjun hyung dengan menunjuk pipiku. Tepat di lesung pipiku.
"Give me some kiss first!" Ucapku dengan jari yang masih menunjuk pipiku.
"Tidak mau!" Ucap Yeonjun hyung sembari berlari meninggalkanku.
Saat aku hendak mendekati Yeonjun hyung, dia terus saja berlari. Tidak, jangan seperti ini hyung. Ini bahaya!
"Jangan berlari! Hyung bisa terluka. Kemari!" Ucapku sedikit menaikkan suaraku.
Namun Yeonjun hyung enggan mendengarkanku. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku tidak mau melihatnya terluka. Dengan susah payah akhirnya aku mampu menahan Yeonjun hyung. Namun ia terus memberontak. Lalu tanpa sadar ia mendorongku dengan keras. Tubuhku menubruk sebuah guci hingga pecah. Aku terjatuh ke lantai. Pecahan guci mengenai telapak tanganku saat aku hendak manahan beban tubuhku dilantai. Darah mengalir dari telapak tanganku hingga mengotori lantai.
Rasanya sakit sekali!
Kudapati Yeonjun hyung masih berdiri di posisinya. Lalu tiba-tiba ia bersimpuh dan membantuku bangun. Dia menuntunku untuk duduk di sofa. Kutatap matanya, namun sorot mata Yeonjun hyung seakan kosong. Matanya menatap kesana-kemari. Wajahnya terlihat gusar.
Ia pun berjalan kedapur dengan tergesa dan kembali dengan membawa kotak obat.
Dengan penuh ketelitian ia mengobati lukaku. Kepala Yeonjun hyung menunduk, matanya mencoba fokus pada lukaku. Hingga beberapa saat kemudian ia selesai mengobati dan memerban telapak tanganku. Lalu kudapati tubuh Yeonjun hyung tiba-tiba bergetar. Tetesan air mata membasahi lenganku.
Tidak, jangan menangis kumohon!
Kutangkup wajah Yeonjun hyung. Ia terisak dengan tangan gemetar. Matanya pun memerah.
"Maafkan aku Soobin-ah! Kau terluka karenaku! Maafkan aku!" Ucapnya dengan tangisan yang semakin menjadi. Aku menghapus air matanya. Yeonjun hyung sangat berharga untukku. Aku benci ada air mata dimatanya. Yeonjun hyung adalah kelemahanku. Melihatnya menangis seperti ini membuat dadaku terasa sakit.
"Tidak! Ini bukan salah hyung. Sudah jangan menangis!" Ucapku mencoba menenangkannya. Namun tangisan Yeonjun hyung tak kunjung reda. Ia terus bergumam jika ini semua salahnya.
Hyungku yang rapuh. Jangan seperti ini!
Aku pun menarik tubuhnya, dan memeluknya. Nyaman sekali! Kuusap rambut halusnya. Aroma shampo yang segar menguar dari rambutnya.
"Maafkan aku!" Ucapnya sekali lagi.
"Tidak apa-apa hyung. Ini pasti akan sembuh dengan cepat."
"Apa itu sakit?" Tanyanya dengan desertai isakan.
"Ya. Sangat sakit!" Ucapku dengan niat menggoda Yeonjun hyung. Tangisannya kini semakin keras. Ia memelukku dengan erat. Sejujurnya menggoda hyung seperti ini sedikit menyenangkan.
"Hei, kenapa hyung terus saja menangis? Bukankah disini aku yang terluka? Jadi siapa yang seharusnya menangis?"
Kulepaskan pelukanku. Lalu kutangkup pipi Yeonjun hyung yang basah. Kutatap matanya yang memerah. Ia mengusap-usap matanya dengan menggemaskan. Aku tersenyum lembut sembari memperhatikannya.
"Jadi pergi ke Apgujeong?" Tanyaku sembari merapihkan rambut Yeonjun hyung. Yeonjun hyung menjawab dengan gelengan kepala.
"Baiklah! Tetap disini dan bersikaplah baik. Biar aku yang membersihkan pecahan gucinya."
Saat aku hendak berjalan untuk mengambil alat pembesih, tiba-tiba saja Yeonjun hyung memaksaku duduk kembali. Dan dalam hitungan detik ia berhasil mencium pipiku. Hanya sekilas namun efeknya benar-benar luar biasa!
Kudapati wajah Yeonjun hyung memerah. Mirip kepiting rebus. Sangat menggemaskan! Ia pun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu berlari menuju kamarnya.
"Maafkan aku, Soobin-ah!" Ucapnya sembari lari.
"Jangan berlari hyung!"
-----
Hyung kiss me~
---------
Direvisi: 03 November 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Yeonbin [END]
RomanceIni cerita tentang Soobin x Yeonjun TXT Yeonjun; uke rusuh Soobin; seme kalem nan imut Part ganjil : Soobin POV Part genap: Yeonjun POV *Gambar diambil dari berbagai sumber, tidak ada maksud melakukan klaim ------------------- Highest rank: Tomorrow...