22. Si Menawan

10K 663 163
                                    

⚠ Warn! Mengandung konten dewasa! Tolong bijak dalam memilih bacaan!

------
18 April 2019
Aku pihak bawah yang diatas!

Malam ini hujan lebat. Udara sangat dingin. Diluar angin bertiup sangat kencang.

Aku berbaring di ranjang bersama Soobin. Ia memelukku erat. Dia masih belum tidur. Ia tengah asik bermain dengan rambutku. Sesekali ia menciuminya.

Tidurku selalu terasa nyenyak setiap bersama Soobin. Pelukannya sangat hangat. Bahkan kadang ia memperlakukanku seperti bayi. Menepuk-nepuk pantatku agar aku cepat tidur. Menyanyikan lagu nina bobo. Mengusap dahiku agar aku terpejam. Bahkan menempatkan guling di sampingku agar aku tidak terjatuh dari ranjang. Soobin-ahh! Aku bukan bayi dan aku lebih tua darimu!

Hari ini Soobin masih sakit. Lukanya juga belum sembuh. Perban di kepalanya masih terpasang. Selama sakit ia terus bertingkah manja padaku. Menyebalkan! Namun sejujurnya bukan masalah. Soobinku sedang sakit jadi wajar saja dia bertingkah seperti itu. Dia butuh banyak perhatian dariku.

"Hyung." Soobin memanggilku sembari mengusap pipiku. Ia menatapku intens. Romantis sekali. Ditambah lagi lampu kamar tidur kami yang bercahaya remang membuat suasana semakin romantis.

"Umm?" Aku menyahut dengan gumaman. Kubalas tatapan Soobin sembari memeluk tubuhnya.

"Aku menginginkanmu." Ucap Soobin sembari mengecup bibirku.

Aku menjauhkan kepalaku dan menyingkirkan tangannya yang mengusap pipiku. Aku membalikkan badanku dan membelakangi Soobin. Tiba-tiba aku ingin menangis. Kurasakan Soobin mendekatiku. Ia memelukku dari belakang.

"Hyung, ada apa?" Suara Soobin terdengar khawatir. Ia berusaha membalikkan badanku untuk menghadapnya kembali. Namun aku segera menepis tangan Soobin.

"Hyung, kau marah? Baiklah, aku hanya mengatakan jika aku menginginkanmu. Kau tidak harus menuruti kemauanku." Soobin mengusap rambutku dari belakang. Ia juga mengecup pipiku lembut.

"Soobin-ah, aku takut." Aku menggigit bibirku dan meremas selimutku. Aku menahan tangis. Jangan menangis Yeonjun, jangan membuat kelinci besarmu khawatir.

"Apa yang kau takutkan? Aku disini." Soobin mengeratkan pelukannya. Ia menggesekan hidungnya di pipiku.

"Apa kau ingat? Soobin-ah, terakhir kali setelah kita bercinta kita berpisah. Aku tidak ingin terulang lagi. Aku takut hikss. Kau tahu? Malam itu aku memintamu untuk meniduriku. Aku bahkan menggodamu. Dan kau tergoda lalu menurutiku. Aku sangat senang juga malu. Lalu malam itu kita benar-benar melakukannya. Sekali lagi aku merasa sangat senang. Kita melakukannya sekali setelahnya kita tertidur." Aku menjeda ucapanku sejenak. Lalu aku membalikkan badanku menghadap Soobin. Dia menatapku penuh perhatian. Tangannya masih merengkuh pinggangku.

"Paginya badanku terasa sakit, aku bahkan tidak bisa berjalan. Dan kau merawatku dengan baik. Kau menyuruhku untuk tetap berbaring di ranjang. Kau menyuapiku, membasuh tubuhku dan memanjakanku. Aku sangat bahagia." Aku meremas piyama Soobin. Ia masih menatapku sembari membersihkan air mataku.

"Lalu malamnya kita berpisah. Soobin-ah itu sangat menyakitkan. Aku baru saja merasa senang dan bahagia lalu aku dijatuhkan. Aku dihancurkan. Jika malam ini kita bercinta, aku takut kau akan menghancurkanku lagi." Aku memeluk tubuh Soobin erat. Aku menyembunyikan wajahku di dada bidangnya. Aku tidak boleh menangis!

"Hyung." Soobin memanggilku dengan lembut. Tangannya mengusap rambutku.

"Jangan menangis. Kita tidak akan berpisah lagi. Aku berjanji. Apa hyung percaya padaku?" Soobin menenangkanku. Tangannya mengusap halus punggungku. Ia mencium keningku. Aku mengangguk sembari menatap Soobin.

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang