17. Yang Menyakitkan

7.2K 698 82
                                    

13 April 2019
Pusat kehidupanku meninggalkanku.

Aku terbangun. Apa baru saja aku tertidur? Badanku terasa sakit. Kepalaku amat pening. Aku membuka mataku. Sinar lampu yang menyilaukan membuatku kembali terpejam.

"Hyung." Suaraku terdengar serak. Aku menunggu tanggapan dari Yeonjun hyung. Namun setelah beberapa saat aku tidak mendengar tanggapannya. Aku membuka kembali mataku. Aku mengedarkan pandanganku di sekitar. Ruangan serba putih ini bukan kamarku. Dimana aku?

Aku bergerak untuk bangun, namun rasa sakit yang menghujami tubuhku membuatku kembali terbaring. Aku mendapati selang infus terpasang di punggung tanganku. Kepalaku terasa nyeri, aku merabanya. Sebuah perban terpasang melingkar di kepalaku.

Aku mencoba mengingat apa yang terjadi padaku. Lalu ingatanku memutar sebuah adegan di malam hari. Adegan itu terputar seperti film yang menyakitkan.

"Hyung!" Ini sangat meyakitkan. Dimana rubah kecilku? Aku ingin memeluknya. Aku membutuhkannya. Aku menyibak selimut yang membalutku dan lalu mencoba untuk bangun. Aku harus mencari Yeonjun hyung.

Aku masih berusaha untuk bangun. Namun rasa sakit lagi-lagi menghalangi. Hingga tiba-tiba suara knop pintu terdengar. Seseorang hendak masuk ke kamarku. Apa itu Yeonjun hyung?

Bukan! Itu bukan rubah kesayanganku. Seorang dokter dan  perawat masuk ke kamarku setelah mengucapkan selamat malam. Ini malam hari?

Sang dokter berdiri di samping ranjang rawatku. Ia mengenakan stetoskopnya dan mulai memeriksaku. Lalu memberikan intruksi kepada perawat untuk mencatat semua data tentang kondisiku.

"Sudah berapa lama aku terbaring disini?" Aku bertanya kepada dokter sembari memegangi kepalaku.

"Hampir tiga hari." Aku membulatkan mataku. Selama itu? Lalu dimana Yeonjun hyung?

"Permisi, apa dokter melihat seorang laki-laki bertubuh mungil?" Tanyaku dengan suara serak dan lemah. Sang dokter dan si perawat saling bertukar pandang.

"Ya. Dia yang membawamu kemari." Aku sedikit lega mendengar jawaban sang dokter.

"Lalu sekarang dia ada dimana?" Sang dokter dan si perawat kembali saling bertukar pandang. Ada apa? Apa yang terjadi dengan rubah nakalku? Kenapa perasaanku tidak nyaman. Hyung!

Aku menatap sang dokter untuk menunggu jawaban. Si perawat nampak menundukkan wajahnya. Lalu tangan sang dokter bergerak merogoh sesuatu di sakunya. Ia mengeluarkan sebuah kertas yang terlipat. Lalu ia menghela napas.

"Malam itu orang yang kau maksud mengantarkanmu kemari sembari menangis. Dia terlihat kalut bahkan sampai bersimpuh padaku untuk segera mengobatimu. Beberapa saat setelah operasimu selesai, dia menemuiku. Dia menitipkan ini padaku. Ia memintaku untuk memberikan surat ini padamu saat kau sudah terbangun." Sang dokter menjelaskan padaku sembari menyerahkan lipatan kertas padaku. Aku pun mengambilnya. Tidak! Yeonjun hyung tidak akan meninggalkanku kan?

Aku membuka lipatan surat itu ketika dokter dan perawat meninggalkan ruang rawatku. Tanganku bergetar. Apa ini? Aku harap bukan hal yang menyakitkan.

Tangisanku pecah kala membaca surat di tanganku. Ya benar. Ini tulisan Yeonjun hyung. Dia yang menulis surat ini!

Soobin-si, jika kau membaca surat ini aku berharap kondisimu sudah membaik.

Aku Choi Yeonjun. Terimakasih sudah bersamaku selama ini. Terimakasih sudah menjagaku dengan baik, merawatku, sabar menghadapiku. Terimakasih sudah memelukku, mendekapku dengan tubuh hangatmu. Aku mengakui hari-hari bersamamu sangat indah. Aku senang berada disisimu. Aku suka kulit kenyalmu. Meski terkadang kau sangat menyebalkan. Tapi itu lah yang membuatku nyaman bersamamu.

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang