18. Yang Memedihkan

6.9K 682 92
                                    

14 April 2019
Aku membencinya juga merindukannya.

Sudah hampir empat hari aku meninggalkan Soobin. Saat di rumah sakit, aku meninggalkannya diam-diam. Aku sedikit ragu. Tapi aku harus. Tetap bersamanya hanya membuat lukaku semakin perih.

Aku memilih untuk menginap di sebuah penginapan tradisional hanok. Aku butuh tempat yang tenang. Aku sempat berpikir untuk pulang ke rumah ibuku. Namun jika aku melakukannya Soobin pasti menyusulku kesana. Aku tida mau!

Aku ingin menyembuhkan lukaku. Aku ingin melupakan Soobin. Namun sangat sulit. Setiap malam aku selalu menangis kala teringat Soobin.

Aku merindukan Soobin. Setiap malam aku tidak pernah tertidur dengan nyanyak. Aku rindu pelukan Soobin. Aku rindu ketika ia memanjakanku. Ini sangat pedih. Aku ingin bertemu dengannya. Aku tidak tahu jika hidup tanpa Soobin akan sesulit ini. Aku terlalu bergantung padanya.

Disisi lain, setiap kali aku teringat memori menyakitkan beberapa hari yang lalu hatiku kembali teriris. Rasa benciku pada Soobin kembali menguar. Kelinci besar itu menghancurkanku!

Aku harus kuat. Seperti yang aku tulis pada surat yang kuberikan pada Soobin. Aku baik-baik saja. Ya, aku harus baik-baik saja. Aku harus tetap menjalani hidupku tanpa Soobin.

Mengurus diriku sendiri tidak semudah yang kubayangkan. Selama tinggal disini aku jarang makan. Jika pun aku makan, pasti hanya secup ramyun. Aku tidak napsu makan. Semua makanan yang kutelan rasanya selalu ingin keluar. Aku ingin makan masakan Soobin.

Malam ini aku berbaring di kamarku sendirian. Udaranya sangat dingin. Dulu Soobin lah yang selalu memelukku. Sekarang tidak lagi. Tidak ada Soobin disisiku. Hikss aku benar-benar merindukannya.

Aku menggengam ponselku. Aku harus tahan. Aku tidak boleh menghubungi Soobin. Kami sudah berakhir. Tidak seharusnya aku menghubunginya. Lagi pula aku tidak tahu apa Soobin sudah tersadar atau belum.

Tiba-tiba aku khawatir. Aku meninggalkannya sendiri. Apa dia baik-baik saja? Siapa yang akan merawatnya? Apa dia makan dengan teratur? Apa dia meminum obatnya? Soobin-ah aku ingin bertemu denganmu!

Malam ini aku tidak bisa tidur. Aku lapar. Aku pun memutuskan untuk membuat makanan di dapur. Saat kutengok di lemari makanan, persediaan ramyunku sudah habis. Ini sudah malam, aku yakin pasti para penjual makanan sudah tutup. Di daerah seperti ini sangat sulit mencari penjual makanan yang tetap buka di malam hari. Aku harus pergi ke pusat kota jika ingin mencari makanan.

Aku duduk di lantai dapur. Lalu memeluk kakiku. Kepalaku tertunduk. Aku menangis. Ini sangat sulit. Aku bodoh! Aku tidak mampu mengurus diriku sendiri. Soobin-ah!

Apa yang harus aku lakukan? Aku semakin terisak. Hatiku sakit, fisikku sakit. Ini sangat menyiksa.

Baiklah, aku memutuskan untuk keluar. Aku harus makan. Seharian ini aku belum makan. Aku tidak boleh sakit. Aku berjalan dengan lemas ke arah pintu.

Saat aku membukanya, aku terkejut. Seseorang tengah berdiri di halaman rumah. Ia menatapku dengan sendu. Matanya nampak lelah. Tidak, hatiku akan semakin sakit.

"H-hyuung!" Suara itu. Sudah beberapa hari ini aku tidak mendengarnya. Aku merindukannya. Tidak, aku tidak boleh terbawa suasana. Kami sudah berakhir. Laki-laki di depanku ini bukan siapa-siapaku.

Aku terpaku ditempatku. Tubuhku seakan tak bertenaga. Jantungku berpacu sangat cepat. Telapak tanganku dingin. Orang yang kuhindari berada di hadapanku. Kepala dan tangannya terbalut perban. Suaranya terdengar serak dan lemah. Soobin! Hatiku sakit melihat kondisinya yang memprihatikan seperti ini.

"Hyung, kembali lah padaku." Soobin berjalan mendekatiku dengan tertatih. Ia nampak kesakitan. Tidak! Jangan seperti ini!

"Jangan mendekat! Pergi!" Aku mendorong tubuh Soobin dengan kuat. Ia terjatuh di tanah. Matanya menatapku. Ia menangis. Memanggil-manggil namaku. Soobin-ah jangan seperti ini! Jadilah kuat tanpaku. Kau harus menjalani hidupmu. Tinggalkan aku!

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang