53. Si Berbeda

5.2K 467 68
                                    

30 Juni 2019
Hyungku yang manis, aku tidak akan pergi!
----------------------

Aku tersenyum menatap wajah rubah manis yang masih terlelap di sampingku. Semalam aku mengurungkan niat nakalku. Aku tahu rubah kecil ini masih sakit, aku tidak mungkin menidurinya. Aku hanya menggodanya dan berujung membuatnya menangis. Hyungku benar-benar cengeng.

Sampai saat ini, aku belum menjelaskan semuanya pada Yeonjun hyung. Tentang appa yang sudah memberi restu. Aku tahu ini kabar baik, namun aku sedang tidak ingin membahasnya. Aku ingin mengobati rinduku terlebih dahulu.

Senyumku terkulas kala melihat Yeonjun hyung mengerjapkan matanya. Aku menyukai momen seperti ini. Melihat Yeonjun hyung bangun tidur begitu menggemaskan. Ia seperti bayi rubah saat pertama kali membuka matanya. Hampir seminggu aku tidak melihat wajah menggemaskan Yeonjun hyung. Semalam aku tak henti menciuminya, dari dahi, mata, hidung, kedua pipi, dagu, dan berakhir di bibir. Aku juga sesekali menggigit pipi kenyalnya hingga ia menangis. Rubah ini sangat menggemaskan

“Binbin~” Yeonjun hyung bergumam dengan mata yang mengerjap lucu. Aku sangat bersyukur masih bisa melihatnya pagi ini. Apa boleh aku menjadi si egois? Atau si murka? Aku ingin memiliki Yeonjun hyung sepenuhnya. Aku ingin hanya aku yang memilikinya. Apa boleh?

Aku mendekatkan tubuhku dan memeluk Yeonjun hyung. Kuabsen setiap inci wajahnya dengan bibirku. Yeonjun hyung bergumam memintaku untuk berhenti. Ia bahkan merengek sembari menarik rambutku.

“Umm hentikan!” Tangan mungil Yeonjun hyung memukul dadaku beberapa kali. Ia juga menggelengkan kepalanya agar aku kesulitan menciumnya. Jangan nakal rubah kecil!

“Selamat pagi baby hyung!” Aku menghentikan ciumanku. Kutatap mata rubah Yeonjun hyung yang menatapku begitu galak. Aku tertawa melihat ekspresi galaknya. Lihat, bibir itu mengerucut dengan menggemaskan. Ahh sudah lama aku tidak melihat bibirnya yang mengerucut seperti ini. Boleh kucium?

“Selamat pagi wobbit nakal!” Yeonjun hyung bersuara dengan suara serak khas bangun tidur. Wajahnya memang masih nampak begitu kesal, namun lihat tangan mungil itu. Tangan itu melingkar di perutku perlahan. Aku tahu, Yeonjun hyung merindukanku kan?

“Dingin!” Yeonjun hyung memelukku erat. Ia menggesekkan pipinya didadaku. Pelukannya juga semakin erat dengan jari yang meremat bajuku. Sudah dua hari ini Yeonjun hyung mengeluh dingin. Apa dia baik-baik saja?

“Hyung masih sakit? Mau ke dokter?” Tanyaku dengan berbisik lembut di telinganya. Yeonjun hyung menggeleng sembari mengeratkan pelukannya.

“Binbin.” Yeonjun hyung menyandarkan dagunya di dadaku. Mata rubahnya menatapku sembari sesekali mengerjap. Aku bergumam menanggapinya dengan jariku yang menyisir rambut halusnya.

“Kau belum menjelaskan padaku. Bagaimana kau bisa pulang? Kau kabur?” Yeonjun hyung bertanya dengan suara yang masih serak. Jari mungilnya bermain dengan kancing piyamaku. Dia benar-benar seperti anak kecil. Bibirnya lagi-lagi mengerucut. Yeonjun hyung, apa bibirmu tidak lelah seperti itu?

“Aku tidak kabur.” Jawabku sembari menghujami pipi Yeonjun hyung dengan ciuman. Ngomong-ngomong sepertinya mengerjai Yeonjun hyung sangat menarik. Aku rindu wajah kesalnya.

“Lalu, kau diperbolehan pulang?” Wajah Yeonjun hyung nampak begitu cemas. Ahh baiklah, aku benar-benar rindu wajah sedih dan kesalnya. Kupasang wajah sendu untuk mengawali tipuanku.

“Ya, tapi...” Aku menundukkan wajahku dan memasang ekspresi yang semakin sendu. Dalam hati, aku sangat ingin tertawa keras melihat wajah Yeonjun hyung yang nampak semakin khawatir.

“Tapi apa?” Alis Yeonjun hyung bertaut. Tangannya menggenggam tanganku erat. Wajahnya benar-benar telihat resah.

“Aku hanya diperbolehkan pulang lima hari. Setelahnya, aku harus kembali ke rumah appa.” Mendengar ucapanku, Yeonjung hyung membulatkan matanya. Lalu tak menunggu lama, mata rubahnya mulai berair. Yeonjun hyung menggigit bibir bawahnya. Aku tahu, pasti sebentar lagi ia kan menangis.

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang