42. Si Dingin

7.4K 574 85
                                    

Ini harusnya di up kemarin
Tapi yaudah lah ya :') bisanya hari ini

----------
21 Mei 2019
Binbin, peluk!

"Akhhh!" Aku meringis kesakitan. Ini sudah hampir dua hari aku hanya berbaring di ranjang. Badanku terasa sakit dan tulangku terasa remuk. Lidahku yang luka juga masih terasa perih. Aku bahkan kesulitan saat berucap.

Aku memandang seluruh penjuru kamar. Tidak ada Soobin lagi. Ya, sudah hampir dua hari ini Soobin tidak di sampingku saat aku terbangun. Wobbit itu mengabaikanku. Ia tidak pernah mengobrol denganku. Ia hanya akan bersuara untuk bertanya apa aku ingin ke kamar mandi atau haus tidak. Saat tidur bersama pun ia tidak lagi memelukku. Ia tidak menemaniku dalam masa pemulihanku. Soobin hanya mendekatiku untuk memberikan makan lalu duduk di sofa kamar untuk menungguku selesai makan.

Aku tahu Soobin sangat marah padaku. Ia bahkan enggan memelukku atau sekadar mengucapkan selamat pagi padaku. Wobbitku sangat dingin.

Aku menunduk sedih di kamar. Aku butuh Soobin. Aku ingin dipeluk. Aku sedang sakit, kenapa Soobin tidak menemaniku? Apa Soobin tidak lagi menyayangiku? Hikss Soobin-ah, aku rindu pelukan hangatmu!

Kemarin siang aku sudah menjelaskan semuanya pada Soobin. Sebernarnya aku tidak pergi menemui teman. Aku pergi ke toko hadiah. Saat itu aku berpikir Soobin selalu memberiku hadiah. Namun aku tidak pernah memiliki hadiah untuknya. Jadi kuputuskan untuk membelinya. Dan saat aku berjalan di sebuah gang ada seorang pria yang membuntutiku. Tak lama kemudian ia memojokkanku di tembok gang yang sepi. Aku sudah berteriak meminta tolong namun ia membekap mulutku dengan tangannya. Pria itu mencium leherku. Ia juga hampir membuka bajuku. Lalu pria lain datang menolongku. Aku sangat berterimakasih padanya dan membawanya ke sebuah restoran sebagai tanda terimakasih.

Aku tidak tahu jika akan berakhir seperti ini. Aku benar-benar tidak bisa dihandalkan. Maafkan aku Soobin-ah!

Saat aku menceritakan semuanya pada Soobin, ia tidak bereaksi. Ia hanya terdiam lalu beranjak keluar dari kamar. Dan setelahnya ia mendiamkanku hingga hampir dua hari. Dia benar-benar mengacuhkanku. Aku ingat, pelukan terakhirnya adalah saat malam hari setelah ia meniduriku dengan paksa.

Malam itu ia menangis di pelukanku hingga terlelap. Saat tertidur ia bergumam tentang mimpinya beberap hari yang lalu. Ia juga menangis dalam tidurnya. Bibirnya terus berujar agar aku tidak meninggalkannya. Ia juga berkata jika dia benar-benar mencintaiku. Soobin-ah, lalu kenapa keesokan harinya kau bersikap dingin padaku?

Suara pintu terbuka menyadarkanku dari lamunanku. Aku menoleh ke arah pintu. Soobin tengah berjalan mendekatiku dengan membawa makan malamku. Ia meletakkan makan malamku di sampingku. Aku mengamatinya, ia bahkan tidak menatapku. Tidak ada raut hangat yang tercetak di wajahnya. Tatapannya benar-benar dingin.

Aku menelan ludahku dengan kesulitan. Sangat menyakitkan melihat Soobinku seperti ini. Ini tidak seperti Soobin yang kukenal. Kami seperti orang yang saling asing. Soobin-ah, lihat aku! Aku membutuhkanmu!

Seusai meletakkan makanan, Soobin kembali menjauh. Ia duduk di sofa kamar sembari memalingkan wajah menatap ke luar jendela.

Aku meremas selimutku. Rasanya begitu sesak. Orang yang menyayangiku, orang yang dulu selalu ada untukku dan orang yang selalu bercakap hangat padaku kini bersikap masa bodoh padaku.

Aku menahan air mataku agar ia tidak menetes. Aku tidak mau terlihat lemah. Ini memang salahku. Aku pantas menerima semua ini!

Kualihkan pandangku pada semangkuk sup di sampingku. Aku meraihnya dengan tangan bergetar. Saat aku hendak menyuapkan di mulutku aku justru menjatuhkan sesendok sup di kasur. Tanganku benar-benar bergetar hingga aku tidak kuat mengangkat sebuah sendok.

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang