49. Si Penuh Kasih

5.7K 545 164
                                    

⚠ Teruntuk yang sedang rindu dengan yang manis-manis!

----------

12 Juni 2019
Hyung, terimakasih!

Aku membuka mataku dengan kesulitan. Kepalaku terasa pening. Kakiku begitu ngilu. Badanku terasa remuk.

Sorot cahaya lampu menggangu penglihatanku. Aku mengerjap untuk memperjelas penglihatanku. Kupegang kepalaku yang terasa sakit. Sebuah perban melingkar di kepalaku. Aku kembali memejamkan mataku saat rasa sakit menghujamiku. Apa yang terjadi?

Kubuka kembali mataku. Kutatap sekelilingku dengan rasa linglung. Ini sebuah ruangan? Rasanya begitu dingin dan sunyi.

Aku menggerakkan tanganku. Aku sedikit terperanjat saat lenganku bersentuhan dengan rambut seseorang. Kutolehkan kepalaku ke seamping dengan menahan sakit. Disampingku seseorang tengah tertidur di kursi dengan kepala bersandar di kasur. Yeonjun hyungku, kenapa ia tertidur disini? Dimana aku?

Aku menatap ternit mencoba menguak kembali apa yang terjadi dengan kami. Alisku bertaut ketika bayangan itu muncul di kepalaku. Bayangan dimana sebuah mobil menabrak mobil kami. Dahiku berkerut teringat Yeonjun hyung. Aku pun menoleh kembali. Apa rubahku baik-baik saja?

Aku menggerakkan tanganku dan mengusap rambut Yeonjun hyung. Kudapati sebuah selang infus terpasang di punggung tanganku. Aku mengedarkan pandangnku kembali. Ini rumah sakit?

Pandanganku kembali tertuju pada rubah kecil di sampingku. Rubahku tertidur dengan mimik sendu. Wajahnya nampak lelah. Kantung mata menghiasi wajahnya. Aku mengusap air mata yang membasahi pipinya. Kurasa rubah ini baru saja menangis hingga tertidur. Apa rubahku baik-baik saja? Apa ada yang terluka? Melihatnya seperti ini membuat dadaku sesak. Rubahku!

Aku memeriksa tubuh Yeonjun hyung dengan mataku untuk memastikan tidak ada yang terluka. Hingga mataku berhenti di tangannya. Aku membulatkan mataku saat kudapati sebuah perban membalut telapak tangannya. Rubahku terluka?

"Akhh!" Aku memegang kepalaku yang terasa begitu sakit. Rasa sakit ini pernah aku rasakan sebelumnya. Dimana saat aku tertabrak mobil saat mengejar Yeonjun hyung. Saat itu aku terbangun tanpa Yeonjun hyung disampingku.

"Binbin!" Suara itu! Entah sudah berapa lama aku tidak mendengarnya. Suara yang begitu nyaring dan menggemaskan. Aku merindukannya!

"Binbin, kau baik-baik saja? Mana yang sakit?" Yeonjun hyung terbangun dari tidurnya. Ia berdiri dan mendekatiku. Tangan mungilnya mengusap kepalaku dengan lembut.

"Hyungg..." Aku berujar dengan susah payah. Suaraku terdengar serak. Kutatap rubah manisku. Aku ingin memeluk tubuh kecilnya.

"Aku panggilkan dokter!" Yeonjun hyung melepaskan usapan tangannya di kepalaku. Ia membalikkan badan hendak keluar. Aku menahannya dengan menarik bajunya. Yeonjun hyung menoleh, aku menggelengkan kepalaku dengan kesulitan. Tidak perlu memanggil dokter. Aku hanya butuh hyung. Tetap disampingku!

Yeonjun hyung kembali mendekatiku. Ia menatapku dengan mata yang berair. Ia menangkup pipiku dengan ibu jari yang mengusapnya dengan halus. Jangan menangis!

"Haus?" Yeonjun hyung bertanya dengan suara yang teramat lembut. Sejenak jantungku berdebar. Rubah ini memiliki hati yang lembut.

Aku mengangguk pelan. Yeonjun hyung berdiri, ia menuang air mineral pada botol ke dalam gelas dan membantuku meminumnya. Kurasakan Yeonjun hyung kesulitan memegang gelas dengan tangannya yang terluka. Aku menelan ludahku kasar. Rasanya sakit melihat rubahku terluka. Sakit fisikku tidak seberapa dengan sakit saat melihatnya seperti ini.

"Hyung, tanganmu?" Aku bertanya sembari meraih kedua tangannya. Aku menatap telapak tangan Yeonjun hyung yang terluka. Kuusap punggung tangannya dengan hati-hati.

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang