40. Si Pemikir

5.1K 510 99
                                    

19 Mei 2019
Soobin-ah, dirimu yang seperti ini membuat hatiku sakit!

Pukul dua dini hari tadi, Soobinku mengigau. Ia memanggil-manggil namaku sembari menangis. Dahinya penuh dengan peluh. Badannya bergetar. Napasnya tidak teratur. Ini pertama kalinya aku melihat Soobin seperti ini.

Setelah aku membangunkannya, ia menangis di pelukanku. Ia terus memelukku dengan erat. Tubuhnya benar-benar bergetar. Aku tak henti menenangkannya. Ia menangis hingga pukul tiga dini hari. Setelahnya ia tertidur karena kelelahan.

Aku mengamati wajahnya ketika ia terlelap. Tidak ada raut ketenangan seperti biasa. Bahkan saat ia sudah tertidur seperti ini, kudapati air matanya masih menetes.

Soobinku sangat kuat. Ia tidak mudah menangis. Ia selalu bersikap dewasa di depanku. Ia begitu pemberani. Pribadinya sangat tenang.

Tapi dini hari tadi ia memperlihatkan sisi lain dirinya. Tak ada Soobinku yang pemberani. Ia nampak ketakutan hingga tubuhnya bergetar. Tak ada Soobinku yang kuat. Ia menangis hingga satu jam di pelukanku. Melihatnya seperti itu membuatku ingin menangis.

Aku tidak tahu apa yang ia mimpikan semalam. Aku tidak ingin bertanya. Aku tidak mau membuatnya ketakutan lagi.

Aku menoleh pada Soobin. Ia masih terlelap di sampingku. Tangan besarnya memelukku erat. Laki-laki ini begitu kuat. Namun memang sejatinya manusia adalah makhluk lemah. Ada saatnya Soobin akan menundukkan kepalanya dan menangis. Hikss Binbin!

Aku mengusap dahi Soobin lalu menciumi wajahnya pelan. Kutatap wajahnya dan kuusap pipinya. Wobbitku sedikit kurus. Ia terlalu sibuk mengurusku hingga ia lupa dengan dirinya sendiri. Aku mengecup bibirnya lembut. Bibir ini yang semalam terus berujar jika ia takut. Apa yang takutkan hm? Binbin aku di sampingmu. Jangan takut, kau bisa memelukku. Aku tidak akan meninggalkanmu.

Aku melirik jam di nakas. Ini sudah pukul delapan pagi. Biasanya Soobin akan terbangun pukul lima. Lalu melakukan pekerjaam rumah. Dan saat aku terbangun ia sudah selesai dengan pekerjaan rumahnya. Tapi pagi ini ia belum terbangun. Mungkin saja karena mimpinya semalam yang membuat tidurnya terganggu.

Hari ini aku akan menggantikan perannya. Biarkan aku yang mengerjakan pekerjaanya. Aku tahu aku tidak hebat, tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik. Soobin-ah, tidurlah yang nyenyak. Aku istrimu, aku akan merawatmu.

Aku turun dari ranjang dan mengambil ponsel. Karena aku tidak bisa memasak jadi kuputuskan delivery order saja.

Setelahnya aku berjalan ke ruang bawah. Sembari menunggu pesananku datang, aku mencuci piring di dapur, menyapu ruangan dan memberi makan Daegi. Saat ini hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku tahu pasti aku tidak melakukannya dengan baik. Tapi tak masalah, setidaknya aku bisa melakukannya meski tak sehebat Soobin.

Suara bel rumah berbunyi. Pesananku sudah datang. Aku berjalan untuk mengambilnya. Setelah membayar aku pergi ke dapur dan memindahkan makananku ke piring. Aku juga membuatkan susu untuk Soobinku.

Apa Soobin sudah bangun? Aku berjalan kembali ke kamar sembari membawa makanan dan susu untuk Soobin. Mungkin saja ia sudah bangun.

Saat aku tiba di kamar, kulihat Soobin benar sudah bangun. Ia duduk di ranjang menatap ke arah jendela. Tatapannya terlihat kosong. Apa ia melamun?

"Selamat pagi!" Aku menyapanya sembari berjalan. Kutaruh makanan dan susu yang kubawa di atas nakas. Aku menoleh pada Soobin. Ia tidak menjawab sapaanku. Matanya masih fokus menatap jendela. Apa yang ia lihat?

"Binbin!" Aku memanggilnya dengan sedikit menaikkan suaraku. Namun Soobin tidak mendengarku. Ia bahkan tidak bereaksi sama sekali. Aku mengerutkan dahiku. Ada apa dengan wobbitku?

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang