43. Si Magnet

7.4K 562 202
                                    

22 Mei 2019
Rubah manis, menempel dengan wobbit sepertiku sangat beresiko!

Aku mengerutkan dahiku kala bunyi alarm memekakan telingaku. Kuulurkan tanganku untuk mematikanya. Rubahku masih terlelap di pelukanku. Aku tidak mau ia terbangun karena si alarm nakal!

Aku menunduk lalu mengecup dahinya. Manis sekali rubahku ini. Ia terlelap dengan mata rubahnya yang terlukis seperti lengkungan yang indah. Bibir merah alaminya mengerucut sesekali bergerak-gerak. Tangan mungilnya memeluk guling kesayangannya.

Aku mendaratkan bibirku di pipi gembulnya. Kenapa menggemaskan sekali pipi ini? Sangat gembul dan kenyal.

"Selamat pagi, sayang!" Bisikku di telingannya. Kugesekkan hidung bulatku pada pipnya yang lembut. Gemas sekali!

"Ummm." Yeonjun hyung bergumam. Alisnya bertaut dengan bibir yang semakin mengerucut. Ia menyembunyikan wajahnya di bawah bantal karena geli. Aku tersenyum, hatiku menghangat. Ijinkan aku untuk terus melihat rubahku yang manis seperti ini!

Aku menyandarkan punggungku pada headboard. Kuusap kedua mataku yang berair. Kurasa mataku bengkak karena menangis semalam.

Bicara tentang tadi malam, aku merasakan sedikit sesak di dadaku. Terlebih lagi jika kejadian dari memergoki Jun hyung hingga menidurinya paksa terus berputar di kepalaku. Rasa sesal terus menekanku. Aku begitu bodoh hingga tidak berpikir jernih. Aku terlalu gegabah hingga melukai orang yang berharga untukku.

Aku menunduk dengan menutup wajahku dengan telapak tangan. Rasa khawatir terus menghantuiku. Aku takut Jun hyung muak dengan sikapku. Aku takut ia enggan melihatku. Aku juga takut ia memiliki trauma bercinta denganku. Soobin-ah kau sangat ceroboh!

Aku tahu ini semua hanya kesalah pahaman. Rubahku sudah menceritakan semuanya padaku. Sejujurnya ia tidak perlu memberiku hadiah. Cukup ia duduk di singgasananya, aku yang akan datang memberi apa yang dia inginkan.

Rubah itu sangat polos dan lemah. Ia begitu ceroboh dan pelupa. Bahkan saat kutanya alamat tempat kami tinggal, ia menjawabnya dengan salah. Aku tidak suka ia berkeliaran diluar sendirian. Meskipun Seoul terlihat seperti kota yang hidup 24 jam, namun tidak terpungkiri jika orang jahat akan melukainya. Terkadang Jun hyung tidak tahu mana yang salah mana yang benar dan mana yang baik atau mana buruk. Ini yang membuatku tak mengijinkannya keluar rumah sendirian.

Aku menoleh pada rubahku. Kini ia tak lagi menyembunyikan wajahnya. Aku mendekat lalu mengecup hidungnya. Rubah manis, bagaimana jika aku meninggalkanmu? Apa hyung benar-benar akan baik-baik saja? Hyung sangat menggemaskan hingga mengundang para bar-bar untuk menyentuh hyung. Apa hyung akan hidup dengan baik tanpaku?

Aku merengkuh pelan tubuh mungilnya. Saat Yeonjun hyung menoleh, kulihat bekas kissmark di lehernya. Aku tahu, itu ulah si pria brengsek yang hendak melecehkan rubahku.

Aku mengepalkan tanganku kuat. Rahangku mengatup. Melihat tanda itu membuat emosiku memuncak. Ini sudah terhitung berhari-hari setela kejadian malam itu. Namun tanda itu enggan hilang. Seberapa kuat ia menghisap leher rubahku?!

Aku yang tersulut emosi mulai berpikir keruh. Aku bangkit, kulempar guling Yeonjun hyung ke lantai. Kutindih tubuh rubahnya. Tidak boleh seperti itu! Hanya aku satu-satunya pemilik rubah ini!

Kutatap wajah Yeonjun hyung yang terlelap. Wajahnya sangat damai dan menenangkan. Emosiku lambat laun menurun. Aku tidak boleh melukainya.

Namun melihat tanda di lehernya, aku benar-benar tidak tahan. Kudekatkan bibirku di ceruk lehernya lalu mulai mencium dibagian lehernya yang berbekas. Jernihkan pikiranmu Soobin-ah, jangan tersulut emosi. Rubahmu sangat rapuh. Jangan melukainya lagi.

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang