38. Si Kutu Buku

5.4K 543 112
                                    

17 Mei 2019
Wobbit, kau cinta buku atau aku?

Horeee!! Hari ini kami sudah pulang ke Seoul. Aku rindu udara Seoul, aku rindu ahjuma tetangga, aku rindu Daegi! Aku rindu semua hal tentang Seoul.

Hampir seminggu aku dan Soobin menginap di rumah eomma. Disana juga tidak kalah menyenangkan dari Seoul. Udara di sana dingin namun segar. Pemandangannya sangat bagus.

Sebenarnya aku ingin disana sehari lagi, tapi Soobin mengajakku pulang. Saat kutanya kenapa, ia menjawab jika ia sudah tidak tahan melihatku disentuh eomma dan nunna. Wobbit itu sangat posesif!

Kami tiba di Seoul siang hari. Sebelum menuju rumah, kami sempat mampir ke penitipan hewan untuk membawa Daegi pulang. Daegi-ya, apa kau merindukanku? Apa kau makan banyak? Maafkan aku tidak mengajakmu!

Kami juga sempat mampir ke toko buku. Kata Soobin, hari ini ada buku baru yang terbit. Ia ingin membelinya sebelum kehabisan. Aku tidak mengerti, kenapa wobbitku sangat suka membaca? Apa yang menarik? Menatap huruf-huruf kecil itu seharian, tidakkah itu membosankan?

Dan sore ini wobbit besar itu benar-benar menyibukkan diri dengan membaca. Aku kesal jika Soobinku sudah seperti itu! Ia akan mengabaikanku! Soobinku benar-benar seorang kutu buku. Jika ada waktu luang, dia akan membaca buku-buku tebal seharian.

Aku ingin menyembunyikan buku-buku itu. Dia sudah mengambil perhatian wobbitku. Aku bahkan diabaikan sejak siang tadi. Kini aku tengah duduk sendirian di sofa bersama Daegi.

Ini sudah lebih dari enam jam wobbitku mengabaikanku karena sebuah buku. Aku tidak suka! Aku memeluk Daegi sembari mengerucutkan bibirku. Memang apa keunggulan buku itu? Itu hanya benda persegi dengan tulisan beribu-ribu kata yang tercetak dalam kertas yang berlembar-lembar. Bukankah akan lebih menyenangkan bermain bersamaku dibanding membaca? Buku itu tidak bisa bertingkah menggemaskan sepertiku. Buku itu juga tidak bisa melayaninya di ranjang seprertiku. Eohh? Aihh apa yang aku bicarakan?!

"Daegi-ya! Wobbit mesum itu sangat menyebalkan! Lihat, ia mengabaikanku! Aku ingin dipeluk!" Aku mengobrol dengan Daegi, namun ia hanya menatapku dengan sesekali menggonggong. Aku memeluk tubuh kecilnya. Hikss eomma aku ingin pelukan Soobin!

Aku menggendong Daegi ke kamar. Saat membuka pintu, kudapati Soobin masih membaca dengan tenang di ranjang. Aku memutar mataku malas. Bibirku semakin mengerucut.

Aku berjalan mendekati ranjang sembari menghentakkan kakiku. Biarkan saja aku membuat kebisingan, lalu Soobin akan terganggu dan menyudahi kegiatan membacanya.

Namun tak peduli seberapa keras hentakan kakiku di lantai, Soobin masih acuh. Ia hanya melirikku sekilas lalu kembali fokus dengan bukunya. Itu sangat menyebalkan!

Aku naik ke atas ranjang dan duduk disamping Soobin. Daegi kuletakkan di sampingku. Aku melirik Soobin sembari menggerakkan tubuhku agar Soobin terganggu. Namun lagi-lagi ia tidak merespon. Matanya teramat fokus mengamati setiap huruf yang tercetak di buku. Alisnya bertaut, wajahnya nampak serius. Harus seperti itukah? Binbin kau hanya membaca buku! Tidak bisakah kau melirikku? Aku ingin dipeluk!

Aku kesal, sangat kesal! Aku tidak mau menyerah! Aku tidak mau kalah dengan buku nakal itu! Binbin milikku. Perhatiannya hanya untukku!

"Binbin!" Aku memanggilnya dengan nada manis. Tanganku melingkar di perutnya. Kepalaku bersandar di bahunya. Dengan seperti ini pasti Soobinku akan luluh.

"Hmm?" Menyebalkan! Kenapa cara ini tidak bekerja? Soobin masih mengabaikanku. Ia hanya menjawabku dengan gumaman.

Baiklah aku harus mencoba cara lain! Aku mendekatkan wajahku pada wajah Soobin. Lalu aku mengecup pipinya berkali-kali. Binbin, ayo letakkan bukumu. Aku di sampingmu. Lihat aku dan peluk aku!

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang