60. Si Serasi

5.8K 424 82
                                    

16 September 2019
The day!
--------------------

Author POV

Langit seakan sudah tahu. Ia menaburkan birunya yang luas dengan gumpalan putih seperti kapas. Awan menggantung melengkapi si langit. Teramat indah dan begitu serasi. Memadukan dua warna yang begitu menenangkan namun menyenangkan. Sangat patut untuk mendeskripsikan dua laki-laki yang berbeda kepribadian.

Pohon maple menjulang tinggi. Jingga daunnya bergoyang tertiup angin musim gugur. Beberapa daun cantik itu berjatuhan. Menyebar di sepanjang jalanan. Menabur warna jingga yang menyegarkan.

Di sudut jalan, gedung mungil berdiri dengan dikelilingi pohon maple. Atapnya tertutup dengan daunnya yang telah gugur. Kursi putih tertata rapi di dalamnya. Karpet merah nan panjang tergelar di lantai. Di ujungnya terdapat panggung kecil dengan hiasan-hiasan sederhana namun elegan.

Di samping gedung mungil itu berdiri sebuah rumah bercat putih. Daun jendela terbuka di sisi barat. Hembusan angin menyeruak masuk ke dalam sebuah ruangan. Seorang pria mungil tengah duduk menatap pantulan dirinya di depan kaca. Matanya jernih dengan senyum manis. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri. Bibirnya mengerucut dengan tangan menggengam lucu. Topi beret hitam terpajang di kepalanya. Tuxedo elegan teramat cocok untuknya. Pria itu seperti tuan muda mungil menggemaskan. Angin yang masuk bertemu dengan pipi halusnya. Menimbulan semburat merah karena rasa dingin.

"Baby hyung!"

Suara bisikan terdengar. Sangat pelan namun tak luput dari pendengaran. Si pria mungil mengerutkan dahinya. Ia tahu dan hapal suara ini. Suara yang selalu ia dengar setiap hari. Ia pun menoleh, menatap pintu di belakangnya. Tak ada siapapun. Bibirnya kembali mengerucut.

"Sayang!"

Kini suaranya terdengar sedikit lebih keras. Si pria mungil menoleh ke timur, menatap ke arah jendela yang terbuka. Ia terlihat terkejut. Seorang pria lain yang lebih besar darinya berdiri di depan jendela. Senyuman si mungil pun mengembang. Namun sedetik kemudian senyuman itu hilang. Kepalanya menoleh ke belakang. Menatap kembali daun pintu yang tertutup di belakangnya. Seakan merasa aman, ia kembali menatap pria di luar jendelan. Menghampirinya dengan wajah yang seakan penuh tanda tanya.

"Kenapa kau kemari? Tidak seharusnya kita bertemu! Bagaimana jika eomma melihat? Mereka pasti akan mengomelimu!"

Si mungil memberondonginya dengan omelan. Namun si pria besar seolah tak takut, atau dapat dikatakan dia tidak peduli. Ia justru tersenyum dengan sepasangan cekungan di pipinya. Wajahnya terlihat sangat senang. Pria itu terlihat sangat tampan dengan setelan tuxedo. Rambutnya di tata rapi.

"Aku merindukan Yeonjun hyung. Apa salah mengunjungi calon istriku?"

Pria besar itu memasang wajah sendu. Pria mungil bernama Yeonjun terlihat menghela napas. Yeonjun berdiri tepat di depan si pria besar. Tangannya terulur mengambil daun kering yang tersangkut di rambut si pria besar.

"Apa kau benar-benar tidak bisa menahan rindumu sebentar saja? Kita akan bertemu setengah jam lagi. Lihat, jika kau berkeliaran seperti ini kau akan merusak riasanmu!"

Namun seolah menuli. Pria di depannya justru hanya diam terpaku. Menatap Yeonjun, menyangga kepalanya dengan tangan. Ia nampak tak berkedip namun senyum di bibirnya semakin melebar. Yeonjun menautkan alis. Mengerucutkan bibirnya dengan begitu kesal.

"Soobinnn! Aku bicara padamu!"

Yeonjun semakin kesal. Sesekali ia melirik ke samping. Ia sengaja mengecilkan suaranya. Takut jika seseorang akan datang. Pria bernama Soobin itu tertawa kecil. Wajahnya nampak menahan gemas. Yeonjun kembali menatap Soobin. Jari mungilnya mencubit hidung bundar Soobin.

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang