45. Si Kekanakan

6.2K 513 130
                                    

02 Juni 2019
Berhenti bertingkah menggemaskan atau aku gigit?

"Binbinnnnn!!"

Aku tersentak mendengar teriakan Yeonjun hyung. Aku yang tengah sibuk memotong sayur seketika menghentikan kegiatanku. Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba rubahku berteriak begitu keras?

"Binniieee!!"

Kudengar langkah Yeonjun hyung yang semakin mendekatiku di dapur. Langkahnya terdengar kesal, kurasa ia berjalan sembari menghentakkan kakinya.

Aku membalikkan badanku. Kudapati Yeonjun hyung tengah berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan berkacak pinggang. Bibirnya mengerucut dengan wajah yang nampak kesal.

"Ada apa hm?" Tanyaku sembari menghampirinya. Kuulurkan tanganku lalu kulingkarkan di pinggangnya. Kenapa pinggang ini semakin ramping? Jika seperti ini aku tidak akan bosan memeluknya.

"Dimana topi rubahku?" Yeonjun hyung menatapku tajam. Bibir merah ranum yang sudah menjadi candu untukku bergerak maju semakin mengerucut. Ia menatapku dengan memiringkan kepalanya. Jari mungilnya mencengkram kaos yang kukenakan.

"Topi rubah yang mana?" Aku menggerakkan jariku untuk merapihkan anak-anak rambutnya yang menutupi matanya. Tak lupa aku menyempatkan untuk mengusap rambut halusnya. Hey, sudah berapa lama aku tidak mengacak rambut ini? Rasanya seperti sudah sangat lama telapak tanganku tidak tergelitik dengan rambut-rambut rubah ini.

"Topi rubah yang kubeli di Everland!" Yeonjun hyung menatapku tajam. Tangannya mengepal dengan napas memburu. Aku mengulum bibirku menahan tawa. Kenapa wajah ini tidak pernah absen dari kata "menggemaskan"?

"Coba cari di lemari!" Aku mengusap pipi gembul Yeonjun hyung dengan lembut. Seingatku aku meletakkan topi rubah kesayangannya di lemari. Jika hilang, Yeonjun hyung pasti mogok bicara padaku. Yeonjun hyung sangat menyukai topi itu. Aku pernah meninggalkannya di taman kota. Setelahnya Yeonjun hyung merengek dan marah padaku. Ia bahkan mengurung diri di kamar dan enggan menemuiku sebelum aku menemukan topinya. Dan saat itu aku pun harus keluar malam-malam ke taman kota dengan hujan salju yang lebat. Aku haru nekat untuk menemukan topi Yeonjun hyung. Tak masalah jika esok harinya aku jatuh sakit, setidaknya rubahku tidak mengabaikanku. Dan beruntung, topi itu bisa aku temukan.

"Tidak mau! Carikan!" Yeonjun hyung merengek. Ia menarik-narik lengan bajuku, memaksaku untuk mencarikannya. Yeonjun hyung bahkan tak segan memukul pantatku. Hey baby hyung! Siapa yang mengajarimu seperti itu? Jika aku sampai marah aku akan mengurung hyung di bawahku!

"Binbinn aku inginn topi ituuu!! Carikannnn!!!" Yeonjun hyung semakin kekanak-kanakan. Bibir mungilnya merengek sembari membuat tangisan palsu. Gigi kelincinya mengigit-gigit kaosku dengan gemas. Terkadang pula tangan mungilnya memelukku sembari menggesek-gesekkan wajahnya di perutku. Hyung, hentikan! Tidak perlu bertingkah seperti ini!

"Baiklah-baiklah!" Aku menghirup napas panjang lalu menghembuskannya. Menghadapi Yeonjun hyung yang kekanakan dan super hiperaktif butuhlah kesabaran yang ekstra. Jika dibanding dengan baby Minhyun, mengurus Yeonjun hyung lebih banyak mengeluarkan tenaga. Aku tidak merasa kerepotan atau pun pamrih. Yeonjun hyungku memang seperti ini. Dia unik dan berbeda.

"Untuk apa mencari topi rubah?" Tanyaku sembari berjalan ke kamar. Yeonjun hyung mengikutiku sembari memeluk punggungku dari belakang. Pipinya ia senderkan di punggungku. Jari mungilnya mencengkram bajuku kuat. Kaki mungilnya mengikuti langkahku kecil-kecil. Aku tersenyum geli, ia bahkan mengikuti setiap kakiku yang kulangkahkan. Kulangkahkan kaki kiri, ia mengikuti dengan kaki kiri. Lalu kulangkahkan kaki kanan, ia mengikuti melangkah dengan kaki kanan. Sangat kekanakan!

Setibanya di kamar, Yeonjun hyung duduk manis di atas ranjang. Ia duduk dengan tegap. Kakinya ia gerak-gerakkan dengan kepala bergoyang ke kanan-kiri. Bibirnya mengerucut sembari bergumam entah apa. Aku menggelengkan kepalaku melihat tingkahnya.

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang