50. Si Berbakti

5.2K 528 103
                                    

16 Juni 2019
Kita dipisahkan!
---------------------------

Jatuh cinta dapat membuat kita menjadi tidak masuk akal. Menyayangi seseorang dapat membuat kita menjadi bodoh. Ini bukan candaan!

Aku duduk disamping Soobin yang tengah terlelap. Wajahnya begitu tenang meski aku tau saat ia membuka mata ia akan merasakan kesakitan. Kuulurkan tanganku untuk mengusap dahinya.

Wobbit ini sangat bodoh! Tidak seharusnya ia menjadikan tubuhnya sebagi tameng untuk melindungiku. Jika saja ia tidak melakukannya tentu saja ia tidak akan seperti ini.

Aku mengalihkan pandanganku menatap foto yang tergantung di dinding. Fotoku dengan Soobin yang tengah mencium pipiku. Sejenak aku merasa tersentuh. Foto itu diambil saat musim semi. Sudah setahun ya? Waktu cepat sekali berlalu.

Pandanganku beralih ke jendela kamar dengan gordyn yang terbuka. Ini pukul tiga sore. Langit musim panas mulai meredup. Matahari terus bergulir hendak bersembunyi untuk menanti esok.

Hari ini kami sudah pulang ke rumah. Luka Soobin sudah mengering namun ia masih membutuhkan tongkat untuk berjalan. Aku menoleh untuk memandanginya kembali. Wobbit itu begitu bodoh dan menyebalkan!

Aku gerakkan kembali tanganku. Kuusap pipi kenyalnya dengan hati-hati. Ini sudah sore, waktunya Soobin minum obat. Namun melihatnya tidur pulas seperti ini membuatku tak sampai hati membangunkannya.

Selama Soobin dirawat di rumah sakit, ia tidak pernah tidur nyenyak. Setiap malam ia akan terbangun dan mengeluh sakit di bagian kepalanya. Sangat menyakitkan melihat Soobin seperti itu.

Aku menunduk sembari menggigit bibirku. Rasanya begitu sesak di bagian dadaku. Lagi-lagi ia terluka karenaku. Jangan sakit lagi Soobin-ah!

Kepalaku terus menunduk sembari mengingat kecelakaan beberapa hari yang lalu. Itu kah alasan Soobin tidak memperbolehkanku belajar mengendarai mobil? Kukira ia tidak memperbolehkanku karena takut aku akan pergi kemana pun sendiri tanpanya dengan mobil. Ternyata karena ia takut aku terluka. Bukankah aku sangat bodoh? Kenapa aku tidak menyadarinya? Ia begitu cerewet seperti itu untuk menjagaku.

Saat aku tenggelam dengan segala pikiran-pikiranku, kurasakan sebuah tangan menarikku dengan paksa hingga aku terbaring di kasur. Ia memelukku begitu erat dengan tangan besarnya. Soobinku sudah bangun?

"Hyungg! Kenapa tidak memelukku? Bukankah hyung sudah berjanji akan terus memelukku selama aku tidur? Hyung hanya boleh melepaskan pelukan hyung saat aku sudah terbangun!" Soobin menggerutu sembari mengeratkan pelukannya. Sesekali ia mencium dahi dan pucuk kepalaku. Kenapa ia begitu cerewet?

Aku tersenyum geli melihat tingkah Soobin. Selama ia sakit, ia terus bertingkah kekanakan seperti ini. Ia akan merajuk dan tidak mau minum obat jika keinginannya tidak dituruti. Soobin-ah, apa kau sedang meniruku?

"Masih sakit?" Aku menunduk menatap mata Soobin. Mata serigala ini akan hilang ketika ia tersenyum. Bagaimana bisa ia memiliki eyesmile yang begitu menawan?

Soobin menggeleng sembari terseyum. Dua lesung pipi yang dalam muncul dari pipinya. Kenapa lesung pipi itu begitu dalam? Rasanya aku bahkan bisa berenang disana.

"Syukurlah!" Kugerakkan tanganku untuk mengusap dahinya. Soobin mendekat dan menyandarkan kepalanya di dadaku. Aku menunduk mengamati wajah wobbitnya. Kecelakaan beberapa hari yang lalu, aku tidak bisa membayangkan jika nyawa wobbitku direnggut. Aku bahkan tidak sanggup membayangkan hari-hariku jika tidak ada Soobin di sisiku. Bukankah itu sangat menyakitkan?

"Hyung, dimana rotiku? Aku ingin memakannya?" Soobin menengadah menatapku. Roti? Baru saja bangun sudah mencari roti? Roti menyebalkan! Aku benci roti!

Daily Yeonbin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang