22 Juli 2019
Eomma, appa... ini Soobin!
----------------------------------
"Baby hyung, kenapa melamun hm?"
Choi Soobin, seberapa besar aku menyayanginya? Aku tidak tahu. Maksudku, aku tidak tahu karena aku tidak bisa mengukurnya. Sepertinya terlalu besar hingga membuatku takut. Bagaimana jika ia pergi lagi? Ahh tidak, dia tidak pernah pergi. Aku yang melepaskannya.
"Tidak apa-apa. Lihat!" Aku meletakkan telapak tangannya di dadakku. Tangan besar ini yang selalu menggenggamku, menghangatkanku, dan menjagaku. Ucapan Soobin yang selalu aku ingat. "Apa hyung tahu? Alasan telapak tanganku besar adalah untuk menjaga hyung. Jika aku memukul hyung dengan tangan ini, hyung boleh mematahkannya."
"Kau merasakannya?" Menunggu jawaban Soobin sembari menahan gugup. Laki-laki di depanku mengerutkan dahi lalu tersenyum dengan sepasang lesung pipi.
"Takut?" Kecupan manis mendarat di dahiku. Tangan besarnya melingkar menyalurkan rasa hangat di tubuhku. Kubiarkan Soobin menciumi wajahku seperti yang biasa ia lakukan. Benar, aku takut. Sangat takut. Jantungku tak henti berdebar. "Ayo menemui orangtua hyung!" Kalimat yang membuatku tidak bisa tidur dan membuatku takut sampai saat ini. Kami cukup lama beradu argumen semalam. Keputusan sudah final, aku harus menurut pada Soobin. Hari ini kami akan pergi ke kampung halamanku. Ya, menemui orangtuaku untuk meminta restu.
"Binbin, bisakah kita kabur saja? Bagaimana jika appa dan eomma tidak merestui?" Tidak menanggapiku, wobbit besar ini justru semakin gencar menciumku. Tawa renyahnya mengalun seiring dengan pelukannya yang semakin erat. Tak tahan dengan sikapnya, aku mengerucutkan bibir. Mendengus kesal pada wobbit di depanku.
"Aku mengejar hyung dengan cara baik-baik. Begitu juga sekarang. Aku harus meminta hyung dari orang tua hyung dengan cara baik-baik. Hyung masih milik orangtua hyung, aku tidak ingin mencuri hyung dari mereka. Aku akan meminta ijin sampai mereka berucap "Ini kutitipkan anakku, tolong dijaga." Seperti itu laki-laki sejati bertindak." Bijak sekali. Seperti apa orangtuanya mendidik woobitku ini?
"Bagaimana jika mereka ti- umphh..." Bibir nakal itu semakin tak terkendali. Tidak cukup mencium wajah, bibirku juga menjadi sasarannya.
"Berhenti berkata seperti itu. Aku tahu hyung takut. Tapi lihat, aku di depan hyung. Ingat mantra yang kuberikan?" Menunduk lalu mengerjap. Aku ingat mantra itu!
"Aku milik Soobin dan Soobin milikku. Jangan takut karena Soobin selalu disisiku. Semua akan baik-baik saja. Ma suri suri!" Tangan besar Soobin mengusak rambutku. Aku kesal, sudah susah payah aku menatanya tau!
"Ayo berangkat!" kutahan tangan Soobin sebelum ia menyalakan mobil. Ia menoleh tidak mengerti.
"Pelan-pelan ya!" Ujarku pelan. Soobin mengangguk dengan sebuah senyuman. Sejujurnya aku sedikit takut setelah kecelakan beberapa minggu yang lalu. Tapi syukurlah Soobin mengendarai mobil dengan sangat hati-hati hingga kami tiba di rumah orangtuaku dengan selamat.
Tokk! Tokk!
Punggung tangan Soobin mengetuk pintu dengan begitu yakin. Degupan jantungku semakin tak terkendali. Aku ingin pulang saja! Aku begitu takut! Aku sungguh seperti pengecut. Kuremas ujung baju Soobin menyalurkan ketakutanku. Bagaimana jika mereka tidak memberi restu dan memisahkan kami? Bagaimana jika aku kehilangan Soobin lagi?
Krekkk!
Suara pintu tua yang ditarik membuat telapak tanganku terasa dingin. Aku menggeser tubuh dan bersembunyi di balik punggung besar Soobin.
"Ahjumma, selamat siang!" Suara bariton Soobin menyapa eomma. Tangan besarnya menarikku agar aku berdiri di sampingnya. Kutatap wajah eomma sekejap lalu kembali bersembunyi di balik tubuh wobbitku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Yeonbin [END]
RomanceIni cerita tentang Soobin x Yeonjun TXT Yeonjun; uke rusuh Soobin; seme kalem nan imut Part ganjil : Soobin POV Part genap: Yeonjun POV *Gambar diambil dari berbagai sumber, tidak ada maksud melakukan klaim ------------------- Highest rank: Tomorrow...