Jadi bucin itu ada seneng ada enggak nya.Senengnya itu,bisa deketin cewek banyak.Nggak seneng nya,hujatan dari para netijen yang tidak berbakti kepada qu.
-Vino Algebara-
🎡
Afran Wijaya.Namanya ada di mana-mana.Hari ini,adalah hari dimana ia akan pulang ke tanah kelahirannya.Indonesia.Semenjak 7 tahun lamanya tinggal di Negeri tetangga,mendadak ia terhasut pikirannya untuk pulang ke Indonesia.Pesawat yang Afran tumpangi mendarat tepat pukul 7 WIB di Bandara.Salah seorang body guard menjemputnya dengan 2 ajudan berseragam hitam yang sudah di utus oleh Afran.
"Pah," ujar Dio dari depan ruang keluarga.Setidaknya,Dio senang hari ini.Namun,nasib berkata lain.Ia benar-benar tidak menginginkan Afran pulang ke Indonesia.
"Dio,papa pulang untuk menjemput kamu nak," ujarnya sambil mengelus pundak Dio.Akan tetapi,Dio malah menepisnya dengan tepisan tangan yang kasar.Tak ada di pikirannya sekarang,bahwa Afran adalah ayah kandungnya sendiri.
"Maksud papa apa? Dio kira,papa pulang karena ingin mengubah hidup keluarga ini jadi seperti dulu.Tapi apa pah?!"
"Bukan seperti itu maksud papa nak.Papa hanya mau kamu menjadi pewaris sekaligus penerus bisnis-bisnis papa di luar sana,Dio."
Dio tambah mengelak.Emosi nya meningkat sepuluh derajat."Bisnis,bisnis dan bisnis ya pah! Itu semua yang ada di pikiran papa! Mendingan,Dio sekolah pah daripada ngurusin bisnis papa itu,"
"Tapi nak--?"
"Kenapa nggak kak Revan aja pah! Toh,dia juga anak paling tua,udah jadi hak pertamanya untuk melanjutkan bisnis papa kan?"
"Revan tidak ada hubungan apapun dengan saya! Dari dulu,papa nggak suka sama orang itu!" Ketus Afran.Membuat nafas Dio semakin menjadi-jadi.Kenapa Afran tidak ada hubungan apapun dengan Revan? Padahal,Revan anak kandungnya.Yang ada di pikiran Dio sekarang,malah bayangan Alika yang muncul di hadapan Dio.Teringat jika mereka sedang berkumpul menjadi satu keluarga yang bahagia.Kala itu.
"REVAN ANAK PAPA JUGA!DIA PUNYA HAK ATAS SEMUA ITU!"
"Revan bukan anak saya,sekali lagi kamu menggubris tentang Revan lagi,mendingan kamu keluar dari rumah saya!"
Dio pergi naik ke atas tangga dan masuk ke dalam kamarnya.Ia merebahkan tubuhnya di kasur dan menepis keringat di jidad nya dengan kasar.Seseorang datang mengetuk pintu.
"Masuk!" Ucapnya kasar.
Seseorang berbadan tegap dan berkaos putih polos masuk ke dalam kamar Dio.Tak lain lagi,dia Revan.Kakak Dio,yang selama ini menjaga dan mendukung Dio agar terlepas dari kejadian masa lalu yang dapat menyerang mental nya.
"Berantem sama papa lagi?" Ujar Revan sambil memainkan gitar yang terpajang di dekat almari.
"Kak,gue mau mau tanya.Kenapa papa nggak nganggep lo jadi anaknya?"
"Cerita nya panjang," sahut Revan sembari berhenti memainkan gitar."Gue juga shock waktu bu Atik ceritain semuanya ke gue,"
"Cerita apa?"
"Tapi,lo jangan kaget,jangan sedih juga setelah gue cerita.Mungkin,ini udah saatnya lo tahu semua,"
"Oke,"
"Gue bukan anak kandung papa,tapi gue lahir dari rahim mama.Semenjak mama nikah sama papa,papa seperti nggak nerima gue jadi anak nya.Mereka sering bertengkar setelah menikah.Saat itu,umur gue masih 5 tahun.Bu Atik udah kerja sejak papa masih muda.Tapi,setelah itu papa lebih memilih bekerja di luar negeri dari pada di Indonesia.Bisnis nya di sana semakin maju,bahkan ia lupa dengan kita.Semenjak itulah,mama juga sering memanfaatkan uang papa untuk pergi berfoya-foya.Bahkan,dia udah berani bawa lelaki lain ke rumah.Gue nggak nyangka saat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF SADNESS [ON GOING]
Dla nastolatków-HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA- (Dilarang copast🚫) Mengira bahwa Dio adalah Monster abadi di sekolah,membuat banyak orang menjauh darinya.Namun,sebuah tarikan bermunculan saat pria tersebut tiba-tiba bersikap lembut.Dengan paras yang memukau kaum...