Bagian 20

1.7K 85 6
                                    

"Lo udah gila?"
-DikaMahesa

Dika membuang sisa bungkus kacang polong yang tadinya ia makan kesembarang arah, kini ia berada pada surganya para siswa yaitu, kantin sekolah.
Sesuai dengan perintah Adit, Dika pergi ke kantin untuk menemui Mbah Kuaci, namun bukan untuk membantunya menutup kedai, malainkan Dika hanya berleha-leha dengan memakan dagangan Mbah Kuaci, dan menyampah disana.

"Eh Ka, Mbah mau tutup ni, pulang sana" usir Mbah Kuaci yang kini telah berumur sekitar lima puluh tahun, coba bayangkan Dika digosipkan dekat dengan Mbah Kuaci. Tidak masuk akal bukan?

"Bentar Mbah, Dika bantuin dah" ucapnya sambil mencomot kacang polong, kemudian kembali memakannya.

"Bantuin palamu, dari tadi nyampah sama makan mulu" geram Mbah Kuaci dengan tangan yang masih setia terulur untuk membereskan dagangan miliknya.

"Hehe nyicip doang Mbah" kekeh Dika yang membuat Mbah Kuaci kembali mendengus kesal "Nyicipin sampai 5 kali" sindir Mbah Kuaci yang membuat Dika menyengir bodoh.

"Hehe yasudah deh mbah, Dika pamit pulang aja" kekeh Dika sambil membersihkan sisa makanan yang tadinya ia makan, kemudian bangkit dari duduknya.

Mbah Kuaci hanya berdeham kesal, kesal rasanya ketika laki-laki remaja didepannya ini hanya beralasan membantunya, namun Dika sama sekali tidak membantunya, melainkan sebaliknya.

Dika hanya menyengir tidak enak ketika melihat raut wajah Mbah Kuaci yang kini sama sekali tidak bersahabat, kemudian ia melambaikan tangannya pertanda ia akan meninggalkan kantin dan pulang ke rumahnya. Namun sebelum itu pendengaran Dika menajam pada satu titik, suasana kantin yang terbilang sangat sepi seperti mendukung suara berisik yang dapat menggerakan langkah Dika yang awalnya ingin meninggalkan kantin, kini beralih menuju kedai sebelah.

Ternyata sama seperti Mbah Kuaci, kedai yang biasanya ditempati adik kelasnya itu kini juga belum menutup kedainya. Dika terus melangkahkan kakinya menuju kedai yang tak jauh dari tempatnya saat ini, semakin ia mendekat semakin terlihat jelas kegaduhan yang kini tengah terjadi dikedai tersebut.

Langkah kakinya terhenti ketika ia dapat melihat sekaligus mengenali sosok yang kini tengah brutal "Abel?!" pekiknya pada dirinya sendiri, kemudian tanpa pikir panjang lagi, buru-buru Dika mempercepat langkahnya untuk menghindari kegaduhan yang semakin menjadi-jadi.

"LO UDAH KETERLALUAN!" Abel berteriak marah kepada pemilik kedai yang kini terlihat berusaha menenangkan Abel dengan terus berusaha menghentikan tangan Abel yang melemparkan barang-barang dagangannya kesembarang arah.

"LO-"

"Bel" Abel berhenti sejenak, kemudian ia membalikan tubuhnya dan menemukan Dika yang kini tengah berusaha menghentikannya.

"Ada apa pak?" tanya Dika kearah seorang laki-laki paruh baya yang diduga adalah pemilik kedai tersebut.

"Jadi seperti ini, saya tidak sengaja menabraknya karena tadi saya sedang buru-buru, tapi sepertinya adik ini kondisinya sedang tidak stabil, dia langsung berteriak marah, padahal saya benar-benar tidak sengaja" jelas pemilik kedai yang langsung dapat dimengerti oleh Dika, kemudian Dika melirik Abel yang kini terlihat belum dapat mengontrol emosinya.

"Pak, besok saya ganti semua kerugiannya, saya lagi gak bawa uang pak, maafin temen saya pak" mohon Dika yang dapat dipahami oleh laki-laki pemilik kedai tersebut.

Tanpa menunggu persetujuan Abel, Dika dengan cekatan langsung membawa Abel menjauh dari kedai yang kini terlihat sangat berantakan.

"Lepasin gue" ucap Abel dingin ketika kini tangannya masih setia berada pada dekapan tangan Dika, Dika tidak menggubris permintaan Abel, ia masih setia menyeret Abel hingga tibalah mereka diluar area sekolah, dan barulah tangan Abel dapat dibebaskan.

PLAYBOY (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang