Awali dengan yang manis..."Gapailah ujung menara dengan usahamu, berjuanglah untuk hal itu, namun janganlah kau lupa bahwa ada sepasang alas kaki yang setia menemani setiap langkahmu, jadi jangan pergi tanpa alas kaki tersebut"
-KesyaAnanda-Kesya berjalan dengan langkah gontai, kini dirinya telah berada didepan kediamannya, rasanya ingin sekali ia berbalik arah dan berlari sekencang-kencangnya menghindari neraka didepannya ini, rumahnya bukanlah istananya ia mengganggap rumahnya adalah neraka yang selalu menjadi saksi bisu dimana tindakan-tindakan yang membuat Kesya hampir menangis setiap harinya.
Namun, ketika ia membuka pintu, Kesya dapat menghela nafas lega, ketika ia menemukan Venus yang tengah duduk bersandar disofa ruang tengah dari rumah tersebut.
Namun sebelum ia ingin mendekati kakaknya tersebut, langkahnya harus terhenti ketika ia menangkap sosok ayahnya yang duduk disebelah kakaknya tersebut, mereka seperti anak dengan ayah pada umumnya, ada sedikit rasa iri dibenak Kesya, melihat dimana ayah dan kakaknya dapat berbagi canda tawa, dapat menonton siaran Tv bersama.
Sedangkan bersama Kesya, sikap ayahnya sangat berbeda jauh, ia tak pernah tau, mengapa ia selalu salah dimata sang ayah, Kesya tak cukup berani untuk menanyakan alasannya, karena setiap langkah yang diambil Kesya, ujungnya akan tetap sama, yaitu salah dimata sang ayah.
"Jadi jam berapa kakak berangkat ke Bandung?" Kesya yang tadinya ingin melangkah menaiki tangga untuk pergi kekamarnya, harus mengurungkan niatnya terlebih dahulu, ketika ia mendengar pertanyaan sang ayah yang membuat hati Kesya lagi-lagi dibalut ketakutan, bahkan tanpa diminta air mata Kesya jatuh begitu saja.
"Nanti Yah, Venus nunggu Kesya dulu, mau pamitan" ucap Venus yang belum menyadari kehadiran Kesya. Kesya masih terpaku ditempatnya, hatinya berdesir tak karuan, Venus adalah sosok kakak yang sangat menyayangi Kesya, untuk saat ini Kesya cukup beruntung mempunyai sosok kakak seperti Venus didunia ini.
"Yasudah lah, gak usah pamitan gitu" sudah Kesya tak kuat lagi, mendengar jawaban Dava, ayahnya. Ia langsung berlari menuju lantai atas dan harus segera pergi ke kamarnya sebelum air matanya jatuh lebih banyak dan sebelum Venus menyadari bahwa Kesya tengah menangis, ia tak ingin membuat kakaknya itu khawatir, biarlah Kesya yang menanggung semuanya.
Kesya menutup pintu kamarnya dengan sangat hati-hati, ia melangkah menuju cermin yang menampilkan wajah Kesya yang tak secerah dulu, wajah Kesya yang tampak begitu kacau, bahkan lebam yang ia sengaja tutupi dengan bedak disekitar wajahnya terlihat sangat jelas dikarenakan air mata yang tak henti-hentinya membasahi wajahnya.
Kemudian ia beralih membuka sweater yang ia pakai, dan hanya menyisakan seragam putih abu-abunya, dari pantulan cermin tersebut sangat jelas terlihat, luka-luka yang masih baru disekitar tubuhnya, lagi-lagi Kesya meringis ketika ia mencoba mengobati luka-luka tersebut, sebenarnya mengobati luka tersebut hanya sia-sia karena apa? karena sang ayah pasti akan memberikan luka lagi, bahkan sebelum luka lama mengering.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYBOY (ON GOING)
أدب المراهقينPLEASE DON'T BE SILENT READERS SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW DULU YA TEMAN-TEMAN BIAR BISA BACA PART YANG KAU PRIVATE💗 #7 In Cerita baru (17-10-2018) Akhirnya gue nemuin kemustahilan didalam hidup gue. -Kevin Erlangga, CEO of 800 mantan. Ditulis di ta...