PLEASE DON'T BE SILENT READERS
SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW DULU YA TEMAN-TEMAN BIAR BISA BACA PART YANG KAU PRIVATE💗
#7 In Cerita baru (17-10-2018)
Akhirnya gue nemuin kemustahilan didalam hidup gue.
-Kevin Erlangga, CEO of 800 mantan.
Ditulis di ta...
Aku bakalan usahahin buat up sesering mungkin, jadi sebelum baca, boleh kali itu bintangnya dipademin💗
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🐊🐊🐊
"Udah gue save ya nomor lo" Abel hanya mengangguk, kemudian ia berhenti didepan pintu gerbang yang lumayan kokoh.
Dika kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celananya, ia melirik sekitar, daerah perumahan Abel memang terbilang cukup sulit untuk dijangkau, namun siapa sangka, bahwa dibalik susahnya mencapai perumahan ini, perumahan ini adalah salah satu perumahan elite yang memiliki banyak rumah mewah bertingkat didalamnya.
"Gue masuk, lo boleh balik sekarang" ucap Abel lemah, ia masih sedikit pusing dibagian kepalanya.
Abel membalikkan tubuhnya, hendak untuk membuka gerbang kokoh tersebut, namun cekalan tangan Dika, membuat dirinya mau tidak mau kembali beralih kearah Dika.
"Gue mau mampir" ucap Dika yang membuat Abel memutar bola matanya malas.
"Udah malem, lo balik aja!" tolak Abel.
Dika mendesah pelan. "Tapi kata dokter, lo itu harus banyak ngobrol sama temen deket atau keluarga lo" balas Dika untuk meyakinkan.
"Emangnya lo temen deket gue?" tanya Abel.
Dika tersenyum sinis. "Makanya kita harus perbanyak untuk ngobrol, gue mau tau semuanya tentang lo, begitupun lo ke gue" Abel hanya mangut-mangut mengiyakan.
"Tapi gue gak mau tau tentang lo" balasnya yang membuat Dika geram setengah mati.
"Gue cuma mau tau, tentang lo dan Kevin yang bener-bener bikin lo gila, gue mau tau, tentang keluarga lo, gue mau tau tentang yang lo pikirin dan apa yang lo rasain sekarang, gue juga mau tau, tentang fobia yang lo punya, gue mau tau semuanya, lo bisa keluarin semuanya ke gue, temen lo" Dika menghentikan ucapannya, kemudian ia melirik Abel yang terlihat tertekan dengan apa yang Dika ingin tanyakan kepadanya.
"Bel.. lo bisa percaya sama gue, gue tau mungkin lo gak nyaman sama gue yang selalu aja pengen ikut campur urusan lo, gue juga gak paham sama diri gue sendiri Bel"
"Biarpun gue kelihatannya gak bisa diandelin, setidaknya gue masih punya raga yang bisa bantuin orang lain Bel, gue dilahirin agar bisa berguna buat orang lain" tambah Dika untuk meyakinkan.
"Gue-"
"Berisik!" Dika mengaga ditempat, ketika Abel langsung memotong ucapannya, kemudian segera beranjak dari hadapan Dika, masuk kedalam rumahnya tanpa mempedulikan Dika yang masih diam ditempatnya dengan mulut yang masih terbuka.
"Sat!" umpat Dika yang langsung menendang angin diudara.
"Nyesel gue nolongin dia nyesel!" geramnya lagi, kemudian ia kembali mengacak-ngacak rambutnya prustasi. Berjalan mondar-mandir didepan kediaman Abel dengan waktu yang cukup lama, ia tidak tau harus berbuat apa sekarang.