#TGIF
Dengan tangan yang masih tertaut, Austin menatap mataku dalam."Abigail, kau di sana?"
"Ah ya."
"Bagaimana?"
Kau tanya padaku, aku tanya pada siapa?
"Aku tidak tahu," jawabku.
Sorot matanya berubah. "Seharusnya aku tahu. Aku minta maaf. Akan kuantar kau pulang."
"Beri aku dua hari, akan kupikirkan."
"Terima kasih, Abigail."
***
"Ibu, kau masih terjaga?"
"Oh hei, Nak. Masuklah. Ada apa?"
Aku menghela nafas. "Kau tahu Austin, kan? Dia memintaku menjadi kekasihnya."
"Dia atasanmu kan?"
Aku mengangguk. "Bagaimana menurutmu, Bu?"
"Dia tampan, kaya, dan juga mapan. Boleh. Tapi, apa kau mencintainya?"
Aku tidak menampik fakta bahwa aku ingin kembali memiliki kekasih, tapi jika itu Austin?
"Entahlah."
"Sudah empat tahun lamanya sejak Brent memutuskan hubungan kalian, kan?"
"Ya, sudah empat tahun, hampir lima," jawabku sambil mengingat betapa pengecutnya ia memutuskan hubungan kami lewat telepon. (anjir banget tuh cowo kek gini. sebal.)
"Kurasa tidak ada salahnya mencoba kan, Sayang?"
Semoga kau benar, Bu.
***
"Hei, sleeping beauty."
Tidak perlu kujelaskan siapa yang menyapaku seperti itu.
"Kapan kau akan mulai kerja? Nanti kau jadi beruang madu jika menganggur terus."
"Beruang madu kan lucu," gumamnya lalu menggigit roti bakar.
"Terserah kau saja. Aku berangkat dulu."
"Eh, tunggu dulu. Aku mulai ke kantor hari ini. Kau bantu pilihkan baju untukku. Ayo ke kamar."
"Sepuluh menit."
Harry menunjukkan dua setelan jas yang telah ia siapkan. Kalian tahu, semuanya berbunga. Kuulangi lagi, dua setelan jas dengan motif bunga-bunga.
it's-it's Gucci. my baby Hazza looks so adorable. i wanna take him home.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irresistible
FanfictionHarry dan Abigail, sepasang insan yang tidak bisa memadu kasih layaknya jutaan pasang kekasih di luar sana. Sesuatu menghalangi apa yang mereka inginkan sehingga mereka terpaksa mengambil jalan yang salah. Bagaimana akhir dari kisah mereka? Apakah m...