Welcome back, peeps! Enjoy!
Satu tahun kemudian..."Oscar, astaga!" Wanita itu mengusap kepala dan menepuk punggung Oscar dengan lembut. Ia merutuki dirinya yang sangat ceroboh hingga anak ini bisa terjatuh dan nyaris terbentur lemari. Oscar terus menangis tidak peduli betapa keras wanita itu berusaha menenangkan tangisnya. "Sshh sayang.. Tolong berhentilah menangis." Melihat usahanya sia-sia, wanita itu memutar otaknya. "Osie, apa kau melihat Mr. Carrot? Tidak? Apa kau mau mencarinya?" Lagi-lagi usahanya gagal.
"Damn it, Dave!" Beberapa kali ia mengumpat perlahan setiap kali David tidak menjawab panggilannya. "Astaga, manusia satu ini!"
Cukup lama setelah rumah itu dipenuhi oleh tangisan Oscar, pintu rumah akhirnya terbuka dan menampilkan dua orang yang sangat dinantikan wanita itu. "Osie!" pekik Pamela lalu mengambil Oscar dari dekapan wanita tadi. "Apa yang kau lakukan?!"
"Aku sungguh minta maaf. Tadi Oscar sempat terjatuh," jawab wanita itu sambil berdoa dalam hati agar Pamela tidak memecatnya.
"Pam, aku yakin Abigail tidak sengaja."
"Apa kau memihak wanita ini dibanding anakmu sendiri?"
"Astaga. Kau tahu bukan seperti itu maksudku. Aku tahu Abigail tidak mungkin sengaja mencelakai Osie."
Pamela membuang tatapannya dari Abigail dan David lalu masuk ke kamarnya.
"Dave, aku sungguh minta maaf. Aku sedang berada di kamar mandi ketika Oscar terjatuh. Aku bersumpah aku sudah memastikan ia aman."
"Pam sedang tidak baik. Tolong jangan pikirkan perkataannya tadi."
Tidak peduli seberapa butuh dirinya akan penghasilan, ia memberanikan diri untuk berkata, "Jika kau dan Pam ingin memecatku, tidak masalah. Kesalahanku memang fatal."
"Kau bisa pulang sekarang. Datanglah besok sore lagi. Kau tahu aku tidak akan memecatmu."
"Terima kasih, Dave. Kau yang terbaik."
Jalanan Doncaster sudah mulai dihujani oleh salju putih dan itu membuat Abby kedinginan. Well, setidaknya ia masih memiliki kedua tangan yang siap mendekap dirinya, memberi sedikit kehangatan. Satu-satunya hal yang ia pikirkan adalah bagaimana cara mempercepat langkah sehingga ia bisa segera tiba di apartemen.
Namun, langkahnya terhenti ketika ia melewati sebuah toko souvenir di sebelah kanannya. Tiba-tiba saja ia teringat jika Hope, si doppelganger, mengundang dirinya ke perayaan malam natal yang ternyata sudah tiga hari lagi dan ia belum menyiapkan hadiah apapun.
"Halo, Nona. Ada yang bisa kubantu?"
"Aku mencari sebuah hadiah untuk natal. Apa kau punya sesuatu?"
Laki-laki itu tersenyum. "Tentu saja. Untuk teman ada di aisle nomor 1, untuk keluarga di nomor 2, untuk kekasih di nomor 3."
Abby sungguh ingin bertanya 'Bagaimana jika itu untuk keluarga teman', tapi ia mengurungkan niatnya. Ia memutuskan untuk melangkah menuju aisle nomor 1. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan hadiah yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irresistible
FanfictionHarry dan Abigail, sepasang insan yang tidak bisa memadu kasih layaknya jutaan pasang kekasih di luar sana. Sesuatu menghalangi apa yang mereka inginkan sehingga mereka terpaksa mengambil jalan yang salah. Bagaimana akhir dari kisah mereka? Apakah m...