Welcome back!
Sebagian dari diriku bersyukur aku ada di tempat ini dan dikelilingi oleh banyak barang dan kenangan bersama Abby. Namun di sisi lain, aku mengutuki keputusanku untuk tinggal di sini. Kenyataan bahwa Abby belum ditemukan hingga hari ini membuatku semakin terpuruk dan semakin banyak skenario-skenario buruk yang kuciptakan di pikiranku.
Abbe, aku yakin kau masih ada di luar sana. Bertahanlah, aku akan segera menemukanmu lalu kita akan pergi jauh dari Los Angeles. Aku janji.
Berminggu-minggu kemudian, aku dan yang lainnya tetap mencari keberadaan Abby. Detektif yang kuhubungi beberapa waktu lalu pun baru bisa bergabung semenjak tiga hari lalu. Hingga hari ini mereka baru bisa memberiku kabar jika kemungkinan Abby tenggelam hanya lima puluh persen. Bagaimana dengan lima puluh persen sisanya? Entahlah. Saat ini hanya Tuhan yang tahu.
"Harry, apa kau masih membutuhkan kertas lebih banyak lagi?"
"Kau sudah tahu jawabanku, Barb. Oh ya, apa kau sudah memasangnya di internet?"
"Beres. Oh ya, apa kau ingin makan siang dulu?"
"Dan membuang tiga puluh menit? Tidak akan. Dalam tiga puluh menit aku bisa menempelkan kertas-kertas ini ke beberapa daerah."
"Kau tahu kau harus beristirahat kan?"
"Aku harus pergi."
Aku bisa saja meminta orang lain untuk menempelkan dan menyebarkan kertas-kertas ini, tapi aku tidak mau. Aku tidak bisa diam saja selagi Abby masih di luar sana, di suatu tempat yang bahkan tidak aku ketahui. Di saat aku menempelkan puluhan kertas yang berisi foto Abby dan nomor ponselku, aku diganggu oleh deringan ponselku.
"Halo, Harry? Aku butuh kau kemari. Kami menemukan sesuatu."
Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung melesat ke mobilku dan membawanya menuju Lake Piru.
***
"Parsons! Aku kemari secepat mungkin. Apa yang kau temukan?"
Parsons menunjukkan sebuah gelang yang kini berada di dalam sebuah kantung plastik. Anehnya, aku belum pernah melihat gelang itu. Lagipula, gelang itu juga tidak terlihat seperti gelang untuk perempuan.
"Apa kau pernah melihat gelang ini? Kami menemukannya di sekitar sini, tapi cukup jauh dari sepatu Abigail."
Aku menggeleng. "Sepertinya itu milik laki-laki."
"Apa Abigail sedang memiliki hubungan dengan seorang laki-laki?"
Jamie.
Tanganku mengepal. Jika saja laki-laki yang di depanku ini adalah Jamie, pasti aku sudah menghajarnya.
"Apa kau bisa menyebutkan sebuah nama?"
"Jamie."
"Jamie siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Irresistible
FanfictionHarry dan Abigail, sepasang insan yang tidak bisa memadu kasih layaknya jutaan pasang kekasih di luar sana. Sesuatu menghalangi apa yang mereka inginkan sehingga mereka terpaksa mengambil jalan yang salah. Bagaimana akhir dari kisah mereka? Apakah m...