Maap telat up y :)
Dua bulan kemudian...Setelah mematikan komputerku, aku bergegas meninggalkan kantor. Malam ini aku dan Harry akan pergi ke carnival. Aku memilih menggunakan tangga karena saat ini pasti banyak yang mengantri di depan pintu elevator. Aku tidak ingin membuat Harry menunggu.
"Hi, Ace." Aku mengecup bibirnya. "Maaf, aku sedikit lambat."
Ia tersenyum. "Tidak masalah. Kita pergi?"
"Kita pergi," jawabku.
***
Jujur, aku yang datang dengan ide untuk pergi ke carnival. Harry memang cukup romantis, tapi untuk mengajakku ke carnival lagi? Kurasa tidak. Ia pasti akan membawaku ke tempat-tempat baru.
"Kau ingat terakhir kali kita pergi ke tempat seperti ini?" tanyaku.
"Tentu saja. Saat itu si brengsek itu mengacaukan ciuman pertama kita."
Aku mengecup pipinya. "Jika ia tidak datang saat itu, aku tidak mungkin menjadi milikmu."
"Ayo," katanya lalu menarik tanganku untuk mengantri.
Carnival tidak lengkap tanpa bianglala.
"Seriously? Bianglala, Ace? Kukira kau akan mengajakku bermain roller coaster."
"Lebih romantis naik bianglala," bisiknya sambil tersenyum lalu mencubit hidungku.
"Enjoy your ride," kata petugas carnival berambut hitam legam yang jujur membuatku sedikit berhalusinasi seolah aku melihat Zayn, laki-laki yang merebut Eve dari Harry.
Pemandangan dari atas sini sangat indah. Um, pemandangan yang kumaksud adalah laki-laki di hadapanku yang sibuk memperhatikan keadaan luar.
"Apa yang lebih menarik daripada diriku?" celetukku.
"Eh? Aku hanya melihat-lihat mana wahana yang harus kita kunjungi selanjutnya."
"Kalau begitu, wahana apa?"
"Rumah hantu."
"Cukup menantang."
Semoga saja aku tidak pingsan.
"Hei, Abe. Tutup matamu."
"Ada apa? Kau tidak akan berubah menjadi monster kan?"
Harry terkekeh. "Kau pasti terlalu banyak menonton film. Tutup saja matamu. Ayo."
Mengenal Harry yang tidak bisa diprediksi, aku menutup mataku perlahan tapi aku menyisakan pandanganku sedikit agar aku bisa mengintip.
Harry mendekatkan wajahnya padaku. Setelah itu, aku menutup mataku sempurna. Dugaanku benar.
Harry menciumku.
Tapi kali ini beda. Ia benar-benar melakukannya dengan perlahan, lembut, sempurna. Aku sangat menikmati ini.
"Harry," kataku setelah aku mengakhiri ciuman kami.
"Aku mencintaimu, Abby."
"Aku juga."
Tiga jam bersama Harry terasa seperti sepuluh menit. Katakan aku gila, tapi aku sudah sangat mencintai kakakku ini.
"Ace, aku ingin es krim. Kau mau?"
"Tidak, kau saja. Hati-hati ya."
Padahal jarak kami dan penjual es krim hanya enam meter. Oke, Ace.
"Cobalah, ini enak sekali. Kau pasti ketagihan," ujarku.
"Aku tidak ingin merebut es krimmu. Nanti kau menangis minta balon."
KAMU SEDANG MEMBACA
Irresistible
FanfictionHarry dan Abigail, sepasang insan yang tidak bisa memadu kasih layaknya jutaan pasang kekasih di luar sana. Sesuatu menghalangi apa yang mereka inginkan sehingga mereka terpaksa mengambil jalan yang salah. Bagaimana akhir dari kisah mereka? Apakah m...