- Twenty Four -

89 12 7
                                    

Selamat membaca!

Perkataan Louis nyaris membuatku melonjak dan menjatuhkan dompetnya yang tengah kupegang.

"Bisakah kau kemari? Kepalaku sungguh pening," erangnya.

"Tentu saja." Dengan hati-hati aku menyelipkan driving license miliknya ke saku celanaku lalu kembali ke ranjang. "Apa yang bisa kulakukan supaya kau merasa lebih nyaman?"

Louis memelukku erat. "Temani aku di sini. Wanita yang lain tidak ada yang bersedia tinggal jika mereka tidak mendapat seks. Maukah kau tinggal hingga esok pagi, Corrine?"

Tidak, bodoh. Aku akan langsung pergi setelah aku mendapat semua yang kubutuhkan.

"Tentu saja. Aku akan berada di sini selama yang kau inginkan, Lou."

Setelah beberapa menit kembali menidurkan laki-laki brengsek ini, aku mengambil foto driving license miliknya dan juga apartment leasing agreement yang ada di countertops. Nama "Tomlinson" hasn't rang the bell yet, tapi satu hal yang pasti: Mengapa Louis harus menyembunyikan nama aslinya?

***

"Apa kau menemukan sesuatu?"

"Namanya Louis Tomlinson, bukan Parker." Aku menunjukkan foto-foto dokumen yang sempat kuambil tadi. "Ini aneh sekali, bukan? Tidak menggunakan nama aslinya, tidak berasal dari Los Angeles maupun Seattle, dan ia bergaul dengan orang-orang sekelas Zayn Malik."

Harry terdiam sejenak. "Nama Tomlinson terdengar familiar untukku, tapi aku tidak mampu mengingatnya. Ini sungguh menyebalkan." Harry menggeram.

"Bisakah kita membahas ini esok? Aku sangat lelah. Kemarilah, Ace."

Harry akhirnya bergabung denganku di ranjang lalu memelukku dari belakang. "Aku janji aku akan memecahkan masalah ini, Sayang. Aku tidak akan membiarkan laki-laki itu bertindak semakin jauh."

***

Kisah penyelidikan kasus pembunuhan yang dilengkapi dengan sedikit bumbu percintaan antara Jackson dan Tiana yang pas sukses membuatku menyunting naskah ini dalam tiga jam. Setidaknya satu naskah selesai, meskipun masih ada dua yang harus kukerjakan dalam beberapa hari ini. 

"Abigail, kau dipanggil Austin ke ruangannya."

"Oke, terima kasih."

Sekalian saja aku bawa naskah yang sudah kusunting tadi ke meja Eleanor. Semakin cepat ia selesai mengedit semakin baik.

"Austin, apa kau memanggilku?"

Ia mengangguk. "Aku sedang mempertimbangkan untuk mempromosikanmu sebagai manajer produk."

Aku menahan kedua kakiku untuk tidak melompat kegirangan. "Terima kasih, Austin. Ini sangat berarti untukku."

"Kumohon pertahankan atau bahkan tingkatkan kinerjamu dan kau bisa mulai menghubungi Travis agar ia bisa memberimu informasi lebih banyak sebagai manajer produk."

"Baik. Terima kasih."

"Oh ya, aku hampir lupa." Ia mengeluarkan sebuah amplop dari lacinya lalu memberikannya padaku. "Pernikahanku akan diadakan minggu depan. Aku sungguh berharap kau bisa datang."

Montage Beverly Hills.

"Tentu aku akan datang. Terima kasih telah mengundangku."

"And don't forget to bring a date," imbuhnya.

Sesampaiku kembali di meja, ada sebuah tas kertas yang berisi satu kotak makanan dan satu gelas minuman lengkap dengan sebuah pesan singkat.

The Palm Beverly Hills at 6.30 pm sharp.

IrresistibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang