- Twenty Eight -

78 14 4
                                    

Selamat membaca!

"Abigail.." Liam mengguncang bahuku perlahan. "Hei, kita sudah sampai."

"Lima menit lagi."

Ia terkekeh. "Baiklah. Akan kutunggu hingga kau siap."

"Oke, tunggu hingga esok pagi."

Liam terkekeh lagi. "Ini selimut untukmu." Ia kemudian menyelimutiku, membuatku bertanya dalam hati dari mana laki-laki ini mendapatkan selimut ini. "Aku membelinya dalam perjalanan tadi."

Baguslah ia bisa membaca pikiranku.

"Dimana kita?"

"Ayo turun. Kita perlu berjalan beberapa menit hingga sampai ke tempat tujuan kita yang sebenarnya. Umm... Aku bisa menggendongmu jika kau terlalu lelah untuk berjalan." Liam terdengar ragu, suaranya lebih pelan dari sebelumnya.

Aku memang sedang kesal dengan Harry, tapi itu bukanlah alasan agar aku bisa bermanja dengan laki-laki lain, kan? Aku bukan jalang.

"Kau akan terlihat seperti pemerkosa jika kau menggendongku. Lihat saja gaunku sudah tidak berupa gaun lagi."

Well, itu kenyataan.

"Kau bisa memakai jaketku. Aku tadi berniat membelikanmu baju tapi aku tidak tahu ukurannya." Ia memberikan jaketnya padaku.

"Terima kasih, Li."

***

Perjalanan malam yang tidak kusesali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan malam yang tidak kusesali. Meskipun aku sempat menggerutu dalam hati mengapa aku meminta Liam membawaku pergi, ternyata ini sama sekali tidak buruk. Melihat kelap kelip lampu Los Angeles dari Hollywood Sign mungkin adalah hal yang paling kubutuhkan saat ini. Rasanya aku jauh sekali dari hiruk pikuk LA dan segala drama yang mengikutiku.

"Louis?" tanyanya saat aku melihat layar ponselku.

"Bukan. Ibuku. Aku akan mengatakan aku menginap di rumah temanku."

"Oh ya, bagaimana kau dan Louis?"

Aku diam. Aku kemari untuk menenangkan diri setelah melihat Harry dan Kris, lalu sekarang Liam menanyakan tentang Louis? Yang benar saja!

"Aku membawakanmu burger, kentang, dan soda." Liam mengalihkan pembicaraan. Kurasa ia sadar bahwa membicarakan Louis adalah hal yang tidak ingin kulakukan.

"Terima kasih."

Beberapa menit kemudian aku menyantap burger yang dibawa Liam sedangkan dia hanya diam saja, entah apa yang dia lakukan. Ada beberapa orang di sini, kuduga kebanyakan dari mereka adalah sepasang kekasih. Tetapi yang berpakaian compang camping dan tidak memakai alas kaki? Kupastikan hanya aku.

"Kau tahu dimana rumahmu?"

Aku mengernyitkan dahi. "Tentu saja. Kau kira aku amnesia?!"

"Eh, eh, bukan begitu maksudku. Umm.. hmm... Apa kau tahu apa nama kepiting yang sudah tidak mempunyai capitnya?"

IrresistibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang