Selamat membaca!
Suara gebrakan meja membangunkanku. Sial, kepalaku masih sakit sekali. Mengumpulkan kesadaranku, aku menyadari aku ada di kamarku.Ya, Sayang. Kau di mana? Aku sedang di rumah Harry. Laki-laki itu sedang membuat pancake di dapur.
Itu kata-kata terakhir yang kuingat sebelum semuanya gelap. Apa itu berarti Evelyn ada main dengan laki-laki lain di belakang Harry? Atau itu hanya aku yang berhalusinasi karena sakit kepala sialan ini?
"Hei. Kau sudah sadar?"
"Jika aku belum sadar, aku tentu masih tertidur."
"Ck. Kau tetap saja menyebalkan."
"Apa tadi aku pingsan?"
"Tidak. Kau hanya tiba-tiba tertidur dan sialnya aku terpaksa membawamu kemari."
Aku memutar mataku. Haruskah aku mengatakan apa yang kudengar tadi?
"Harry, sebenarnya ta-"
"Sayang, kau- oh, Abby. Bagaimana keadaanmu? Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Eve yang tiba-tiba memegang keningku.
Kenapa ia tiba-tiba perhatian padaku? Aku jadi semakin yakin bahwa gadis ini memang menyembunyikan sesuatu.
Aku mengangguk. "Aku baik-baik saja. Seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa kau baik-baik saja?"
Bisa kulihat Evelyn tiba-tiba salah tingkah.
Dasar kau, jalang. Akan kuadukan semua ini pada Harry.
"Kau sakit, Abe? Mau kuantar ke dokter?"
"Kurasa tidak perlu, Sayang. Adikmu ini sangat baik. Mungkin efek kelelahan saja. Benar begitu kan, Abigail?"
Oh. Kau ingin bermain-main denganku? Oke.
"Eve benar. Aku baik. Tidak perlu khawatir. Aku hanya kelelahan saja," ujarku tersenyum.
"Kau tidak ingin mandi, Sayang? Ini sudah sore. Kau mandilah nanti aku menyusul," kata Eve menggoda Harry. Ralat, sangat menggoda.
DASAR JALANG KEPARAT.
"Panggil saja aku jika kau butuh sesuatu, Abe. Aku akan mandi."
"Kau sebaiknya jauh-jauh dari kakakku. Aku tidak sudi dia berpacaran dengan ular sepertimu," kataku ketika Harry sudah meninggalkan kami.
"Kau buka suara sedikit saja, habislah hidupmu. Mengerti?"
"Kau pikir aku takut padamu, hah?"
"Lihat saja, Abby. Aku hanya memperingatkanmu agar kau tidak salah jalan."
Setelah itu, Eve berjalan keluar dari kamarku.
Bagus. Sekarang kepalaku semakin sakit.
***
"Harry, kurasa kau per-"
"Abby!" Ia menerjangku dan memelukku erat. "Aku sudah mendapat apa yang aku butuhkan. Ketiga bajingan itu akan membayar semuanya dan aku akan menjadi kaya lagi!"
Mendengar Harry yang begitu antusias, aku mengurungkan niatku membongkar kelicikan Eve. Aku tidak tega melihatnya hancur di saat seperti ini.
"Apa menurutmu ayah akan siap mendengar Lucas bersekongkol dengan Brenda untuk menjatuhkannya?"
"Siap atau tidak, ia harus tahu. Kita akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik kita."
Harry tetaplah Harry. Tidak bisa menjadi orang miskin. Tapi tak masalah, sifatnya itu sangat menguntungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irresistible
FanfictionHarry dan Abigail, sepasang insan yang tidak bisa memadu kasih layaknya jutaan pasang kekasih di luar sana. Sesuatu menghalangi apa yang mereka inginkan sehingga mereka terpaksa mengambil jalan yang salah. Bagaimana akhir dari kisah mereka? Apakah m...