"Dia nyebelin sih, tapi gue sayang."
Bagi Alena, Ethan itu laki-laki yang paling menyebalkan yang pernah ia temui.
Sedangkan bagi Ethan, Alena adalah perempuan teraneh yang pernah ia kenal di dunia ini.
Bagaimana jika Ethan mulai menyukai dan tertar...
'Gue ngerasa kalo.. Kalo gue jatuh cinta sama Alena.'
-Ethan Ghifari Atland.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 18 : Merindukan Ethan
Selamat membaca💫
Seharian ini Alena tidak melihat adanya keberadaan Ethan dan kedua sahabatnya, Bryan dan Budi.
Gadis itu menghembuskan nafasnya berat.
Ia tahu kalau Ethan sedang membolos pelajaran, Alena kesal karena Ethan sering sekali bolos pelajaran. Perasaan kesal kini sedang menghiasi hati Alena, Ethan kenapa harus bolos sih!?
Kosong.
Iya, Alena merasa kosong dan hampa tanpa adanya keberadaan Ethan. Laki-laki yang selalu membuatnya kesal. Lelaki yang selalu membuat darah Alena naik-turun.
Laki-laki yang Alena rindukan saat ini. Wait, Alena rindu?
Alena kembali memikirkan keberadaan Ethan saat ini. Gadis itu tidak bisa memfokuskan dirinya karena ia sibuk memikirkan Ethan.
Alena terlihat gusar dan menghembuskan nafasnya berulang kali, Ethan dimana sih?
"ALENA!"
Panggil seorang guru dengan suara yang memekik telinga, guru tersebut memanggil nama Alena dengan suara yang lantang.
Gadis itu terkejut dan segera menatap ke arah Pak Bintar, guru matematika di sekolahnya.
Teriakan Pak Bintar tentu saja menyita aktifitas semua murid, mereka semua kini menatap ke arah Pak Bintar dan juga Alena secara bergantian.
Alena sangat gugup dan gelisah, ini pertama kalinya seorang guru meneriakinya begitu kencang.
Gadis itu menjawab panggilan Pak Bintar dengan suara yang terbata-bata. "I-Iya, kenapa P-Pak?"
"JANGAN BENGONG TERUS! KERJAKAN SEMUA SOAL DI DEPAN, TANPA ADA KESALAHAN SEDIKIT PUN!" Pak Bintar berteriak dengan cukup keras dan terdengar kesal.
Alena mulai berdiri dengan perasaan takut dan gadis itu pun maju ke depan dengan penuh hati-hati dan juga perasaan yang gelisah.
Alena sama sekali tidak mendengar penjelasan Pak Bintar sedikit pun.
Setelah sampai di depan papan tulis, Alena memandangi dua pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru matematikanya.
Gadis itu hanya bisa menghela nafasnya berat lalu tersenyum tipis, menatap dua soal tersebut.
Alena membatin, untung udah pernah belajar pas OSN, untung juga ada yang soalnya sama.
Gadis itu mulai mengambil spidol dan menjawab pertanyaan pertama yang di tulis oleh Pak Bintar.
Tulisan rapih Alena serta jawaban yang telah ia tuliskan membuat semua orang yang berada disana terkesima.