Chapt-- 92• Psychopat

730 25 4
                                    

Ma.. maafkan Karina. Karina harus melakukan ini semua agar semua bisa kembali seperti semula, damai. Aku akan membalas dendam selama ini. Mama yang tenang disana. Karina sayang mama,

Karina menatap kosong pemandangan dari atas roof top, dimana bangunan-bangunan tinggi berjejer rapi. Dia membiarkan air matanya mengalir deras melewati kedua pipinya. Hingga dia sadar ada seseorang yang datang.

🐻

Kirana telah sampai di ujung tangga teratas, dengan tenaga yang tersisa dia membuka pintu besi yang sudah rusak.

Kirana melewati pintu itu lalu menumpukan kedua tangannya pada lutut. Mengatur napasnya yang tersenggal karena menaiki tangga dengan kecepatan penuh.

Kirana mendongak, ketika matanya melihat Karina yang berada diujung roof top tanpa pembatas, Kirana langsung menegakkan tubuhnya dengan tegang. Seperti tersengat listrik.

Sekali dorongan kecil saja gadis itu sudah terjatuh.

"KA-- KAK KARIN?" Teriak Kirana parau, tak sadar dengan kondisi saat ini.

Perlahan Kirana bergerak maju, tapi kakinya langsung berhenti dan bergetar saat melihat Karina menoleh. Dadanya tiba-tiba terasa sesak dan sakit melihat Karina yang sedang menangis sesenggukan sambil menatap tepat kearah matanya.

Deg!

Kirana tiba-tiba ikut menangis, dia paling tidak bisa melihat Karina yang menangis. Karina adalah kelemahannya. Dan jangan lupakan ikatan batin keduanya yang sangat kuat.

"Kakak kenapa?" Tanya Kirana masih menangis, dia ingin berlari mendekati Karina tapi tidak sanggup. "A-- apa yang kakak lakukan disana? Itu berbahaya!"

Karina masih diam dengan air mata yang mengalir, tak bergerak dan membalas satu katapun.

Dengan sekuat tenaga Kirana mulai menggerakkan kakinya, apalagi angin yang begitu kencang membuatnya sempat oleng.

"Kak..."

"Jangan mendekati ku!" Pekik Karina saat jarak keduanya sudah dekat, Karina semakin menangis dan Kirana yang membeku.

"Ke-- kenapa?"

"Karena aku membencimu!" Teriak Kirana dengan keras, dia mengepalkan kedua tangannya erat hingga kukunya memutih.

Kirana juga semakin menangis sakit saat mendengar pengakuan Karina. Hatinya benar-benar tertohok saat ini. Tiga kata yang mampu membuat dunianya hancur.

"Apa yang kakak katakan, hiks? Kenapa membenciku?"

Karina mengalihkan pandangannya sejenak, lalu kembali menatap Kirana. Melihat Kirana sama saja seperti bercermin, apalagi keduanya sama-sama menangis.

"Karena kau merusak dunia ku!!!"

"A-- apa?"

"Kau tahu?" Karina menjeda, dia tertawa sumbang dan terdengar miris. "Kau telah merenggut semua orang yang ku sayang! AKU MEMBENCIMU KIRANA!"

Tangis Kirana semakin menjadi-jadi. Hatinya berdebar tak karuan saat melihat Karina yang sedang kalap, menarik rambutnya seperti kesetanan. Apalagi Karina selalu mengucapkan kata, "Aku membencimu, Kirana!"

Otak Kirana masih tak bisa memproses apa maksud Karina. Apa? Apa yang telah aku perbuat hingga Karina menjadi seperti ini? Merenggut? Merenggut siapa? Jerit Kirana dalam hati.

"Coba jelaskan! Aku tak paham!"

Karina berhenti menarik rambutnya, kini dia menatap Kirana dengan sangat tajam. Membuat Kirana mundur selangkah dengan wajah ketakutan. Dia pernah melihat wajah itu dulu, sudah lama, lama sekali. Wajah itu Karina tunjukkan saat Karina mencoba membunuhnya!!

KIRANA TAKUT! SESEORANG TOLONGLAH!

"Mau ku jelaskan seperti apa?? Semuanya sudah jelas, Bitch!!"

Bitch? Hiks, kenapa dia tega sekali mengataiku seperti itu. Batin Kirana menangis.

"Kakak kenapa? Kenapa menjadi se-- seperti ini? Kau membuatku takut!"

Mendengar itu, Karina malah terbahak-bahak. Semakin membuat Kirana takut, apalagi kurang selangkah lagi Karina bisa jatuh dari ketinggian gedung sekolah ini yang sangat mengerikan.

"Ka-- kak Karina kemarilah! Kau bisa jatuh dari sana!!" Teriak Kirana memperingatkan. Hatinya berdebar was-was, takut Karina terjatuh.

"UNTUK APA KAU MENGKHAWATIRKAN KU, HAH? BIARKAN AKU MATI, AKU INGIN BERSAMA MAMA!" Jerit Karina frustasi, mengingat mama membuatnya hilang kendali. "BUKANKAH KAU SENANG JIKA AKU MATI?!"

"Mama sudah tenang, jangan bicarakan itu!" Balas Kirana berteriak, tak habis pikir dengan Karina. "Biarkan mama tenang, kak..."

"Mama pasti akan tenang dan tidak merasakan kesepian jika aku bersamanya!" Karina melotot lebar, membuat Kirana menelan ludah kasar.

"Kau salah, mama disana sudah tenang dan pasti bahagi--"

"BAGAIMANA BISA BAHAGIA JIKA PEMBUNUHNYA MASIH HIDUP DAN BERKELIARAN? KAU HIDUP BAHAGIA DI SINI TAPI TIDAK DENGANKU DAN MAMA!"

"Kenapa kakak bisa berkata seperti itu?" Isak Kirana sakit, sekuat tenang untuk tetap berdiri dan tak terjatuh.

"Karena kau memang pembunuh! Kau membunuh mama dan merebut semua hal yang seharusnya milikku! Aku sangat-sangat membencimu!" Lagi-lagi Karina berteriak, mungkin tak lama tenggorokan akan sakit dan suaranya hilang. Tapi Karina tak peduli, toh tak lama juga dia akan menyusul sang mama.

Ah, atau adiknya saja yang dia kirim ke sana?

Karina tersenyum miring, sangat mengerikan. Jiwa Pscychopat nya muncul. "Mendekatlah, akan ku beri tahu semuanya."

TRIANGEL LOVE OF THE TWINS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang