Chapt-- 57• Fine?

928 36 0
                                    

Kirana memasuki rumah dengan tersenyum lebar dan juga menenteng satu kantong plastik yang berisi sepuluh ice krim dan coklat. Itu semua pemberian dari Nicholas.

Kirana menaruh semua makanan itu pada freezer kulkas kemudian meneguk air dingin. Membuatnya merinding sesaat.

"Bi, Kakak udah pulang belum?"

"Belum, non." Jawab bibi yang baru saja melintas.

Kirana ber oh ria lalu menaiki tangga menuju kamarnya. Berpikir kemana kakaknya itu, apa dia baik-baik saja.

Kirana berpikir positif lalu ia merebahkan diri pada kasurnya. Ia mulai memejamkan matanya karena mengantuk dan lelah. Hingga suara dengkuran halus terdengar.

Dua jam berlalu, dan Kirana baru saja bangun. Gadis itu melirik jam dan terkejut karena ia sudah tertidur lama.

Ia segera mandi karena gerah dan selesai mandi ia duduk manis di atas kasur, menyilangkan kakinya sambil membuka sosmed miliknya.

Pintu di ketuk, Kirana berteriak supaya bi Mintil langsung masuk saja karena pintu tidak dikunci.

BI Mintil bilang kalau makan malam sudah siap. Kirana mengangguk, lalu berjalan ke arah meja rias. Menyisir rambutnya yang lembab lalu turun untuk makan malam dengan tangan yang menggenggam ponselnya.

Tadi, saat ia keluar kamar ia melihat jika kamar kakaknya itu tertutup rapat dan hening. Ia tidak berani masuk karena takut Karina marah. Karena kamar adalah privasi setiap orang yang memiliki.

"BI? Kakak udah pulang?" Tanya Kirana lagi setelah duduk anteng.

"Gatau, non. Kayaknya belom, deh." Jawab bi Mintil yang sedang menuangkan air ke dalam gelas.

"Iya, biasanya kan kakak yang keluar duluan dan udah di sini sebelum aku turun."

"Mau bibi cek ke kamarnya?"

"Gak usah deh bi, biar Kirana aja."

"Non yakin?"

"Yakin, aku panggil dulu deh."

Baru saja Kirana melangkah suara ketukan pintu menghentikannya.

Ia segera berlari kecil untuk membukakan pintu. Saat pintu telah terbuka ia terkejut karena itu adalah Karina.

Karina langsung masuk tanpa berbicara sepatah kata pun. Berjalan melewati Kirana dan bahu mereka sempat bersentuhan.

Kirana menatap Karina yang menjauh lalu ia segera menoleh ke depan rumah. Dan ia melihat seseorang dengan motor besar berwarna hijau menjauhi rumah.

Kirana tidak tau siapa itu karena jarak mereka yang cukup jauh. Ia merasa familiar dengan sosok itu, namun ia menepis perasaannya dan segera mengunci pintu kembali dan berjalan masuk.

Kirana kembali ke dapur dan tak menemukan Karina, ia hanya melihat bibi yang sedang memandangnya juga.

"Kak Karina kemana?" Tanya Kirana tanpa mengeluarkan suara, ia hanya menggerakkan bibirnya.

Bibi menunjuk lantai atas dan Kirana langsung paham.

Kirana langsung menaiki tangga dan berhenti tepat di depan pintu kamar Karina. Ia diam sejenak, ia sedang mengumpulkan keberaniannya untuk mengetuk pintu itu.

Ia menghembuskan napasnya laku mengetuk pintu itu. Tak ada sahutan.

Ia kembali mengetuk dan berkata, "Kak, Karin ayo makan malam."

Tidak jawaban.

"Kakak kenapa? Baik-baik saja kan? Kak ayo makan malam. Aku tunggu di bawah saja ya? Kak Karin ay--"

"GUE MAU SENDIRI."

tangan Kirana menggantung di udara saat mendengar teriakkan Karina. Baru saja ia akan mengetuk pintu kembali namun Karina sudah berteriak menolak.

"Kalau laper langsung ke bawah aja. Kirana makan dulu ya? Jangan lupa makan nanti sakit. Kasihan papa, nanti jadi khawatir." Ucap Kirana kemudian mundur dan berlalu dengan hati gusar dan sesak.

"Bagaimana, non?" Tanya bibi dan Kirana hanya menggeleng dengan bibir yang terkatup rapat.

Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Kirana tidak mengusap nya tapi ia memukul-mukul dadanya karena rasa sesak.

Ia tidak tahu kenapa tapi rasanya ia ingin sekali menangis?  Dan ia merasa jika dadanya semakin terasa sesak.

Bibi menjadi khawatir, ia berlari mendekati Kirana lalu mengelus pundak gadis itu supaya berhenti menangis.

"Non, non kenapa? Non kenapa menangis, non? Non jangan bikin bibi khawatir?"

Kirana masih menangis tersedu-sedu. Ia menggeleng. "A-- aku juga gatau. Ya-- yang Kirana rasakan cuma sesak dan ingin menangis. Hiks,"

Bibi terdiam dan tetap berusaha menenangkan gadis yang sudah ia anggap sebagai puterinya sendiri itu.

Kak, Lo kenapa? Apa Lo baik-baik saja? Kenapa hati gue ngerasa Lo gak baik-baik saja? Gue takut...

**❤**

Akhir-akhir ini mau updet cepet, soalnya mau namatin cerita dan mau fokus ke cerita yang lain..

Jangan bosen-bosen mampir di lapak ini ya, thanks buat yg udah dukung dan votmend.. (:

 (:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TRIANGEL LOVE OF THE TWINS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang