Chapt-- 58• Miss Mom

1K 34 0
                                    

Gadis itu membanting pintu kamar dengan keras lalu ia melemparkan tasnya kesembarang arah.

Ia meneteskan air matanya lalu mulai membanting benda apa saja yang mampu ia jangkau. Membuat kamarnya berantakan dengan pecahan beling dimana-mana. Beruntung kakinya masih terbalut sepatu sekolah.

Napasnya sudah memburu dan sesak namun hatinya belum lega. Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk membuatnya langsung menoleh, dan menatap pintu itu nyalang saat sebuah suara terdengar di baliknya.

Karena merasa terganggu, akhirnya ia berteriak dengan penuh emosi. Dan setelahnya ia berjalan menuju kamar mandi.

Tangannya terkepal, menatap pantulan dirinya di cermin. Lalu,

Prangg..

Tangan kanannya meneteskan cairan merah yang pekat. Dan aroma anyir darah langsung tercium. Darah itu dengan mulus menetes, mengenai lantai.

Karina tak memperdulikan tangannya yang terluka. Ia malah berjongkok dan meremas serpihan kaca itu dengan kedua tangannya yang polos tak terbungkus apapun.

Ia hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat dengan air matanya yang semakin mengalir deras dan hati yang terluka.

Jika dilihat memang tangannya yang terluka, namun yang lebih parah adalah hatinya. Sakit pada tangannya tak sebanding dengan apa yang ia rasakan.

Puas, Karina langsung melepas pakaiannya, membuangnya sembarang arah dan berendam dalam bathtub. Menenggelamkan diri dalam wadah itu dan kembali memunculkan kepalanya dengan napas terengah-engah.

Ia masih menangis pilu dengan kepala yang berdenyut nyeri. Lantas ia berteriak lantang dan kesadarannya mulai hilang.

Paginya Kirana mondar-mandir di kamarnya sambil menggigiti ponselnya. Ia sedang berpikir keras. Kata bibi Karina semalam tak makan dan menampakkan diri sama sekali. Dan saat bibi akan mengecek kondisi Karina pintu kamar gadis itu terkunci rapat dan hening.

Khawatir?

Jelas ia sangat khawatir. Apalagi perasaan buruk dan cemas menggerogoti hatinya. Mungkin ikatan mereka membuat Kirana merasakan apa yang Karina rasakan. Jadi jangan salahkan Kirana yang tiba-tiba menangis dan merasakan sesak.

Rasanya ia ingin sekali mendobrak pintu itu namun seperti ada tembok yang menghalanginya.

Lagi-lagi air matanya jatuh, ia segera mengusapnya dan berjalan keluar kamar.

Ia kembali mengetuk pintu itu namun lagi-lagi tak ada sahutan. Ia menyentuh pintu itu dan menempelkan keningnya pada pintu. Menahan sesak yang lagi-lagi timbul.

Ia menegakkan tubuhnya saat ponselnya bergetar. Ternyata seseorang yang ditunggunya sudah datang di bawah sedang menunggunya.

Kirana berjalan mundur lalu meninggalkan kamar itu. Rasanya berat, namun ia harus pergi ke sekolah karena nanti ada praktek yang harus ia lakukan.

Jika saja tidak ada praktek, mungkin ia akan membolos sekolah dan berdiam diri dirumah untuk menjaga Karina.

Kirana berjalan keluar dan segera mengenakan helm miliknya, ia menaiki motor tersebut dan motor itu pun melaju meninggalkan rumah. Matanya tak lepas dari arah kamar Karina yang tertutup rapat dan gorden yang belum terbuka.

Kirana turun dan langsung berhadapan dengan Nicholas membuatnya terkejut.

"Kenapa sama ojek online, kan gue bisa jemput?" Terdengar kekesalan dalam pertanyaan Nicholas.

Kirana hanya menggeleng lemah, ia segera pergi setelah membayar ojok online yang ia pesan tadi.

Nicholas membuntuti Kirana. "Lo kenapa? Mata Lo sembab. Habis nangis?" Nicholas menarik bahu Kirana agar gadis itu berhenti dan menjawab pertanyaan.

TRIANGEL LOVE OF THE TWINS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang