Chapt-- 88• Best Friend

678 25 1
                                    

Kedua mata itu memandang kosong depan. Tangannya yang mencengkram erat pisau buah menusuk-nusuk buah apel di depannya hingga tak terbentuk. Walau terkadang mengenai tangannya dan membuatnya berdarah tak membuatnya berhenti.

"Arghhhttttt!" Raungnya murka setelah sebulir air mata menetes, melempar pisau itu kesembarang arah lalu masuk ke dalam kamar mandi guna menyegarkan pikiran.

🐻

Sudah dua hari Kirana tidak masuk, dan itu membuat Bella merasa kesepian juga kangen. Dan untuk mengobati rasa itu Bella memutuskan untuk nanti pulang sekolah dia akan berkunjung ke rumah Kirana.

Bella mengerjakan soal dengan malas, dan dia langsung tersenyum lebar saat bel pulang berbunyi. Dia bergegas merapihkan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Tapi, tak sengaja matanya melihat benda yang ganjal. Sebuah gantungan tas berbentuk kelinci.

Gantungan yang dia temukan saat menemukan Kirana yang tenggelam...

Suara teman kelasnya yang mengajak Bella untuk pergi bersama menyadarkan Bella dari lamunan. Bella gegas menutup resleting tas lalu menggendongnya. Kemudian berjalan menuju parkiran.

Bella menjalankan motornya keluar sekolah, mampir untuk membeli buah dan kue lalu bergegas menuju rumah Kirana.

Sepuluh menit kemudian Bella sudah sampai dan memarkirkan motornya. Berjalan menuju pintu dan memencet bel.

Bi Mintil membuka pintu dan menyambut kedatangan Bella. Setelah mengucapkan terimakasih, Bella langsung ngacir menuju lantai dua dimana kamar Kirana berada. Tapi, sebelum mengetuk pintu, Bella menatap pintu kamar Karina yang sunyi.

Dia menghela, mengedikkan bahu acuh lalu mengetuk pintu. Setelah mendapat sahutan dari dalam, Bella membuka pintu dan berlari menuju Kirana dengan senyum mengembang. Memeluk sahabatnya itu erat.

"Gue kangen...." Bella masih memeluk Kirana yang terkekeh.

"Gue juga, Annabelle. " Kirana membalas pelukan itu.

Bella melepaskan pelukan, duduk di depan Kirana dengan bibir mengerucut. "Lagi sakit masih aja jahil!" Gerutunya, tapi tak lama senyum manis mengembang. "Gue bawa buah sama kue kesukaan lo, nih!"

"Wah, terimakasih. Gak usah repot-repot kali!" Kirana menerima bingkisan itu lalu menaruhnya di atas nakas.

"Gak apa kali." Bella duduk di atas kasur Kirana, saling berhadapan. "Lo kapan masuk, nyet? Gue kesepian tau!"

Kirana tersenyum geli. "Mungkin besok." Bella tersenyum lebar, "Mungkin juga minggu depan!" Senyum lebar itu luntur menjadi cemberut.

Kirana tertawa puas, "Hahaha, bercanda kali. Lo mau minum apa? Biar gue bilangin bi Mintil." Kirana handak turun dari kasur tapi langsung di cegah Bella.

"Gak usah, Lo kan lagi sakit. Biar gue aja yang turun sekalian mau makan. Hahahaha!"

Kirana mendelik, "Dasar Lo! Yaudah, sana jangan lama-lama. Makan disini aja."

Bella berdiri di atas kasur dengan hormat lalu meloncat turun. "Ashiiiiiiappp!" Setelah itu Bella sudah pergi keluar kamar.

Bella bersenandung kecil sambil menuruni anak tangga menuju dapur. Dia menghampiri bi Mintil yang sedang beres-beres.

"Bi?"

"Eh, ya non? Ada apa?"

"Saya mau buat minum sama makan, hehe. Laper!" Bella mengusap perutnya yang rata lalu menatap sekitar.

"Non ambil makan sendiri ya, soalnya saya gatau makanan kesukaan non Bella. Biar bibi yang bikin minum. Mau minum apa?"

"Orance juice aja Bi." BI Mintil mengangguk lalu mulai membuatan minum. Bella sediri sibuk mengambil makanan yang tersedia dia dengan senang hati.

Setelah selesai, Bella kembali menuju kamar Kirana dengan sebuah nampan. Berhenti di depan pintu Kirana.

"Kirana? Bukain pintunya! Gue gak bisa masuk nih." Bella berteriak keras, tak lama pintu terbuka dan dia segera masuk, duduk di sofa malas milik Kirana.

"Buju buset.... Lo makan atau ngerampok? Banyak banget." Ejek Kirana lalu duduk di samping Bella. Sambil makan kue yang di kasih Bella.

"Ye... Bacot! Penting perut gue kenyang hati pun senang. Tuh gue juga bawain susu strawberry buat lo." Bella memasukkan nasi dengan daging ke dalam mulutnya hingga membuat mulutnya penuh, menggembung.

"Terimakasih, babu! Hahahhahaha!" Kirana tertawa renyah, Bella melotot hendak menggeplak kepala Kirana tapi urung karena takut membuat sahabatnya semakin sakit.

Bella menggigit kerupuk udang, melirik Kirana sekilas. "Lo gak mau cerita gitu? Kejadian waktu itu, gue penasaran banget loh. Telinga gue juga siap mendengarkan."

Kirana menoleh cepat, berkedip dua lalu diam.

Melihat kediaman Kirana, Bella menoleh dengan senyum yang menenangkan. "Kalau Lo gak mau cerita saat ini juga gak apa-apa. Gue tunggu sampai Lo siap."

Kirana terharu, dia memeluk Bella erat. Bahagia dan bersyukur bisa memiliki sahabat seperti dia. "Gue sayang lo Bella, cuma elo yang gue punya selain papa dan kakak gue. Gue beruntung punya sahabat kayak Lo." Kirana terisak di bahu Bella, semakin mengeratkan pelukannya.

Bella membulat, terkejut saat Kirana menangis. Tapi tak urung dia juga bahagia dan hatinya menghangat mendengar ungkapan Kirana.

Bella menaruh piringnya, kemudian balas memeluk Kirana. "Gue juga beruntung punyak sahabat yang kuat dan setia kayak lo. Gue harap lo jangan tinggalin gue saat gue susah dan apapun yang terjadi dimasa depan."

Meskipun tak paham dengan maksud Bella, Kirana mengangguk.

Bella menerawang, mengelus punggung Kirana lembut.

Gue bakal cari tahu siapa pelakunya, Kirana. Dan gue punya satu target yang gue curigai. Semoga kecurigaan gue itu salah dan kalaupun benar, gue harap hubungan lo sama dia masih baik.

Tbc--

Mendekati ending, Yey... Semakin banyak coment dan vote semakin cepet gue updet.

Udah rela dan siap belum cerita ini ending? Wkkw, coment dan vote ya guys.. 

TRIANGEL LOVE OF THE TWINS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang