Chapt-- 40• Bahagia

1.3K 51 0
                                    

Update cepet, demi kalian readers setia. (:

Dahi Belle mengkerut. Ditatapnya Kirana yang sedang melamun seraya memeluk tas. Bel sudah berdering dari tujuh menit yang lalu tapi gadis itu tidak bangun-bangun juga.

Bella mencolek pundak Kirana dan gadis itu menoleh dengan tampang terkejut.

"Lo gak pulang?" Gumam Bella bertanya.

Kirana mengedarkan pandangannya dan meringis. Ia bangkit lalu berjalan menyusul Bella.

"Lo kenapa kok melamun mulu sih?"

Kirana menyingkir saat berpapasan dengan siswi lain lalu kembali berjalan. "Gue bingung aja."

"Kenapa?"

"Nanti Nicholas ngajakin pulang bareng dan gue gak tau harus Nerima atau nolak dia."

Bella menoleh, menyeret Kirana agar menepi ke pinggir mading. "Terima aja. Dia kan pacar lo."

"Tapi.."

"Gak ada tapi-tapian! Lo gak mau kan Nicholas berpaling? Lo juga gak mau kan kalau hubungan kalian semakin merenggang dan akhirnya putus?"

Kirana buru-buru menggeleng. Jelas ia tidak mau putus begitu saja dengan Nicholas. Ia dan Nicholas sudah membangun hubungan ini dengan susah payah dan tak mungkin ia mengakhirinya begitu saja.

"Nah, mangkannya jangan sampai hal itu terjadi. Selesain masalahnya baik-baik. I know kalau kalian itu cuma salah paham saja." Mata Bella tak sengaja menangkap keberadaan Nicholas yang sedang berjalan ke arahnya. "Nah, Nicholas lagi otw ke sini. Jaga diri baik-baik ya. Gue mau pulang dulu. Bye.."

Dan benar saja, sepeninggalnya Bella, Nicholas datang. Cowok itu langsung menyapa dan menggiring Kirana agar berjalan menuju parkiran.

Hati Kirana berdetak kencang saat motor Nicholas mulai melaju. Semerbak harum maskulin cowok itu tercium. Dan hal itu membuat pipi Kirana memanas.

"Kita mampir ke cafe bentar ya? Mau minum dulu. Udah lama kan kita gak berdua gini."

Kirana hanya mengangguk. Dan Nicholas tersenyum karena Kirana tak menolaknya.

Mereka memasuki cafe tersebut dan aroma kopi langsung menusuk hidung mereka.

Mereka duduk di bangku pojok dekat jendela. Tempat favorit keduanya. Nicholas memesan cappuccino dan milkshake strawberry untuk Kirana.

Suana menjadi hening hingga suara pelayanan memecahkan keheningan.

Nicholas menggaruk lehernya lalu berdehem. "Di minum, Kir!" Titahnya lalu meminum cappuccino miliknya.

Kirana tersenyum, mengangguk pelan lalu meminum milkshake strawberry nya yang sangat menyegarkan.

"Apa kabar?" Tanya Nicholas.

"Baik."

Nicholas bertanya seperti sudah tidak bertemu satu tahun saja. Batin Kirana meringis.

"Maaf ya?"

Kirana buru-buru menggeleng. "Nggak. Lo gak perlu minta maaf. Di sini gue yang salah. Gue terlalu egois." Lirihnya lalu menunduk.

"No! Kita sama-sama salah. Kita hanya salah paham dan gue yang gak peka. Sorry!"

"Noprob!"

Mereka sama-sama tersenyum dan larut dalam perbincangan hangat. Mereka sudah tidak canggung dan sifat saling menjahili kembali muncul.

Nicholas bahagia melihat Kirana yang terbahak-bahak di depannya karena guyonannya. Ia merindukan saat-saat seperti ini.

Nicholas memiringkan kepalanya, menopang dagunya dengan telapak tangan dan menatap hangat Kirana yang tengah bercerita.

Bahagia itu sederhana. Berada di dekat orang yang kau cintai dan menatapnya penuh kasih itulah bahagia yang sesungguhnya.

****

Kirana berjalan dengan riangnya dan sesekali meloncat-loncat. Baru saja ia di antar pulang oleh Nicholas dan baru saja motor Nicholas meninggalkan rumahnya.

Kirana memencet bel dan keluarlah bi Mintil. Ia langsung memeluk bi Mintil erat. Ia merasa sangat-sangat bahagia.

BI Mintil balik memeluk Kirana dan menggiringnya agar memasuki rumah.

"Bi... Aku bahagia hari ini!" Ujarnya dengan senyuman yang merekah.

"Ada apa, non?" Tanya bi Mintil ikut tersenyum lebar.

"Hubungan ku dan Nicholas sudah membaik tadi. Tadi kita pergi ke cafe dan dia menyuapiku cheesecake dan ice krim vanilla juga. Hehe.."

Bi Mintil mengelus rambut Kirana lembut. Seperti seorang ibu dan anak perempuannya yang sedang jatuh cinta. "Bibi bahagia kalau non Kirana bahagia."

"Terimakasih bi... Bibi the best deh!"

"Hehe. Sama-sama non. Oh, ya. Nanti makan malam non mau dibuatin menu apa?"

Kirana bersedekap. "Nanti malam ayam kecap yang pedes aja deh, Bi. Erght, aku udah lapar membayangkannya padahal aku baru selesai makan cheesecake."

Mereka menyudahi pembicaraan. Kirana pergi untuk mandi dan bi Mintil yang pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Di lain tempat... Karina sedang berdiri di pinggir balkon. Mulutnya menghembuskan asap yang menggumpal lalu menghisap batang nikotin lagi.

Pikirannya jauh melayang. Entah kemana akan berlabuh.

Jadi... Lo udah bahagia?  Yakin?

Ia tersenyum licik. Mematikan rokok dan melemparkannya kesembarang arah.

Ia berbalik, berjalan santai menuju bibir kasur. Tangannya meremas seprei kuat-kuat. Matanya melotot tajam tapi seperti kosong. Hampa.

Dan tes, air matanya perlahan meluncur. Hatinya berdenyut lemah.

I Miss you, Bun!

Tbc~
.
.
.

TRIANGEL LOVE OF THE TWINS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang