Chapt-- 85• Dua Sisi

740 23 0
                                    

Kirana berjalan sambil mencepol rambutnya yang mulai panjang. Dia berhenti dan menatap sebuah pintu yang sudah lama tidak ia buka.

Gudang,

Saat pintu terbuka, bau kayu dan debu langsung menyapa hidung Kirana membuatnya terbatuk kecil.

Kirana mengibas-kibaskan tangannya di depan wajah, menghalang debu menyentuh hidungnya.

Perlahan Kirana maju dan mencari sebuah box, setelah mencari-cari ternyata box itu berada di atas sebuah etalase kaca. Cukup tinggi dan Kirana kesusahan untuk meraihnya.

"Seandainya ada Nicholas pasti bisa, nih!" Gumam Kirana.

Tangannya masih meraih-meraih box tersebut hingga saat tangannya berhasil meraih box itu, tak sengaja sikunya mengenai sesuatu hingga membuat suara benda jatuh.

Kirana berbalik badan lalu berjongkok, dia memungut benda itu, ternyata sebuah pigora. Kirana meniup debu yang menempel pada pigora dan terkejut melihat foto yang tertempel didalamnya.

Ada dua foto, foto pertama adalah foto keluarga Kirana dan yang kedua fotonya dengan Karina yang sedang tersenyum manis menampilkan gigi ompong keduanya.

Kirana tersenyum lebar, dia mengelus fotonya dengan Karina sewaktu kecil. Itu diambil saat keduanya berada di Belanda.

Lalu tangannya beralih mengusap foto keluarganya, jari-jarinya berhenti disebuah wajah wanita yang sangat cantik.

Bunda....

Kirana mengusap pipinya yang basah, lantas berdiri lalu pergi dengan membawa box tersebut beserta pigora tadi. Dia akan memajangnya diatasi nakas.

Saat Kirana baru saja menutup pintu kamar, Karina keluar dari kamarnya dan berjalan pergi.

Kirana duduk di bibir kasur, tangannya memegang pigora yang dia bawa dari gudang tadi. Dia benar-benar tidak menyangka ada foto itu di gudang. Bahkan dia sempat lupa dengan pigora itu.

"Huhhhh," Kirana memukul-mukul kepalanya karena kesal.

Kirana memeluk pigora itu erat, membayangkan wajah satu persatu orang yang dia sayang didunia ini.

Dia lantas berbaring di tempat tidur masih dalam memeluk pigora itu. Berharap memimpikan mereka semua. Dan tak lama mata itu terpejam erat diiringi dengan hembusan napas teratur.

****

Malam ini Karina merasa sangat kesepian. Walaupun kesepian adalah bagian dari hidupnya selama ini tapi rasa itu masih terasa asing.

Gadis itu menghela panjang, kakinya ditekuk lalu menopang dagu diatasi lutut. Matanya menatap bulan yang bersinar sendiri tanpa adanya kemerlap bintang disekelilingnya.

Saat angin malam mengelus lembut kulitnya, Karina menutup matanya. Dia menikmati setiap tusukan angin dingin di kulitnya.

Saat ini dia sedang berada di taman samping rumah. Karena bosan di dalam kamar terus.

Hatinya tiba-tiba membuncah, tak tahu karena apa yang dia inginkan saat ini adalah menangis. Hanya itu,

Dan satu demi satu tetes air mata turun. Melewati pipi serta dagu lalu berjatuhan, disusul isak tangis pilu.

Kadang, menangis bukan berarti kalian terlihat lemah. Kalian kuat, bahkan sangat kuat. Karena kalian bisa menutupi luka dari semua orang. Berpura-pura tersenyum dan menjadi orang kuat walaupun di balik semua itu kalian rapuh.

Tidak ada salahnya untuk menangis agar kekesalan di hati lega.

Karina memiringkan kepalanya, dia berusaha bernapas dengan benar agar tidak sesak.

Hanya satu yang Karina inginkan saat ini,

Pelukan,

TRIANGEL LOVE OF THE TWINS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang